KABARIKA.ID, JAKARTA — Menulis ulang sejarah Indonesia menjadi topik yang menarik dan penting dalam konteks pembangunan identitas nasional dan memahami perjalanan bangsa.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad menyatakan bahwa pihaknya telah membentuk tim supervisi terhadap penulisan ulang sejarah Indonesia oleh Kemenbud.
Tim supervisi tersebut bertugas untuk memastikan sejarah ditulis ulang dengan baik dan tidak melanggar sejumlah ketentuan.

Menurut Dasco, pembentukan tim supervisi penulisan ulang sejarah diputuskan setelah berkonsultasi dengan Ketua DPR Puan Maharani.
Hasil rembukan dengan Wakil Ketua DPR lainnya, lanjut Dasco, juga menyetujui pembentukan tim supervisi tersebut.
“Setelah berkonsultasi dengan Ketua DPR dan sesama pimpinan DPR lainnya, maka DPR akan membentuk tim supervisi penulisan ulang sejarah,” kata Dasco dalam keterangan tertulis, yang dikutip Senin (7/07/2025).
Tim supervisi tersebut berasal dari Komisi III DPR dan Komisi X DPR. Dasco menegaskan, alat kelengkapan dewan yang diterjunkan ke dalam tim supervisi tersebut dipastikan akan bekerja secara profesional.
“Tim supervisi yang terdiri dari Komisi III DPR yang membidangi hukum dan Komisi X DPR yang membidangi pendidikan dan kebudayaan; untuk melakukan supervisi penulisan ulang sejarah yang dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan,” ujar Dasco.
Dengan terbentuknya tim supervisi tersebut, maka penulisan ulang sejarah yang digagas Kemenbud tidak lagi menjadi polemik.
Ia menambahkan, Komisi III DPR dan Komisi X DPR akan bersinergi dalam tim supervisi penulisan ulang sejarah.
“Dengan demikian, hal-hal yang menjadi kontroversi itu akan menjadi perhatian khusus oleh tim ini dalam melakukan supervisi. Pengawasan dilakukan terhadap penulisan ulang sejarah yang dilakukan tim yang dibentuk oleh Kementerian Kebudayaan,” tandas Dasco.
Hal yang Perlu Dipertimbangkan
Dalam penulisan ulang sejarah Indonesia, penting untuk mempertimbangkan beberapa hal berikut.
Pertama, sumber sejarah yang valid. Penting untuk menggunakan sumber sejarah yang valid dan dapat dipercaya untuk membangun narasi sejarah yang akurat.
Kedua, perspektif yang beragam. Penting untuk mempertimbangkan perspektif yang beragam dan pengalaman yang berbeda dari berbagai kelompok masyarakat.
Ketiga, konteks sejarah yang jelas. Penting pula untuk memahami konteks sejarah yang jelas dan kompleks untuk membangun narasi sejarah yang akurat dan bermakna. (*/mr)