KABARIKA.ID, MAKASSAR – Tanggal 1 Desember dikenal sebagai Hari AIDS Sedunia (World AIDS Day) yang diperingati di seluruh. Hari AIDS 2023 ini merupakan peringatan ke-35 sejak Hari AIDS pertama kali diperingati pada 1988 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peringatan Hari AIDS Sedunia dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat internasional pada semua level terhadap penularan AIDS yang disebabkan oleh virus HIV.
Peringatan Hari AIDS Sedunia juga merupakan momentum untuk mengenang mereka yang telah meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit AIDS.
Selain itu, peringatan Hari AIDS Sedunia 2023 ini merupakan kesempatan untuk meningaktkan empati terhadap mereka yang hidup dengan HIV.
Tema Hari AIDS Sedunia 2023
Tema peringatan Hari AIDS Sedunia 2023 adalah Let Communities Lead, yang berarti “Biarkan Komunitas Memimpin”.
Terkait dengan tema tersebut, UNAIDS menyebutkan bahwa kita dapat mengakhiri AIDS dengan komunitas yang memimpin.
Organisasi komunitas yang hidup dengan, berisiko, atau terkena dampak HIV adalah garis depan kemajuan dalam merespons penularan HIV.
Menurut laman UNAIDS, komunitas menghubungkan masyarakat dengan layanan kesehatan publik yang berpusat pada masyarakat, membangun kepercayaan, berinovasi, memantau implementasi kebijakan dan layanan, dan menjaga akuntabilitas penyedia layanan.
“Organisasi-organisasi yang dipimpin oleh masyarakat dapat memberikan dorongan yang lebih besar lagi terhadap respons HIV global, sehingga mempercepat kemajuan menuju pemberantasan AIDS,” tulis UNAIDS di laman webnya.
Hari AIDS Sedunia ini lebih dari sekadar perayaan pencapaian komunitas. Ini adalah seruan untuk bertindak guna mengaktifkan dan mendukung masyarakat dalam peran kepemimpinan mereka.
Hari AIDS Sedunia tahun 2023 berfokus pada segala upaya membangkitkan seluruh potensi kepemimpinan masyarakat guna mengakhiri AIDS.
“Peran kepemimpinan masyarakat perlu dijadikan inti dalam semua rencana dan program HIV dan dalam perumusan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi,” kata laporan UNAIDS.
Sementara itu, Sekjen PBB Antonio Guterres dalam sambutannya memperingati Hari AIDS Sedunia 2023 mengatakan, jalan untuk mengakhiri AIDS dilakukan melalui komunitas.
Mulai dari menghubungkan masyarakat dengan pengobatan, layanan dan dukungan yang mereka perlukan, hingga aktivisme akar rumput yang mendorong tindakan agar semua orang dapat menyadari hak mereka atas kesehatan.
“Mendukung mereka yang berada di garis depan perjuangan melawan AIDS adalah cara kita meraih kemenangan,” ujar Guterres.
Hal ini berarti, lanjut Guterres, menempatkan kepemimpinan masyarakat sebagai pusat rencana, program, anggaran dan upaya pemantauan HIV.
“Kita juga harus menghilangkan hambatan terhadap kepemimpinan masyarakat, dan memastikan ruang bagi kelompok masyarakat sipil lokal untuk melaksanakan pekerjaan penting mereka,” tandas Sekjen PBB Guterres.
Menurut Sekjen PBB itu, kematian terkait AIDS secara global telah menurun hampir 70 persen sejak puncaknya pada 2004.
“Namun AIDS masih merenggut nyawa setiap menitnya,” tandas Guterres.
Menurut data PBB tahun 2022, jumlah orang yang meninggal akibat AIDS sebanyak 630 ribu orang. Sedangkan orang yang hidup dengan HIV (ODHA) berjumlah 39 juta. Sementara kasus infeksi baru HIV mencapai 1,3 juta orang di seluruh dunia.
Situasi HIV/AIDS di Indonesia
Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus bertambah. Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Muhammad Syahril mengatakan, penularan kasus HIV (human immunodeficiency virus) di Indonesia mengalami peningkatan pada 2023.
Penularan kasus HIV didominasi ibu rumah tangga. Menurut Syahril, hal itu disebabkan oleh rendahnya pengetahuan tentang pencegahan, dan memiliki pasangan dengan perilaku seks berisiko.
“Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35 persen. Karena pengetahuan rendah dan suami pelaku seks berisiko,” kata Syahril.
Dampaknya, sebanyak 45 persen bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV akan lahir dengan HIV. Sepanjang hidup bayi tersebut akan menyandang status HIV positif.
Syahril menjelaskan, saat ini kasus HIV pada anak usia 1-14 tahun mencapai 14.150 kasus. Angka itu setiap tahunnya bertambah sekitar 700-1.000 anak dengan HIV positif.
Terkait dengan proses deteksi, Kemenkes mencatat hanya 55 persen ibu hamil yang dites HIV, karena sebagian besar tidak mendapatkan izin suami untuk menjalani tes.
Dari jumlah tersebut, 7.153 orang positif HIV dan 76 persennya belum mendapatkan pengobatan ARV (antiretroviral).
“Ini juga akan menambah risiko penularan kepada bayi,” ujar Syahril.
Berdasarkan sumber infeksi tersebut, lanjut Syahril, penularan HIV masih akan terus terjadi.
Sebab, dari 526.841 orang dengan HIV (ODHA), baru sekitar 429.215 orang yang telah terdeteksi atau mengetahui status HIV dirinya.
Penularan HIV/AIDS di Sulsel
Kasus HIV dan AIDS positif di Sulsel juga cenderung meningkat. Menurut data yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar, kasus HIV pada 2021 sebanyak 1.490 kasus, sedangkan AIDS berjumlah 390 kasus.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan secara signifikan pada 2022. Penderita HIV mencapai 2.069 kasus, sementara AIDS sebanyak 506 kasus.
Bagaimana dengan kasus pada 2023 ini? Dari Januari hingga Mei, jumlah penderita HIV sebanyak 844 kasus, sementara AIDS terdapat 134 kasus.
Penderita HIV/AIDS tahun 2023 tersebar pada kelompok usia produktif. Yakni, usia 15-24 tahun 35 persen; rentang usia 25-49 tahun sebesar 57 persen; usia 50 tahun ke atas sebesar 5 persen, sisanya yang 3 persen adalah anak di bawah usia 15 tahun.
Perkembangan kasus HIV/AIDS di Sulsel perlu mendapat perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) melalui aksi nyata.
Salah satu cara yang ditempuh adalah meningkatkan pemahaman generasi milenial mengenai aktivitas yang berisiko menularkan HIV.
Mendorong peran aktif komunitas di berbagai level untuk mencegah laju penularan HIV/AIDS di Sulsel, juga penting dilakukan. Hal ini sejalan dengan tema Hari AIDS Sedunia 2023, Let Communities Lead. (rus)