KABARIKA.ID, MAKASSAR–Setelah enam tahun melaksanakan kerjasama antara Taiwan International Coorporation and Development Fund (ICDF) dengan Fakultas Pertanian Unhas, kini dilakukan handover atau serah terima hasil kegiatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kegiatan tersebut dihadiri para dosen, Pemerintah dari Dinas Pertanian serta para petani milenial yang selama ini telah dibimbing.
Pertemuan tersebut sekaligus dibahas kembali mengenai Smart Agriculture. Di Gammara Hotel, Sabtu, 25 November.
Ketua Koordinator Center of Excellence Fakultas Pertanian Unhas, Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, M.Sc mengatakan Fakultas pertanian Unhas sudah melakukan kerjasama dengan Taiwan itu sudah 6 tahun lamanya.
“Ada dua tahap dari 2018-2020 lalu 2021-2023, ini semua kerjasama mengenai perbenihan padi. Sesudah 6 tahun dianggap petani sudah mandiri,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (27/11/2023).
Sehingga saat ini, kata Prof Yunus, sudah dihandover atau serah terima kegiatan ini bahwa sudah selesai, petani yang dibimbing dari 6 tahun lalu sudah mandiri, pintar dalam mengelola pembenihan padi.
“Tapi Unhas dan Taiwan kalau ingin melanjutkan kebersamaan bisa ke kabupaten yang belum disasar. Selama enam tahun ini kan baru 9 kabupaten yang disasar, nah ini bisa juga menyasar luar provinsi itu melalui kerjasama Unhas-Taiwan,” tuturnya.
Atau kata dia, diajukan kembali kerjasama Fakultas pertanian Unhas dan Taiwan ICDF dalam kerjasama mengenai jagung. Ini bisa dirancang mengenai program lanjutan jagung atau komoditas lainnya.
“Kita hitung kemarin secara kalkulasi uang, bahwa kurang lebih 600 milyar pendapatan petani yang digandeng dalam kerjasama dalam satu tahun ini. Ini nilai yang cukup tinggi,” tuturnya.
Lalu kontribusi di Sulsel sudah 12 persen, sebut saja Sulsel butuh benih padi 30-35 ribu ton setahun dengan area 400 HA ini. Hal ini tentunya menjadi kebanggan bagi Fakultas Pertanian Unhas dan Taiwan ICDF.
Sementara untuk pertemuan smart agriculture yang juga di lakukan, didatangkan petani yang smart. Bukan lagi dibahas atau diajar menyamai benih atau jarak tanam, tetapi menggunakan software perangkat lunak.
Software ini Digunakan untuk mengevaluasi waktu tanam, evaluasi kapan ada hama sehingga dipilih petani yang punya kapasitas.
“Sementara untuk asissten yang mendampingi, dari dinas. Sehingga total ada 46 orang yang hadir. Ada penatar dari Irri Filiphina,” ucapnya.
Deputy Representative of TETO, Mr. Chen, Sheng-Peng mengatakan kerjasama dengan Unhas sudah berlangsung selama 6 tahun, jadi sudah sangat membantu dalam meningkatkan kualitas beras di Sulawesi Selatan.
“Ini juga meningkatkan pendapatan petani lokal, jadi secara umum selama enam tahun, proyek ini telah mencapai, baik oleh petani dan menyebarkan kebaikan di Sulsel,” ucapnya.
Meski demikian, proyek ini telah selesai setelah enam tahun ini bukanlah akhir darj program. Karena pengalaman yang telah dipelajari oleh para petani di sini dari baik dari workshop maupun pelatihan.
“Saya pikir ini akan bertahan, ini tidak akan berakhir dan akan berlangsung sangat lama.
Berakhirnya proyek ini adalah permulaan bagi petani lokal untuk berprogres,” tuturnya.(*)