KABARIKA.ID, MAKASSAR – Jumlah profesor Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali bertambah, menyusul dikukuhkannya tiga guru besar dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) hari ini, Rabu (15/11/2023) di Ruang Senat Akademik Unhas Gedung Rektorat lantai 2, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagai rangkaian proses pengukuhan jabatan profesor, setiap guru besar wajib menyampaikan pidato penerimaan jabatan profesor sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.

Berikut adalah nukilan pidato penerimaan yang disampaikan oleh tiga profesor baru Unhas sesuai dengan hasil penelitian yang mereka lakukan.

Prof. Dr. Badu, M.Si

Guru besar dalam bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam pidato penerimaannya, Prof. Badu memaparkan hasil penelitian berkaitan dengan “Transformasi Budaya Kerja Aparatur di Era Digitalisasi Sektor Publik”.

Foto: Humas Unhas

Ia menekankan pentingnya memahami pengembangan kompetensi aparatur pemerintah berbasis learning dan talenta era society 5.0, sehingga kapasitas dan kompetensi yang dimiliki berdampak pada cara kerja yang profesional, inovatif dan kreatif.

“Perubahan budaya kerja dengan cara belajar akan lahir dari komitmen pimpinan dalam membuat kebijakan dan melaksanakan kebijakan secara konsisten. Penerapan merit sistem berbasis kompetensi dalam rekruitmen, penempatan dan promosi jabatan akan menghasilkan birokrasi dan individu ASN yang profesional era society 5.0,” papar Prof. Badu.

Digitalisasi pemerintahan, khususnya manajemen sumber daya ASN mulai rekruitmen, kepangkatan, karier, dan kinerja akan dioptimalkan sebagai bagian ketersediaan ASN yang kompeten dan profesional dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi demi terwujudnya pelayanan prima kepada masyarakat.

Prof. Dr. Hasniati, S.Sos., M.Si

Guru besar dalam bidang Manajemen Pelayanan Publik. Prof. Hasni memaparkan hasil penelitiannya tentang “Aktualisasi Nilai-nilai Keteladanan Rasulullah dalam Perilaku Pelayanan Publik”.

Menurut Prof Hasni, para pejabat publik perlu memahami bahwa dalam birokrasi pemerintah khususnya dalam pelayanan publik, dimensi manusia perlu mendapat perhatian serius. Penempatan kembali faktor manusia dalam organisasi menjadi penting sebagai penentu keberhasilan.

Foto: Humas Unhas

Ia menuturkan birokrat garis depan sebagai ujung tombak pelayanan publik perlu memahami hakikat dari tugas yang diembannya.

Dalam menjalankan tugas keseharian, pejabat publik perlu menjadikan sifat Rasulullah sebagai uswatun hasanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian kritis terhadap sikap dan perilaku birokrat.

Selain itu, perlu susunan reformasi perilaku birokrat guna semakin meningkatkan kualitas perilaku birokrasi.

“Memang perlu diakui bahwa Rasulullah SAW sebagai uswatun hasanah dengan akhlak mulia, merupakan salah satu hikmah yang dapat diambil dengan diutusnya beliau ke muka bumi untuk menjadi rahmatan lil alamin. Untuk itu, untuk menciptakan pelayanan publik berkualitas hendaknya mengaktualisasikan sifat keteladanan Rasulullah,” tutur Prof. Hasni.

Prof. Dr. H. Muh. Akbar, M.Si

Foto: Humas Unhas

Guru besar dalam bidang Ilmu Promosi Periklanan. Prof Akbar dalam pidatonya menguraikan hasil penelitiannya mengenai “Iklan di Tengah Peradaban Manusia”.

Ia menuturkan bahwa tren periklanan masa depan akan sangat dinamis sejalan dengan dinamika pasar yang masih diwarnai ketidakpastian. Periklanan tetap tumbuh dan berkemabng sekaligus akan menjadi salah satu tumpuan produsen dalam meningkatkan penjualan.

Secara umum, belanja iklan sepanjang tahun akan tetap tumbuh, dan pertumbuhan paling besar diprediksi terjadi melalui kanal digital.

Khusus Indonesia, akan terdapat delapan tren dalam dunia iklan, salah satunya adalah berkembang pesatnya periklanan berbasis online, menyusul kemajuan teknologi dan informasi yang menyebabkan new media dengan berbagai platform.

“Akan terjadi kustomisasi pada beberapa hal di antaranya dari sisi kanal, zona atau wilayah, segmentasi, hingga desain produk maupun cara pengemasan merek. Kustomisasi ini terjadi sebagai jawaban atas pasar yang tidak lagi homogen. Segmen berubah, baik secara ekonomi maupun gaya hidup. Alur marketing juga akan semakin beragam,” ular Prof. Akbar.

Menurut Prof. Akbar, periklanan akan selalu ada sejalan dengan peradaban manusia. “Di mana ada peradaban, di situ iklan ada,” tandas Prof. Akbar.

Perkembangan iklan akan mengikuti perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kemudian, baik oleh produsen melalui pekerja iklan maupun konsumen sebagai sasaran kampanye, periklanan, paling tidak menjaga prinsip “teliti sebelum membeli” tetap terjaga.

Kita berharap hasil penelitian para guru besar yang dikukuhkan itu akan menjadi elemen pencerah pada arus kemajuan bangsa. Seperti penggalan lirik Mars Unhas:

Gelora pantaimu lembah gunungmu
Menjadi tempat mengabdi
Ilmu amal padu mengabdi. (*rs)