KABARIKA.ID, MAKASSAR –Ketua Komisi D DPRD Sulawesi Selatan, Rahman Pina dipaksa jatuh bangun menahan smash (spike) dari tim Ikatan Alumni (IKA) Universitas Hasanuddin yang dipimpin Ketua Umum Andi Amran Sulaiman (AAS) pada pertandingan voli di Kampus Universitas Hasanuddin, Minggu, 4 September.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain Rahman Pina (RP) yang jatuh bangun menahan bola, angka kedua tim juga ‘’jungkir-balik’’ kejar-kejaran. Kedua tim tampak ingin saling mengalahkan. Apalagi tim ketiga alias tim sorak-sorak penggembira yang berdiri di luar garis ikut mengatur-atur dan kadang menunjuk-nunjuk mirip penguasa arena.

Tim yang dipimpin Rahman Pina adalah IKA Unhas ”gado-gado” yang di dalamnya tergabung empat pemain berpostur tinggi, sedangkan Tim Ketua Umum ditambah tiga pemain.

Tujuh pemain tambahan ini bertubuh atletis, cukup mengimbangi postur RP dan Ady Ansar yang subur. Pemain sisipan ini adalah gabungan tim PON Sulsel dan Tim Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) yang dipimpin Sekretaris Umum Hamka.

Selain diperkuat Ketum AAS, Tim IKA UH Plus dibentenngi oleh Ketua IKA UH Makassar Rudianto Lallo, SH dan Prof. Dr. Ir. Fadjri Jufri (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian)

Awalnya pertandingan akan dipimpin Patris Suyuti yang tiba-tiba sudah berada di ketinggian, berdiri di kursi wasit utama. Alumni Fakultas Pertanian itu berkali-kali berteriak meminta sempritan namun tidak digubris. Rupanya wasit yang asli tidak bersedia meminjamkan sepritan.

Patris terpaksa turun karena kesulitan memimpin pertandingan dengan memakai sempritan dua tangan, yakni telunjuk dan induk jari dimasukkan ke mulut lalu ditiup kencang. Dua kali ia mencobanya, namun bunyinya tak terdengar. Istilahnya apussuji.

Pertandingan voli instan ini dilakukan ketika Ketua Umum IKA dan pengurus lainnya berkeliling di sekitar GOR dan berhenti di lapangan, sejenak menyaksikan tim voli sedang berlatih.

”Ayo kita bermain,” ajak AAS, yang saat itu baru saja meninggalkan panggung utama arena Funk Walk Dies Natalies 66 Universitas Hasanuddin yang dipusatkan di JK Arenatorium Unhas, Minggu, 4 September 2022.

Ketika pertandingan dimulai, angka awal 0 – 0 dengan cepat berubah menjadi 3 – 4 untuk Tim Gado-gado yang dipimpin Rahman Pina. Maklum pemain tambahan yang disisipkan di kedua tim ingin memperlihatkan kepiawaian memukul maupun memblok bola.

Tosser dan spiker silih berganti mengumpan dan memukul bola untuk menambah angka, apalagi disaksikan Ketua KONI Sulsel, Yasir Mahmud dan Mujiburahman, pengurus yang mendampingi ketua.

Seperti diketahui permainan voli terdiri atas enam pemain dengan posisi menjadi enam, yaitu server, tosser atau set-upper, spiker atau smasher, pembendung atau blocker, libero atau defender, dan universal player atau pemain serbaguna.

Tugas pemain libero dalam permainan bola voli adalah bertahan. Dia tidak boleh melakukan smash maupun servis. Artinya pemain ini tidak boleh melakukan smash di depan garis serang.

Pada posisi kejar-kejaran, satu spike dari Ketum gagal melewati net, bola hanya bergulir menyeberang ke pertahanan lawan. Skor menjadi 5 – 2 untuk tim Rahman Pina. Ketua Komisi D itu semakin bersemangat. Namun, RP terjatuh saat mencoba menahan bola yang jauh dari jangkauannya.

Servis berpindah ke tim IKA UH Plus dan angka menjadi 3 – 5. Bola servis menyeberang, tosser mengumpan, namun bola yang tidak pas untuk dismash, hanya didorong menyeberang ke tim IKA UH Plus. Tosser IKA UH Plus lalu memberi umpan terukur ke Ketum yang sigap melompat lalu spike. Masuk! Rahman Pina dan Ady Ansar terkecoh. Ilo pun berteriak, skor 4 – 5.

Ir. Ady Ansar, S.Hut anggota DPRD Sulsel dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Sedang koleganya, Rahman Pina adalah politikus Partai Golkar. Mantan wartawan itu juga seorang di antara empat Ketua Harian Pengurus Pusat IKA Unhas di bawah kepemimpinan Dr. Ir. Andi Amran Sulaiman.

Ady Ansar serve

Suasana di lapangan mulai memanas, seiring dengan semakin tingginya matahari. Lalu satu smash pamungkas dari Ketum membuat suasana menjadi riuh dan riang. Tampak Ilham Rasyid, dan Andi Amri masuk lapangan menyalami Ketum dengan salam toss.

Padahal, Ilham Rasyid (Ilo) bertugas sebagai wasit kedua dan Andi Amri dan Salahuddin Alam bertugas sebagai hakim garis. Di luar lapangan juga tampak Ketua KONI Sulsel, Yasir Mahmud, Sudirman Numba, Rezeki Mulyadi, Ichi Indrawan, Mujiburrahman serta ibu-ibu alumni menjadi pendukung Tim IKA UH Plus.

Ketika pertandingan pada posisi angka 4 – 5 dan servis untuk tim IKA UH Plus, skor pun cepat berganti menjadi 5 – 5, karena Tim Rahman Pina down melihat eforia penonton dan penggembira. Posisi angka lalu berganti dan berbalik menjadi 6 – 5 untuk Tim IKA UH Plus hingga skor terkunci menjadi 8 – 6 untuk kemenangan Tim IKA UH Plus.

Rahman Pina protes pada hakim garis

Pertandingan tidak dilanjutkan karena eforia penonton dan tim sorak-sorak pengembira tak terbentung. Tidak kacau, tapi wasit utama tak mampu memimpin pertandingan selanjutnya karena Ilham Rasyid sebagai wasit kedua mengambil-alih dan menghentikan pertandingan. ‘’Pertandingan selesai. Skor 8 – 6,’’ kata Ilo, setengah berteriak.

Saat beristirahat setelah bertanding, RP berselooroh ke Ketum Andi Amran Sulaiman berharap kekalahan dan jatuh bangunnya di lapangan bisa diapresiasi. ‘’Paling tidak seperti Andi Akhmar,’’ kata Rahman Pina.

Maksud RP siapatahu dana abadi yang dia sumbangkan di panggung utama tadi bisa digantikan, seperti halnya Dr Andi Muhamaad Akhmar, Direktur Hubungan Alumni dan Pengembangan Dana Abadi Unhas, yang dana sumbangannya ditalangi oleh Ketum.

Tentu saja, RP tidak serius untuk ditalangi dananya sehingga jungkir balik menahan gempuran. Akan tetapi permainan Tim IKA UH Plus memang memaksanya seperti itu.

Komunikasi RP dan Ketum hanya canda-candaan, bagian dari keakraban ber-IKA yang terasa semakin kental, riang gembira dan seringkali hal-hal serius dijadikan humor, bahan tertawaan, termasuk pertandingan voli tadi. (royes)