KABARIKA.ID, JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto mengungkapkan peranan Ayahnya Soemitro Djojohadikoesoemo dalam membentuk karakternya, termasuk saat Prabowo muda berkecimpung di LSM bersama Soe Hok Gie di tahun 1968.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Memang dulu saya ikut bersama beberapa aktivis pemuda kita mendirikan lembaga pembangunan. Dari dulu saya sudah konsen terhadap masalah saudara-saudara kita di pedesaan yang kehidupannya susah. Saya kira karena suasana waktu itu, kemudian kedua orang tua saya,” kata Prabowo dalam wawancara eksklusif bertajuk “Prabowo Bicara Bersama Retno Pinasti” yang dikutip Kamis (31/10/2024).

Prabowo mengatakan peranan sang Ayah ini meresap dan tersimpan dalam dirinya. Soemitro sering mengajaknya berdiskusi di setiap kesempatan.

“Jadi setiap kesempatan selalu beliau sambil diskusi sambil mungkin ya mengajarkan nilai-nilai. Mengajarkan pengalaman beliau, gagasan-gagasan beliau jadi saya banyak menyerap banyak mendengar,” kata Prabowo.

Lebih lanjut ia mengatakan Soemitro dahulu memang terkenal kepintarannya, bahkan di zaman penjajahan Belanda, ia mampu mampu bersaing dan mengalahkan orang-orang Belanda di sekolah.

“Saya kira karena Bapak saya seorang, tidak hanya guru besar, pendidik. Dia juga seorang pemimpin politik. Seorang yang sangat idealis Bapak saya itu. Dia orangnya sangat pintar ya. Jauh lebih pintar dari saya. Jadi kalau beliau kan terkenal dulu bahkan di zaman Belanda beliau bisa kalahkan orang-orang Belanda di sekolah,” kenang Prabowo.

Dalam setiap momen kunjungan ataupun pidato, Prabowo acap kali membagikan momen kebersamaan dengan sang Ayah.

Misalnya medio bulan April 2024 lalu, di hadapan para wisudawan/wisudawati Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD Serpong, Tangerang, ia menceritakan bahwa sang Ayah berpesan kepada dirinya, di mana pun ia bekerja dan apa pun yang dikerjakan, maka ia harus berpihak kepada rakyat kecil. Prinsip itulah yang sampai hari ini masih terus berusaha diamalkan Prabowo. (*)