KABARIKA.ID, MAKASSAR — Ulfa, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sejarah
Universitas Hasanuddin tak mengira Andi Amran yang baru pertama kali ditemuinya sebagai sosok yang humble, sederhana dan terbuka dengan siapa saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ulfa menyatakan hal tersebut saat
Founder Tiran Group Andi Amran Sulaiman menerima Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan Universitas Hasanuddin, di AAS Building, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (20/3/2023).
Dalam pertemuan yang dikemas santai penuh canda tawa itu, Andi Amran Sulaiman memompa semangat mahasiswa untuk pantang menyerah meraih cita-cita. Serta bekerja keras menyiapkan diri untuk menjadi pemimpin di masa datang.
Saat mendapat undangan silaturahmi dengan Ketua IKA1 Unhas tersebut, Ulfa sebelumnya memutuskan tidak hadir karena tak ingin terseret dalam kepentingan apapun.
“Awalnya saya kira akan mengarah ke pembicaraan serius. Saya merasa tidak ditunggangi apapun termasuk politik. Saya menghormati beliau. Bahwa hidup itu proses. Ternyata setelah berjumpa langsung orangnya humble, asyik. Orangnya santai. Jauh di luar perkiraan saya,” beber Ulfa.
Sementara Muh. Alif Ismail, mahasiswa Jurusan Geofisika menyatakan kesan yang melekat saat bertemu Andi Amran adalah karismatik.
“Setelah berbincang lebih lama ternyata beliau juga orangnya sangat humble dan bijaksana, beruntung saya dapat diberikan kesempatan berbincang dengan beliau mengenai perjuangannya dalam menggapai impiannya,” ubgkap Alif.
Dirinya mengaku banyak mendapatkan manfaat karena diberikan kesempatan mendengarkan cerita hidup dan karir dari Ketua Umum IKA Unhas yang sangat luar biasa serta memotivasinya menggapai ambisi.
“Pada saat berjuang agar temuannya dapat hak paten merupakan cerita yang sangat memotivasi karena beliau sangat gigih dalam mendapatkan hal tersebut,” ujar Alief.
JANGAN MATI MISKIN
Pada pertemuan yang dikemas santai itu, Ketua Umum IKA Unhas menyatakan hal menarik tentang kemiskinan.
“Boleh terlahir miskin, tapi jangan mati miskin. Kalau Anda mati miskin itu salah Anda, bukan salah siapa-siapa.”
“Kenapa kau hidup? Kenapa kau kuliah? Apa yang kau cari? Mau jadi apa Anda sebagai manusia?” tanya Amran ke mahasiswa dengan ramah.
Menteri Pertanian Kabinet Kerja periodeb2014 – 2019 ini lantas menceritakan sejarah singkat hidupnya saat masih mahasiswa dulu. Kala itu Amran hidup dalam keterbatasan ekonomi. Tinggal di rumah kontrakasan sangat sederhana.
Tempat tidurnya dari pemberian orang lain. Kasurnya berjamur, tidak memiliki kendaraan, jadi bahan olok-olok dan tak jarang ia makan hanya sekali sehari.
Namun kemiskinan dan hinaan itu menjadi obat baginya untuk melangkah maju. Tekad kuatnya keluar dari garis kemiskinan tak bisa dibendung. Amran giat belajar, fokus menjadi orang sukses.
Singkat cerita, hasil penelitian racun tikus miliknya berbuah manis. Dari sini pria asal Kabupaten Bone, Sulsel itu menapaki kesuksesan.
Puluhan anak usaha di bawah bendera Tiran Group yang didirikannya menjadikan dirinya sebagai salah satu pengusaha tersukses nasional.
Pada 2014 Andi Amran Sulaiman dipercaya Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjabat Menteri Pertanian. Banyak terobosan kebijakan di luar nalar ia telurkan. Khususnya menjadikan bangsa ini berdaulat dan disegani negara maju.
“Saya miskin 36 tahun, selebihnya lumayan. Ternyata enak jadi kaya. Dulu saya makannya jagung. Hidup susah. Pahit banget jadi miskin, kasur jamuran, bantalnya tanpa sarung. WC dan sepitengnya tembus kebun kangkung. Saya makan kangkung itu,” tuturnya blak-blakan.
Menjadi kaya, lanjut Amran, dirinya bisa leluasa berbuat untuk umat, membantu anak yatim piatu, fakir miskin, orang tua jompo dan membuka banyak lapangan pekerjaan.
“Jujur aku kesepian. Aku ingin ada generasi berikutnya yang melebihi kecepatan saya. Jika ada dua saja mahasiswa Unhas, bisa dahsyat. Indonesia akan terguncang,” serunya.
Dengan pencapaian dan anugerah melimpah dari Tuhan, Amran hanya ingin kerja sosial. “Ketika anda suka bantu orang maka anda akan mencari semua hal sehingga bisa lebih banyak membantu,” ungkapnya.
Amran juga mengingatkan mahasiswa menjadikan hinaan sebagai obat. Jangan lupa terus belajar, jangan berhenti meraih mimpi dengan kerja keras disertai doa dan restu orang tua. (*/roy)