KABARIKA.ID, MAKASSAR — Guru Besar Antropologi Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Dr. Tasrifin Tahara, M.Si. segera mengemban amanah baru sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dili di Timor Leste. Ia dijadwalkan mulai menjalankan tugasnya secara resmi pada 31 Juli 2025.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat ini Prof Tasrifin masih menjabat sebagai Kepala Departemen Antropologi Unhas. Penugasan tersebut menjadi momentum penting dalam karier akademiknya yang selama ini banyak berkiprah dalam riset-riset komunitas dan kebudayaan di Indonesia.
“Sebenarnya menjadi atase itu saya tidak pernah bermimpi, karena latar belakang saya adalah antropologi, yang lebih banyak meneliti komunitas-komunitas, belajar kebudayaan dan masyarakat,” ujar Prof Tasrifin Tahara, Senin (16/6/2025).

“Saya anggap ini sebagai anugerah, ruang yang tidak pernah saya impikan, tapi dalam hati kecil sebenarnya saya ingin, ingin berpartisipasi memajukan peradaban, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain, khususnya yang masih berkembang,” tambahnya.
Prof Tasrifin menjelaskan bahwa proses seleksi untuk menjadi Atdikbud dilakukan secara ketat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan terbuka untuk seluruh dosen dari berbagai kampus di Indonesia. Dalam proses ini, peserta harus memenuhi sejumlah syarat seperti pangkat, golongan, dan usia maksimal.
“Setiap tahun kementerian membuka seleksi. Ini bukan pertama kalinya saya mendaftar. Ini kali ketiga saya ikut, dan akhirnya terpilih. Seleksinya sangat ketat, termasuk asesmen psikotes yang mendalam, dan dari hasil itu akhirnya saya dipanggil. Saya diberi tahu bahwa saya berpeluang ditempatkan di Timor Leste,” sambungnya.
Lebih lanjut, Prof Tasrifin menyampaikan ketertarikannya terhadap Timor Leste, negara tetangga yang memiliki kedekatan historis dan budaya dengan Indonesia.
“Saya memang suka Timor Leste. Negara itu juga lahir dari rahim kita, Indonesia. Meskipun kecil, mereka memiliki peradaban yang tinggi, tingkat toleransi yang baik, dan unsur kebudayaannya sangat mirip dengan Indonesia.
Bahkan, tambah Tasrifin, banyak negara Eropa yang juga menunjukkan ketertarikan terhadap mereka.
“Saya melihat itu sebagai potensi yang luar biasa dan saya ingin ikut berkontribusi dalam mengembangkan potensi tersebut,” terangnya.
Sebagai Atdikbud, Prof Tasrifin akan memfokuskan tugasnya pada penguatan diplomasi budaya dan pendidikan antara Indonesia dan Timor Leste. Ia menyebutkan bahwa saat ini KBRI di Dili telah memiliki Pusat Budaya Indonesia, yang aktif menggelar berbagai program.
“Di pusat budaya itu ada pelatihan menyanyi, menari, juga produk-produk budaya Indonesia yang dipamerkan. Ada juga program belajar Bahasa Indonesia yang semakin diminati oleh masyarakat Timor Leste. Bahkan sekarang banyak mahasiswa dari sana yang kuliah di Indonesia. Di Unhas sendiri saat ini ada sekitar 40 hingga 45 mahasiswa asal Timor Leste,”sambungnya.
Meski belum pernah menginjakkan kaki langsung di Timor Leste, Prof Tasrifin telah mendapatkan orientasi selama satu bulan di kementerian sebagai bekal untuk menjalankan tugasnya nanti.
“Selama orientasi, saya diperkenalkan dengan tugas-tugas pokok yang akan dijalankan. Saya juga diberi informasi tentang program-program yang sudah berjalan dan apa yang belum dilaksanakan. Dari situ, kami bisa menyusun strategi dan rencana kerja untuk memperkuat hubungan budaya dan pendidikan Indonesia–Timor Leste ke depan,”kuncinya.
Penugasan ini menjadi kebanggaan tersendiri, bukan hanya bagi Prof Tasrifin pribadi, tetapi juga bagi Universitas Hasanuddin dan dunia akademik Indonesia secara umum.
Dalam era diplomasi modern, peran atase pendidikan dan kebudayaan tidak hanya sekadar memperkenalkan budaya, tetapi juga membangun jembatan pengetahuan dan kerja sama lintas negara. (*)