KABARIKA.ID, WASHINGTON — Setelah memaksa Israel dan Iran menyetujui gencatan senjata pada Selasa (24/06/2025) guna mengakhiri perang 12 hari, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini mengupayakan tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Trump, ada kemungkinan gencatan senjata dalam konflik Gaza antara Israel dan militan Hamas akan tercapai dalam waktu seminggu ke depan.
Dalam sebuah acara di Ruang Oval Gedung Putih, Jumat (27/06/2025) untuk merayakan kesepakatan Kongo-Rwanda, Presiden Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia yakin gencatan senjata di Gaza sudah dekat.

Trump mengaku baru saja berbicara dengan beberapa orang yang terlibat dalam upaya mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas di daerah kantong Palestina tersebut.
Hamas mengatakan bersedia membebaskan sandera yang tersisa di Gaza berdasarkan kesepakatan apa pun untuk mengakhiri perang.
Sementara Israel mengatakan, perang hanya dapat berakhir jika Hamas dilucuti dan dibubarkan. Syarat dari Israel ini sudah pasti ditolak oleh Hamas.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan militer Israel pasca 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 56.000 warga Palestina.
Konflik di Gaza kini menyebabkan krisis kelaparan, membuat seluruh penduduk Gaza mengungsi di dalam negeri.
Mahkamah Internasional memutuskan bahwa Israel telah melakukan tindakan genosida di Gaza, Palestina. Namun Israel membantah tuduhan tersebut.
Minat untuk menyelesaikan konflik Gaza meningkat setelah AS dan Israel mengebom fasilitas nuklir Iran. Gencatan senjata antara Israel-Iran untuk mengakhiri perang selama 12 hari, mulai berlaku pada Selasa (24/06/2025).
“Saya kira sudah dekat. Saya baru saja berbicara dengan beberapa orang yang terlibat. Kami kira dalam minggu depan kita akan mencapai gencatan senjata,” ujar Trump.
Trump tidak menyebutkan dengan siapa ia berbicara, namun ia mengatakan kepada wartawan bahwa ia hampir setiap hari berkomunikasi dengan PM Israel Benjamin Netanyahu selama konflik Israel-Iran.
Prediksi mengejutkan Trump tentang kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di Gaza dalam beberapa hari mendatang, muncul pada saat hanya ada sedikit tanda-tanda bahwa pihak yang bertikai siap memulai kembali negosiasi serius atau beranjak dari posisi yang sudah mengakar.
Seorang juru bicara kantor utusan khusus AS, Steve Witkoff mengatakan mereka tidak memiliki informasi untuk dibagikan selain komentar Trump.
Kedutaan Besar Israel di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer berencana mengunjungi Washington mulai hari Senin ((30/06/2025) untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat pemerintahan Trump tentang Gaza, Iran dan kemungkinan kunjungan Netanyahu ke Gedung Putih, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Netanyahu mengatakan pada hari Kamis (26/06/2025) bahwa hasil perang Israel dengan Iran menghadirkan peluang perdamaian yang tidak boleh disia-siakan oleh negaranya.
“Kemenangan ini menghadirkan peluang untuk perluasan perjanjian perdamaian yang dramatis. Kami mengerjakan ini dengan penuh semangat,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Mediator utama Qatar mengumumkan pada Selasa (24/06/2025) bahwa mereka akan meluncurkan dorongan baru untuk gencatan senjata, sementara Hamas pada hari Rabu (25/06/2025) mengatakan pembicaraan telah semakin intensif.
“Komunikasi kami dengan para mediator di Mesir dan Qatar tidak pernah berhenti dan malah semakin intensif dalam beberapa jam terakhir,” kata pejabat Hamas Taher Al-Nunu.
Trump Berjanji Selesaikan Konflik Global
Trump juga mengatakan pada hari Jumat, bahwa ia akan menyelesaikan konflik dengan Korea Utara.
“Saya memiliki hubungan yang baik dengan Kim Jong Un dan saya sangat cocok dengannya. Jadi kita lihat saja apa yang akan terjadi,” ucap Trump kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih.
“Seseorang mengatakan ada potensi konflik, saya pikir kita akan menyelesaikannya. Jika memang ada, itu tidak akan melibatkan kita,” tambah Trump.

Kritik terhadap Perang di Gaza
Netanyahu menghadapi seruan yang semakin meningkat dari politisi oposisi, kerabat sandera yang ditawan di Gaza, dan bahkan anggota koalisi yang berkuasa untuk mengakhiri pertempuran dengan kelompok Hamas.
Israel mengirim pasukan ke Gaza untuk menggempur Hamas dan menyelamatkan sandera setelah serangan Hamas yang mengakibatkan kematian 1.219 orang, sebagian besar warga sipil, menurut angka resmi.
Kampanye militer Israel telah menewaskan sedikitnya 56.156 orang di Palestina, sebagian besar warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap angka-angka korban yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan di Gaza dapat dipercaya.
Jumlah militer Israel yang tewas di Gaza yang telah melampaui angka 780 orang, telah memicu kritik langka terhadap upaya perang oleh pemimpin partai United Torah Judaism yang ultra-Ortodoks, mitra dalam pemerintahan koalisi Netanyahu.
“Saya masih tidak mengerti mengapa kita bertempur di sana…. Tentara terus-menerus terbunuh,” kata Moshe Gafni, anggota parlemen dalam sidang di Parlemen Israel pada Rabu (25/06/2025).
Insiden terakhir mengenai tujuh tentara Israel yang terbunuh pada Kamis (26/06/2025) berasal dari korps teknik tempur Israel dan sedang melakukan misi pengintaian di daerah Khan Younis di Gaza selatan, ketika kendaraan mereka menjadi sasaran alat peledak.
Forum Sandera dan Keluarga Hilang, kelompok utama yang mewakili kerabat dari mereka yang ditahan di Gaza, mendukung kritik Gafni terhadap perang tersebut.
“Pada pagi yang sulit ini, Gafni mengatakan apa adanya…. Perang di Gaza telah berakhir, perang ini dilancarkan tanpa tujuan yang jelas dan tanpa rencana yang konkret,” kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan.
Dari 251 sandera yang ditawan oleh militan Palestina selama serangan Hamas, 49 masih ditahan di Gaza termasuk 27 yang menurut militer Israel telah tewas. (rus)