KABARIKA.ID, JAKARTA – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya meningkatkan populasi sapi perah nasional untuk mendukung ketahanan pangan, khususnya di sektor susu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketua Kelompok Fungsi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat Hilirisasi Hasil Peternakan Ditjen PKH, Maria Nunik Sumartini, mengungkapkan bahwa saat ini populasi sapi perah di Indonesia masih berada di angka sekitar 500 ribu ekor.

“Kita masih memiliki sekira 500 ribu sapi perah, dan itu masih jauh dari cukup. Karena itu, kami mengajak pelaku usaha dan investor untuk bersama-sama meningkatkan populasi,” kata Maria kepada wartawan Senin (16/6/2025).

Sebagai bagian dari strategi peningkatan populasi, pemerintah menargetkan impor 200 ribu ekor sapi perah setiap tahunnya.

Fokus utama impor adalah sapi betina bunting yang mampu menghasilkan susu setelah melahirkan.

“Rencana kami, setiap tahun impor 200 ribu sapi. Kemitraan akan dilakukan antara pelaku usaha, investor, dan koperasi peternak. Harapannya, pada 2029 populasi sapi perah nasional bisa bertambah hingga 1 juta ekor,” tambah Maria.

Namun hingga pertengahan 2025, realisasi impor masih tergolong rendah, yakni baru sekitar 9.700 ekor.

Meski begitu, pemerintah tetap optimistis dengan skema investasi swasta yang tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Impor saat ini masih 9.700-an ekor, namun prosesnya terus berjalan. Yang kami prioritaskan adalah sapi betina,” tegasnya.

Terkait asal negara sapi impor, Maria menyebut Australia masih menjadi pemasok utama karena kemitraan yang sudah terjalin lama. Namun, pemerintah juga mulai membuka peluang impor dari negara lain seperti Brasil dan Selandia Baru.

“Selain dari Australia, kita juga berencana datangkan sapi dari Brazil dan New Zealand,” ujarnya.

Langkah ini tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan susu dalam negeri, tetapi juga sebagai strategi jangka panjang untuk meningkatkan ekonomi peternak lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor daging sapi.

Sementara itu Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman turut menyuarakan optimisme terhadap masa depan pertanian nasional.

Ia menilai bahwa Indonesia memiliki potensi menjadi negara adidaya dalam 10 tahun mendatang, asalkan mampu mengembangkan sektor hilirisasi pertanian secara serius.

“Hilirisasi adalah kunci transformasi pertanian. Jika dilakukan dengan konsisten selama 10 tahun ke depan, Indonesia bisa menjadi negara superpower,” ujar Amran.

Menurutnya, pertanian tak lagi hanya soal produksi, melainkan juga menyangkut nilai tambah dari pengolahan hasil, inovasi teknologi, hingga pembangunan industri berbasis pertanian.