(Kesan Yulianus / Camat Tomoni Timur atas Kunjungan Kerja Mentan Amran ke Luwu Timur)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KABARIKA.ID, LUWU TIMUR– Embun belum benar-benar menguap ketika helikopter berputar pelan di atas Lapangan Batara Guru, Desa Kertoraharjo, Kecamatan Tomoni Timur. Bunyi baling-baling memecah sunyi pagi, mengiringi kedatangan seseorang yang membawa lebih dari sekadar jabatan: harapan.

Adalah Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, yang menjejakkan kaki di tanah Luwu Timur, Senin pagi (19/5/2025). Dari udara, ia melihat hamparan sawah hijau dan kuning yang tumbuh tak sekadar dari benih padi, tapi juga dari tekad petani yang tak lelah menggantungkan hidup pada tanah.

Kehadirannya bukan sekadar seremonial. Ia datang untuk memanen, mendengar, dan menjawab. Di Desa Margomulyo, Menteri Pertanian menyaksikan langsung panen raya padi dengan Combine Harvester yang menderu, mengangkut bulir-bulir emas hasil keringat petani. Ia tak hanya berdiri sebagai pejabat negara, tapi juga sebagai anak petani yang tahu betul betapa satu musim gagal bisa membuat meja makan kosong.

Dalam arahannya, Mentan menegaskan pentingnya IP 400—empat kali tanam dan panen dalam setahun. Bukan mimpi, katanya, jika petani berani mencoba benih super genjah.

“Saya melihat hasil panen ini cukup bagus. Lutim harus mampu meningkatkan indeks pertanaman hingga empat kali setahun untuk memperkuat ketahanan pangan nasional,” ujarnya lantang, disambut anggukan petani yang selama ini terbiasa dua kali tanam saja.

Varietas Cakra Buana menjadi senjata baru. Cepat tumbuh, cepat panen, dan menjanjikan lebih.

“Dengan sistem penanaman benih padi super genjah, kita bisa menanam minimal tiga kali, bahkan bisa empat kali dalam setahun,” sambungnya dengan semangat.

Tapi ia tak hanya bicara tentang benih. Ia mendengar. Dalam sebuah dialog terbuka, petani menyampaikan satu permintaan konkret: pembangunan jaringan irigasi sepanjang 3 kilometer. Tak butuh waktu lama, Mentan langsung mengiyakan.

“Kerjakan tahun ini, karena ini sudah diprogramkan,” ujarnya tanpa basa-basi.

Di antara sawah dan suara mesin panen, hadir juga Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Bupati Luwu Timur H. Irwan Bachri Syam, serta Kepala Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian Kementan RI, Prof. Fadjry Djufry. Suatu barisan yang menunjukkan bahwa sektor pangan kini kembali jadi perhatian negara.

Bupati Irwan, dalam sambutannya, menyebut kunjungan ini sebagai bahan bakar semangat.

“Kedatangan pak Menteri memberikan motivasi bagi kami untuk bekerja lebih keras dalam meningkatkan produksi pertanian,” katanya.

Tak berhenti di dialog, momen ini juga ditandai dengan penyerahan simbolis pembelian gabah langsung oleh Bulog, serta bantuan alat mesin pertanian: 15 unit traktor roda dua, 2 unit traktor roda empat, 5 unit pompa air 3 inchi, dan benih padi untuk kelompok tani. Sebuah paket lengkap antara teknologi, kehadiran negara, dan semangat petani.

Tomoni Timur, hari ini, tak hanya memanen padi. Ia memanen pengakuan, janji, dan kemungkinan. Karena di wilayah ini, pertanian bukan sekadar warisan, tapi masa depan. Dan masa depan itu kini mulai ditanam bersama. (*)