KABARIKA.ID, MAKASSAR – Rapat Paripurna Senat Akademik Universitas Hasanuddin (UNHAS) kembali melantik empat guru besar baru dari Rumpun Ilmu Sosial. Acara yang dimulai pukul 08.30 Wita pada Selasa (17/6/2025), menandai momen bersejarah bagi institusi pendidikan tinggi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Keempat guru besar yang dilantik menyampaikan pidato ilmiah sesuai dengan bidang ilmu dan kepakaran mereka, memberikan wawasan mendalam tentang isu-isu terkini yang relevan dengan masyarakat.

Prof. Dr. Andi Muhammad Akhmar, S.S., M.Hum. Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, membuka pidato dengan tema “Indigeneitas, Estetika Global, dan Fiksi Pascamodern: Membaca La Galigo dalam Kerangka Kajian Sastra dan Budaya”.

Ia menekankan pentingnya La Galigo sebagai warisan budaya yang tidak hanya berfungsi sebagai teks, tetapi juga sebagai praktik budaya yang hidup dan relevan dalam menghadapi tantangan zaman, seperti krisis ekologis dan pergeseran identitas budaya.

“Pembacaan La Galigo dari perspektif indigeneitas, serta interaksi antara tradisi dan modernitas, menciptakan dialog yang memperkaya pemahaman kita tentang identitas dan nilai dalam dunia yang terus berubah,” jelas Prof. Akhmar.

Prof. Dr. Mardi Adi Armin, M.Hum. Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat Bahasa, Fakultas Ilmu Budaya, menyampaikan pidato berjudul “Keserbamungkinan (Kontinjensi) Bahasa Menuju Dialog Intersubyektif Sains dan Budaya: Pandangan Filsafat Neopragmatisme”. Mengajak audiens untuk merenungkan bagaimana filsafat dapat menjembatani sains dan seni, serta pentingnya refleksi kritis dalam memahami nilai-nilai kemanusiaan.

“Dalam domain kemanusiaan, kita harus mampu berdiri di dua posisi sekaligus: sebagai pendukung nilai dan sebagai pengembang refleksi kritis,” ungkap Prof. Mardi.

Prof. Dr. Munira Hasjim, S.S., M.Hum. Guru Besar Bidang Ilmu Sosiolinguistik Transformasional, Fakultas Ilmu Budaya, menguraikan gagasannya dalam pidato berjudul “Bahasa dan Martabat Sosial: Suatu Analisis Sosiolinguistik Transformatif dalam Menjawab Disrupsi Komunikasi di Era Digital”. Ia menekankan pentingnya sosiolinguistik transformatif dalam membangun kesadaran kritis masyarakat terhadap fungsi sosial bahasa di tengah disrupsi teknologi informasi.

“Sosiolinguistik transformatif tidak hanya mendeskripsikan fenomena kebahasaan, tetapi juga mendorong kesadaran linguistik dan pembentukan budaya komunikatif yang inklusif,” jelas Prof. Munira.

Prof. Dr. Ansar Arifin, M.S. Guru Besar Bidang Ilmu Antropologi Maritim, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, menutup rangkaian pidato dengan tema “Trojan Altruism dan Hegemoni Pinggawa-Sawi dalam Perspektif Struktur Aktor”. Ia membahas kemiskinan struktural dalam konteks masyarakat nelayan, serta relasi patron-klien yang membatasi mobilitas sosial.

“Relasi Pinggawa-Sawi bukan hanya sekadar ekonomi, tetapi juga mencerminkan struktur sosial yang kompleks dan berakar. Pendekatan struktur aktor membantu kita memahami realitas sosial budaya kenelayanan,” ungkap Prof. Ansar.

Kegiatan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 11.30 WITA, menandai langkah baru bagi Unhas dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kontribusi terhadap masyarakat. (*)