KABARAIKA.ID, MAKASSAR–Arah masa depan Indonesia akan ditentukan oleh apa yang menjadi pilihan pada Pemilu Tahun 2024. Hal tersebut terungkap pada Leader Talk di Red Corner Cafe, Sabtu (22/10/2022) siang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Diskusi yang digelar Institut Bisnis dan Profesi (IBP) Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (IKA) UNHAS merupakan seri diskusi Leader Talk dengan Tema: Membaca Masa Depan Indonesia dengan slogan Change Your Mindset, Change Your Life.
Hadir sebagai pembicara dalam Leader Talk ini dosen muda alumni UNHAS Andi Luhur Prianto, Alumni Senior Ahli Perencanaan Pembangunan Daerah Abdul Madjid Sallatu, dan Pengamat Politik Nasional Pendiri Lembaga Survey Kedai Kopi Hendri Satrio.
Leader Talk dibuka Sekretaris Jenderal PP IKA UNHAS Prof. Dr. Ir. Yusran Jusuf dan digelar untuk membaca masa depan Indonesia dalam rangka menyambut Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Kepala Sekolah IBP IKA UNHAS, Muhammad Ramli Rahim yang akrab disapa MRR mengatakan, Leader Talk ini merupakan kegiatan untuk menjalin silaturahmi dan peningkatan wawasan di kalangan alumni.
Di samping itu, tambahnya, melalui kegiatan Leader Talk ini menjadi wadah persiapan menyambut Pemilu 2024 nanti.
DIjelaskan bahwa tema yang kami angkat ini memang untuk merespon hiruk pikuk dini pemilu 2024 dan mempersiapkan diri menyambut Pemilu nanti. Jadi seperti apa pandangan ahli atau pengamat soal masa depan bangsa dan negara in,” tegas MRR.
“Alumni Unhas harus memiliki wawasan nasional dan internasional yang mumpuni, agar dapat memprediksi kearah mana bangsa ini bergerak dalam berbagai aspek” lanjut MRR
NEGASIKAN DAERAH
A.M. Sallatu dalam uraiannya menyoroti pembangunan yang seringkali menegasikan pembangunan daerah karena menjadi pembangunan nasional sebagai dasar pengambilan kebijakan, bukan pembangunan daerah yang kemudian terakumulasi menjadi pembangunan nasional.
”Kita butuh perubahan, bagaimana supaya daerah menjadi instrumen utama dari kepentingan Nasional,” kata A.M. Sallatu.
Saat ini tambahnya, cara pandang Nasional, kepada daerah menjadikan semua program nasional menjadi morat marit, Perspektif daerah harus menjadi perhatian nasional.
Sementara Luhur A Priantoto secara runut membahas bagaimana sistem politik kita akhirnya tersandera oleh oligarki baik oleh oligarki besar maupun oligarki kecil yang bermain di level yang lebih rendah.
Sistem politik hari ini malah melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang tak jelas latar belakangnya tapi tiba-tiba tampil di puncak kepemimpinan baik di legislatif maupun di eksekutif.
”Para pemimpin sekarang, tak ada yg berani berbuat yang melampaui masa kepemimpinnya, kita terbiasa berpikiran pragmatis,” ungkapnya.
Bahkan, kata Luhur, demokrasi sekarang lebih banyak menjadi alat kekuasaan, Demokrasi kita di desain oleh kekuatan oligarki.
Sementara Henri Satrio membahas data-data aktual tentang kondisi perpolitikan saat ini.
Bandul perubahan sedang bergerak katanya, jika dulu rakyat menginginkan pemimpin berwibawa, berkharisma seperti SBY lalu bandul tiba-tiba bergerak mencari pemimpin yang merakyat dan lahirlah tagline “Jokowi-JK adalah kita.
Dan setelah 10 tahun bandul kembali akan bergerak mencari pemimpin yang cerdas, tegas, dan mampu membangun secara terukur, melahirkan ide dan mewujudkan dalam karya.
”Nagara demokrasi wajib memenuhi persyaratan yaitu ekonomi yang merata, hukum yang tidak tebang pilih serta kedewasaan berpolitik,” ujar Henri. (mur/mrr).