(Catatan Ringan di Sela Kunjungan Kerja Menteri Pertanian RI)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ahmad Musa Said
Pengurus Pusat Ikatan Alumni (IKA) UNHAS

KABARIKA.ID, LAMPUNG– Tepat pukul Tujuh lewat 33 menit, pesawat jet tipe Cessna yang ditumpangi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman beserta rombongan mendarat di Bandara Raden Inten, Lampung. Disambut oleh Pj. Gubernur Lampung Samsudin dan unsur Forkopimda lainnya.

Kedatangan Mentan Andi Amran kali ini dalam rangka menghadiri undangan Kepala Staf Angkatan Laut dan meninjau progress kesepakatan bersama stakeholder singkong di Lampung yang sebelumnya bergejolak akibat harga yang dirasakan tidak sesuai oleh petani.

Sembari menanti penerbangan menggunakan Heli ke titik kunjungan, Ketua Umum IKA Unhas ini mendengarkan briefing yang disampaikan Kru Heli.

Saat mendengarkan arahan ini, tiba-tiba handphone Mentan Amran berbunyi, singkat informasinya, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto berencana mengunjungi kantor Kementan dan Badan Gizi Nasional yang juga berada di kompleks Kementerian di Ragunan tersebut. Pihak Istana pun mempersilakan Mentan melanjutkan agendanya di Lampung.

Namun bukan Mentan Amran kalau tidak memikirkan urusan adab dan etika, seorang Kepala Negara yang akan berkunjung ke kantornya, tentu akan berbeda atmosfirnya jika orang nomor satu di Kementerian Pertanian tersebut tidak hadir mendampingi.

Dengan cepat beliau memanggil dengan lambaian tangan ke Suwarno, pengawal pribadi (walpri) yang berdiri di depannya. Setelah Suwarno mendekat, dibisikinya agar segera memanggil Kapten Andra Wilana, Ajudan yang berasal dari Satuan Khusus Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Andra yang saat itu sedang bersedia di Heli Pengawal turun lalu mendekati Pria kelahiran Bone ini, “siapkan pesawat segera, kita kembali ke Jakarta” instruksinya dengan suara berbisik.

Andra yang sudah paham, bahwa hanya Presiden yang bisa membuat Mentan langsung kembali ke Jakarta ini dengan sigap menelepon kru pesawat, “Bella masih di lounge pak” jawab pramugari berjilbab itu. “Segera kembali ke pesawat, kita harus kembali ke Jakarta” tegas Kapten Andra.

Setelah selesai briefing, Mentan Andi Amran lalu pamit ke Kasal Laksamana TNI Muhammad Ali, “Mohon maaf Laksamana, kami hanya bisa sampai di sini, harus segera kembali ke Jakarta, Presiden akan berkunjung ke kantor kami” ucapnya dengan penuh takzim.

Kasal pun memahami kondisi ini dan mengantarkan kembali Mentan ke pesawat jet yang ditumpanginya.

Pesawat tidak bisa terbang langsung seperti angkutan biasa sebelum mendapatkan izin terbang (flight approval), untuk normal 3 x 24 jam, dalam kondisi mendesak 2 – 3 jam, namun untuk urusan ini, tidak bisa menunggu selama itu.

Pihak pengelola Air Transport menjelaskan bahwa sementara diuruskan izinnya. Dengan terpaksa, beliau yang jarang mau meminta tolong untuk urusan pribadinya akhirnya menelpon Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, untuk Merah Putih, demi menjaga adab ke Pimpinan, hal yang selalu diajarkan ke pendampingnya, Mentan lalu memohon agar dibantu percepatan persetujuan izin terbangnya karena tidak ingin Presiden tiba lebih dahulu di kantornya.

Telepon dengan Menhub ditutup, Pilot pun menggerakkan pesawat, izin telah didapatkan, tepat pukul 8.40 pesawatnya lepas landas kembali menuju Bandara Halim Perdanakusumah.

Hanya 67 Menit di Lampung demi adab ke pimpinan, Mentan Andi Amran betul-betul mencontohkan bagaimana totalitas ke pimpinannya yang merupakan Panglima Tertinggi di Negeri ini, yang memberinya Amanah untuk mengurusi nasib petani dan pangan rakyat Indonesia.

Adab inipun ditunjukkan kepada Kasal sebagai tuan rumah, meski Kasal akan paham, namun Mentan Amran tetap menunggu hingga briefing selesai baru kemudian pamit.

Dirinya berhasil mendahului Presiden tiba di Kompleks Kementan, disambutnya lalu diajak ke ruangan Smart Agriculturure System untuk menghadiri telekonferensi bersama petani, penyuluh pertanian, kepala dinas provinsi, serta Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi).

Dalam pertemuan virtual yang dihadiri sekitar 4 ribu peserta tersebut, Presiden Prabowo menegaskan komitmen pemerintah dalam mencapai swasembada pangan, khususnya swasembada beras.

Presiden pun menyampaikan apresiasinya ke Mentan Andi Amran.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Pak Mentan atas pengendalian Anda terhadap situasi pertanian. Saya akui, ini sangat bagus. Tinggal semua unsur bekerja sama untuk memperkuat upaya ini,” ujarnya di penghujung arahannya.

Kunjungan ini juga menjadi tonggak sejarah karena baru pertama kalinya Kantor Pusat Kementan di Ragunan, Jakarta, dikunjungi oleh Kepala Negara.

Tenaga ahli yang tertinggal di Lampung karena terlanjur mendahului ke titik kunjungan berkelakar, “luar biasa, baru sampai di bandara, udah balik lagi, udah kaya angkot aja itu pesawat,” ujarnya dengan tawa.

Bagi Mentan Andi Amran, mendampingi Presiden adalah urusan negara, mulia demi Merah Putih dan bangsa tercinta.

“Kalau Christina Martha Tiahahu rela meregang nyawa di kapal dan akhirnya dibuang ke laut demi kemerdekaan, mengapa kita tidak berani berkorban harta untuk negeri ini? Ini belum seberapa” ungkapnya dalam beberapa pertemuan ketika ditanyakan terkait pengeluarannya menggunakan pesawat jet dalam kunjungan kerja yang berasal dari dana pribadi.

Manifestasi rasa syukur, itulah yang kami amati sedang dilaksanakan Mentan saat ini. Bahwa segala nikmat yang dikaruniakan Allah Swt kepadanya semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk kemaslahatan bangsa, kemaslahatan petani dan rakyat Indonesia, inilah salah satu bentuk rasa syukur selain dalam bentuk ibadah mahdhah yang telah disyariatkan.

Sebagaimana ungkapan Ibnu Qayyim Al Jauziyah, bahwa bersyukur itu adalah dengan menggunakan nikmat yang didapatkan untuk ketaatan dan hal yang diridhai Allah Swt. (*)