“Kita hanya kurang penjelajahan saintifik, kiita juga ada persoalan pada efektivitas pengelolaan.” Rektor Prof Jamaluddin Jompa.
KABARIKA, MAKASSAR – Guru Besar Biologi Laut dari The Victoria University Wellington Selandia Baru Prof James John Bell memberi kuliah Ilmu Kelautan di FIKP Unhas, Senin, 7/11/2022. Topik yang dibawakan terkait Sponge, tepatnya, ‘The Rise of Sponges in the Arthropocene.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dekan FIKP Unhas Dr Syafruddin menyebut Prof James sebagai bagian dari potret Victoria University Wellington yang merupakan kampus yang masuk ‘peringkat 300 dunia namun juga masuk pada ranking 100 besar by human and art subject‘ di dunia.
“Ini kebanggaan bagi kami untuk memperoleh kuliah dari Prof James,” ucapnya.
Dekan Syafruddin juga meceritakan terbentuknya FIKP Unhas sejak 26 tahun silam. sebagai bagian dalam pemjuan ilmu kelautan dan perikanan. “
Tepantnya tanggal 29 Januari 1996. Kami ada kampus vokasi di Selayar dan Marine Station di Pulau Barrang Lompo, ” ucapnya.
Dia juga berterima kasih ada kepada Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa dan Dr Shinta Werowilangi yang merupakan kolega Prof James. “Semoga kita bisa melanjutkan kerjasama dengan Prof James ke depannya,” harapnya.
Sementara itu, Rektor Unhas, Prof JJ menyebut pertemanannya dengan Prof James sejak 15 tahun lalu.
Dia juga memuji Prof James yang masih bisa menyelam dan menikmati profesi sebagai peneliti terumbu karang sementara dia sebagai rektor antara riset dan urusan administrative yang menyita banyak waktu.
“Kenapa kita Unhas harus bangga sebab berada di tengah negara yang kaya sumberdaya kelautan dan perikanan. Kenapa harus bangga dan merasa puas dengan piihan masuk di kelautan dan perikanan, karena ini adalah salah satu jurusan yang sangat pentng, Bukan hanya karena laut 70 person di bumi tetapi juga indah dan menantang secara ilmiah,” terangnya.
Prof JJ berharap kehadiran Prof James dapat memotivasi, menjaga spirit dan juga persahabatan dan kolabotrasi untuk dapat memahami terumbu karang. “Memahami lebih dalam terkait sponge yang sangat unik,” ucapnya.
“Ini kesempatan baik yang membuat fakultas kita menjadi lebih tinggi posisisnta, bukan hanya ranking internasional tetapi juga nasionla di Indodonesia,” harapnya.
Terkait pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan itu, Prof JJ menyebut perlu mengadopsi sains dan teknologi. Dia juga menyebut Indonesia punya terumbu karang yang lebih baik dari Great Barrier Reef.
“Kita hanya kurang penjelajahan saintifik, kiita juga ada persoalan pada efektivitas pengelolaan,” ucapnya.
Sesuai dengan topik kuliahnya, “Munculnya Spons di Anthropocene, Profesor James Bell menjelaskan bagaimana spons laut cenderung menjadi salah satu ‘pemenang’ sebagai organisme beradaptasi dengan perubahan antropogenik pada iklim dan lautan.
Dalam paparannya pada kuliah yang dimoderatori Dr Yayu La Nafie dari Prodi Ilmu Kelautan FIKP Unhas ini, secara sederhana disebutkan bahwa kita telah memasuki Antroposen satu keadaan atau periode geologis di mana aktivitas manusia merupakan pengaruh dominan terhadap iklim global dan lingkungan.
Kualitas lingkungan terus menurun di lautan kita dan tidak semua organisme merespons tekanan antropogenik dengan cara yang sama, yang berarti beberapa organisme pada akhirnya dapat menang atas yang lain.
Dia menjelaskan bukti dari dua dekade penelitian yang mendukung spons laut menjadi salah satu ‘pemenang’ dalam lingkungan kita yang terus berubah dan apa artinya ini bagi fungsi ekosistem laut.”
“Sponge mempunyai peran kunci dan sangat melimpah di dunia. Banyak bukti menunjukkan bahwa sponge lebih tangguh di terumbu dibanding karang. Perubahan-perubahan yang ada telah memberikan dampak mendalam pada rantai makanan dan fungsi ekosistem,” jelasnya.
“Kita harusnya tidak melupakan hal-hal yang telah terdampak pada skala lokal,” ucapnya.
Sponges adalah jenis hewan yang berpori. Bentuknya mirip seperti spons yang biasa untuk mencuci piring, tapi berbentuk bulat atau lonjong. Dan kadang berwarna putih atau kekuningan.
Habitat asli sponge senang berada di perairan atau dasar laut. Bahkan, sebagian besar sponges memang hidup di dasar laut atau terumbu karang. Sponges memiliki sejumlah ciri-ciri yang melekat pada dirinya. antara lain memiliki sel banyak dan berbentuk simetri radial atau asimetris
Terdapat 2 lapisan sel dan terdapat gelatin yang dikenal dengan mesenkim dan tubuhnya terdiri dari pori-pori, saluran dan rongga untuk tempat air mengalir. Seluruh tubuh sponges terdiri dari sel-sel berleher yang disebut sebagai koanosit.
Tentang Prof James Bell
Prof James adalah ahli ekologi laut dengan berbagai minat dalam organisme dan sistem laut. Ketertarikannya pada biologi kelautan didorong oleh kecintaan pada lautan saat tumbuh besar di Devon. Dia meraih sarjana Biologi Kelautan (BSc hons first class) di University of Wales, Bangor di North Wales.
Setelah meraih gelar BSc dia kembali ke Irlandia dan Lough Hyne untuk menyelesaikan PhD di University College Cork di bawah pengawasan Dr David Barnes. Dia fokus pada kumpulan spons yang tidak biasa di Lough Hyne.
Setelah menyelesaikan PhD pada tahun 2001, James mengambil jabatan dosen dalam biologi kelautan di Universitas Glamorgan di South Wales, dan setelah satu tahun mengambil posisi dosen sementara lainnya di Universitas Reading.
Dia pernah melakukan perjalanan ke Indonesia untuk mengerjakan kajian kumpulan spons tropis wilayah Wakatobi. Setelah satu tahun di Reading dia pindah kembali ke Wales untuk mengambil jabatan dosen permanen pertama di University of Wales, Aberystwyth, di mana dia menghabiskan tiga tahun.
Dari sana dia mengambil posisi sebagai Dosen Senior Biologi Kelautan sejak 2006 dan direktur program Magister Konservasi Kelautan di Victoria University of Wellington Selandia Baru.
Dia dipromosikan menjadi Associate Professor di Biologi Kelautan 2014, dan Profesor Biologi Kelautan pada tahun 2019.Dia sekarang adalah direktur program semua program Biologi Kelautan di VUW.