KABARIKA.ID, JAKARTA — Setelah lima tahun mewarnai jagat musik jazz elektronik Indonesia, Littlefingers mempersembahkan album anyar setelah tiga tahun tidak merilis album.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Album yang namanya diadopsi dari permainan papan legendaris, ular tangga, merupakan representasi perjalanan musik ketiga personil Littlefingers sebagai musisi di industri musik Indonesia.

Littlefingers mengungkapkan, bahwa album ini juga ditulis sebagai penyegaran terhadap identitas musik yang mereka bangun selama lima tahun terakhir. Fresh jadi kata yang terpikirkan mewakili Snakes and Ladders.

“Setelah 3 tahun tidak ada rilisan berbentuk full album, saya personally merasa disegarkan kembali musically, walaupun pada proses pengerjaannya, (full) album pastinya lebih memakan waktu dan perlu dedikasi yang lebih. Bersyukur bandnya sudah berjalan kurang lebih 5 tahun, sudah lebih tau maunya apa, sudah lebih banyak referensi dan juga didukung dengan alat-alat yang berbeda dari album sebelumnya. Otak semacam ter-“reset” dan bisa terpikirkan approach yang berbeda, baik dalam penulisan maupun sound,” ungkap Chika Olivia di Jakarta, Selasa (17/6/2025).

Snakes & Ladders sendiri menyajikan narasi yang berbeda dari album pertama mereka, EUPHORIA. Apabila EUPHORIA berbicara soal harapan dan optimisme mereka sebagai musisi yang sedang meniti karir, Snakes & Ladders merupakan realita dan perjuangan ketiga personil Littlefingers selama lima tahun terakhir.

Perlu diketahui, bahwa di luar Littlefingers, ketiga musisi muda tersebut juga aktif bekerja sebagai session player dan produser untuk musisi ternama tanah air.

“Album ini merupakan sebuah pengingat, tentang alasan awal bermusik, yaitu kembali untuk menciptakan dan meninggalkan bunyi yang jujur, bukan hanya sekedar mengikuti tren yang beredar. Seperti ‘pulang’ mungkin menggambarkan kata yang tepat merefleksikan proses pengerjaan album ini,” ungkap Tjdika, yang akrab dipanggil Dika.

Secara keseluruhan, Snakes & Ladders sendiri terdiri dari 9 lagu; lagu pertama sebagai intro, tiga single yang telah dirilis sebelumnya, dan lima lagu yang sepenuhnya baru.

Pada lagu “Labrnth”, Littlefingers berkolaborasi dengan produser dan music director ternama tanah air, Rishanda Singgih, dan lagu berlirik “Essence”, Littlefingers berkolaborasi dengan vokalis asal Melbourne, Australia, Emma Volard. Lagu “Essence” sendiri lantas dipilih menjadi focus track dari album berdurasi 31 menit 22 detik ini.

“Sekitar awal tahun 2025, gue menemukan album Emma Volard di salah satu streaming platform dan gue langsung suka banget sama suaranya. Sempet ada beberapa minggu dengerin album dia on repeat sambil kepikiran kayanya kalau ada salah satu lagu di album diisi oleh beliau seru kayaknya. Tidak lama setelah itu, dia mengadakan tour di Indonesia, dan kami waktu itu nekat aja kontak. Untungnya dia mau dan bener-bener memberi warna baru dari draft lagu yang sudah kami buat,” jelas David.

Masih diproduseri dan di mixing mastering secara mandiri (kecuali lagu kolaborasi dengan Rishanda Singgih), Snakes & Ladders mempertahankan bunyi synthesizer yang merupakan ciri khas dari Littlefingers, kemudian dibalut dengan dentuman bass dan drum yang padu dan penuh energi, Snakes & Ladders menawarkan pengalaman sonik yang memanjakan telinga setiap pendengarnya.

Dengan mendengarkan album Snakes & Ladders, Littlefingers berharap bahwa album ini bisa menjadi pengingat ataupun penyemangat bagi setiap pendengarnya yang sedang berjuang menghadapi papan permainan kehidupan yang tangguh. (*)