KABARIKA.ID, JAKARTA – Pemerintahan Prabowo Subianto punya asa mewujudkan swasembada pangan nasional.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu langkahnya dengan bantuan pupuk subdisi bagi para petani tanah air.
PT Pupuk Indonesia (Persero) memainkan peran kunci dalam penyaluran pupuk bersubsidi di Indonesia.

Mereka bertanggung jawab untuk menyalurkan pupuk subsidi dari produksi hingga ke tangan petani melalui berbagai mekanisme, termasuk melalui kios pupuk resmi dan titik serah yang disetujui.
Saat ini Pupuk Indonesia ternyata masuk 6 besar dunia dalam hal produsen pupuk.
Ada lima kawasan industri pupuk yang dikelola Pupuk Indonesia.
Setiap tahunnya PT Pupuk Indonesia memproduksi 9,4 juta ton urea dan 4 juta ton NPK.
Produksi itu menopang ketahanan pangan sekaligus membuka peluang hilirisasi petrokimia dalam negeri.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menyerukan perlunya kerja sama berbagai pihak demi memaksimalkan hasil produksi pupuk.
Kerja sama tersebut diharapkan jadi solusi penting menghadapi tantangan global seperti krisis pangan, gangguan rantai pasok, dan perubahan iklim.
Dengan skala tersebut, peran Indonesia tak hanya penting di tingkat nasional, namun juga dalam menjaga stabilitas pasok pupuk secara regional.
“Ketahanan pangan nasional dan regional hanya dapat dicapai bila rantai pasoknya stabil dan kita memiliki visi bersama,” kata Rahmad melalui keterangan resmi Selaa (29/6/2025).
Sebagai pemain utama di kawasan Asia Pasifik serta Timur Tengah dan Afrika Utara, Pupuk Indonesia membawa visi menjadi perusahaan agrosolusi dan petrokimia kelas dunia.
Kendati demikian, Rahmad menyoroti pentingnya ketersediaan bahan baku pupuk sebagai fondasi utama ketahanan pangan jangka panjang.
“Kita tahu bahwa tidak semua kebutuhan pupuk bisa dipenuhi dari dalam negeri, seperti fosfat dan potash. Maka kami menjalin dialog dan kolaborasi untuk memastikan ketersediaan bahan baku tetap aman sebagai bagian dari strategi swasembada pangan,” ungkap Rahmad.
Untuk mewujudkan itu, Pupuk Indonesia terus mengembangkan kemitraan strategis di berbagai kawasan, serta mempercepat pembangunan fasilitas produksi domestik. Langkah ini ditempuh untuk menjamin keamanan pasokan bahan baku dan menjaga ketersediaan pupuk yang terjangkau bagi petani, demi mendorong produktivitas sektor pertanian.
Komitmen tersebut diwujudkan lewat modernisasi industri, termasuk revitalisasi Pabrik Pusri IIIB dan revamping pabrik Amonia PKT II guna meningkatkan efisiensi dan kapasitas produksi.
Tak hanya itu, proyek pembangunan pabrik pupuk di Fakfak, Papua Barat, yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), juga dijalankan demi memperkuat distribusi di wilayah Indonesia timur.
“Revitalisasi ini bukan sekadar soal efisiensi. Ini adalah cara kami menjaga keterjangkauan harga pupuk dan menyesuaikan kapasitas produksi dengan pertumbuhan kebutuhan pangan Indonesia yang terus meningkat. Ketahanan pangan butuh dukungan dari sisi hulu secara konsisten dan berkelanjutan,” tuturnya.
Berbagai langkah ini tak hanya menambah daya saing industri pupuk dalam negeri, namun juga memperkuat posisi Indonesia sebagai simpul utama rantai pasok pupuk di kawasan Asia Tenggara hingga Timur Tengah dan Afrika Utara.
Upaya ini membuka lebar peluang kerja sama global demi menciptakan industri pupuk dan petrokimia yang berkelanjutan, tangguh, serta inklusif. (*)