KABARIKA.ID, PANGKEP – Departemen Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin (Unhas) melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di pulau Samatellu Borong dan Samatellu Pedda, Sabtu (22/10) di Kabupaten Pangkep.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kegiatan penyuluhan tentang pengelolaan cemaran sampah plastik di Pulau Samatellu Borong, Kabupaten Pangkep.
Kegiatan penyuluhan tentang pengelolaan cemaran sampah plastik di Pulau Samatellu Borong, Kabupaten Pangkep.

Pengabdian Ilmu Kelautan ini berupa penyuluhan, pemeriksaan gigi anak-anak, dan penyaluran paket Sembako serta paket pembersih gigi kepada warga pulau. Kegiatan ini dihelat bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Laut Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Puslitbang Kesehatan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unhas.

Rangkaian kegiatan pengabdian ini diawali di Pulau Samatellu Borong dengan pemeriksaan gigi terhadap 50-an murid SD dan pembagian paket pembersih gigi kepada anak-anak. Kemudian penyaluran paket Sembako berupa beras 5 kg dan satu rak telur kepada sekitar 46 KK. Juga melaksanakan penyuluhan tentang pengelolaan cemaran sampah plastik di pulau yang dilanjutkan dengan kegiatan bersih-bersih pantai.

Di Pulau Samatellu Pedda yang jaraknya sekitar 1,5 km timur laut Samatellu Borong, kegiatan yang dilakukan hanya berupa penyaluran paket Sembako kepada 14 KK dan paket pembersih gigi untuk anak-anak yang bermukim di pulau kecil tersebut. Jarak terdekat untuk mengakses pulau-pulau ini dari Pelabuhan Maccini Baji di Kabupaten Pangkep dengan jarak tempuh sekitar dua jam.

Ketua Departemen Ilmu Kelautan FIKP Unhas Dr. Khairul Amri, ST., M.Si dalam sambutannya menyampaikan, pulau-pulau yang ada di Desa Mattirowalie, Kecamatan Tupabbiring Utara, Kabupaten Pangkep, ini akan dijadikan sebagai Desa Binaan sehingga kegiatan pengabdian ini nantinya akan digelar secara berkala dengan menggandeng pihak-pihak terkait sesuai tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan.

“Pulau-pulau di Samatellu ini rencananya akan kami jadikan sebagai Pulau Binaan karena kami melihat pulau-pulau ini belum banyak disentuh, aktivitas keseharian masyarakat nelayan masih banyak berinteraksi dan memanfaatkan sumber dayanya secara tradisional,” kata Dr. Khairul.

Dengan model Desa Binaan ini, lanjut Khaerul, akan lebih mudah diukur hasil intervensi aktivitas perguruan tinggi ke masyarakat dibandingkan pengabdian yang dilakukan insidentil dan berpindah-pindah. “Nantinya kita bisa mengukur peningkatan pengetahuan, kapasitas, dan tingkat kesadaran masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya lautnya,” tegasnya.

Sementara itu, Kapuslitbang Laut Pesisir dan PPK Unhas, Prof. Dr. Nurjannah Nurdin, M.Si menyambut baik keinginan Departemen Ilmu Kelautan FIKP Unhas untuk secara bersama-sama melakukan pengabdian di Pulau Samatellu dan menjadikannya sebagai pulau binaan.

“Saya kira ini adalah suatu hal yang positif, kita bisa berkontribusi nyata kepada masyarakat kecil di pulau-pulau yang belum banyak disentuh. Apalagi jika kita secara bersama-sama ingin menjadikan pulau-pulau ini sebagai Desa Binaan,” ujarnya.

Pemeriksaan gigi sekitar 50 murid SD di Pulau Samatellu Borong, Kabupaten Pangkep.
Pemeriksaan gigi sekitar 50 murid SD di Pulau Samatellu Borong, Kabupaten Pangkep.

Ketua tim Puslitbang Kesehatan drg. Nirwana Dachlan, menilai pemberian paket pembersih gigi kepada anak-anak di Pulau Samatellu Borong sangat tepat. “Hampir semua anak yang kami periksa giginya tadi mengalami kerusakan. Paling banyak adalah karies gigi, banyak yang lebih 50 persen giginya sudah karies,” kata Nirwana.

Penyebabnya, menurut Nirwana, karena kurangnya perhatian terhadap kebersihan gigi dan ini sangat penting peranan orang tua agar memberikan perhatian terhadap kebersihan gigi anak-anaknya.

Kepala Desa Mattirowalie, Kecamatan Tupabbiring Utara, Kabupaten Pangkep, Nursyam, SE menyambut baik keinginan Departemen Ilmu Kelautan Unhas untuk menjadikan lokasinya sebagai desa binaan.

“Kami menyambut baik dan berterima kasih jika ingin menjadikan Desa Mattirowalie sebagai desa binaan. Desa kami ini memang masih jarang disentuh dari perguruan tinggi. Yang paling sering adalah dari Pemda Pangkep,” ujar Nursyam.

Menurut Kades yang masih terbilang muda ini, di Desa Mattirowalie terdapat empat pulau, yaitu Pulau Samatellu Lompo (sekitar 600 jiwa), Pulau Samatellu Borong (sekitar 46 KK), Samatellu Pedda (13 KK), dan Pulau Salebbo (sekitar 300 jiwa).

“Keempat pulau ini berbeda-beda fokus mata pencahariannya. Pulau Samatellu Lompo penghasil ikan teri dan tenggiri, Samatellu Borong dan Samatellu Pedda penghasil kepiting rajungan dan ikan katamba, pulau Salebbo penghasil cumi dan kerapu sunu,” papar Kades Nusyam. (sa/rs)