Usai struktur organisasi Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Hasanuddin periode 2023 – 2027 dirilis, alumni Unhas Makassar spontan mereaksi, merasa ada yang tak kompatibel antara tugas dan kewajiban MWA dan profile anggota MWA yang terpilih, khususnya dari anasir eksternal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tulisan ini semacam resume percakapan yang berkembang di kalangan alumni, dan, menurutku perlu didengar oleh pihak Unhas.
Jika mengacu pada tugas dan kewajiban MWA yang diturunkan dari fungsi MWA yang meliputi fungsi penetapan kebijakan, memberikan pertimbangan, dan melakukan pengawasan secara non-akademik, maka sebenarnya, menjadi Anggota MWA, nyaris semua orang bisa, tak perlu seleksi yang ketat-ketat amat.
Akan tetapi, ceritanya menjadi berbeda ketika Unhas dituntut membangun dan membina jejaring eksternal sebagai keniscayaan untuk pengembangan Unhas. Maka, mau tak mau, memilih anggota MWA, khususnya dari anasir masyarakat dan posisi ketua MWA, harus benar-benar selektif, tidak boleh dipilih sekadarnya hanya untuk memenuhi syarat formalitas.
Idealnya, syarat bagi anasir eksternal untuk menjadi anggota MWA, adalah mereka yang bukan hanya tokoh, tetapi juga punya kepedulian terhadap Unhas. Sedangkan kepedulian itu hanya bisa ditemukan pada diri mereka yang memiliki hubungan historis dan primordial dengan Unhas.
Pertanyaannya, apakah tokoh seperti Bahlil Lahadalia – Menteri Investasi/Kepala BKPM, Arsjad Thaha – Ketua Umum Kadin Indonesia, dan Tony Wenas – Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, memenuhi syarat itu? Mungkin bisa dipahami jika Rektor Unhas sendiri memiliki hubungan baik dengan mereka. Tetapi jika tidak, lalu apa gunanya? Padahal Unhas sendiri tak kekurangan sosok-sosok seperti itu.
Sebut, misalnya, Syahrul Yasin Limpo (SYL), kurang apa? Lantas, dari sisi mana sampai Tim Sembilan (sebutan tim seleksi MWA Unhas ) lebih melihat Bahlil ketimbang SYL? Apakah karena Bahlil seorang menteri? Terus, SYL apa? Seorang manteri? Lagi pula, meski tak membutuhkan, tetapi karena kecintaannya pada Unhas, yakin SYL tidak akan menolak ketika ditawari menjadi Anggota MWA.
Selain itu, siapa yang meragukan jejaring internasional yang dimiliki oleh seorang Taruna Ikrar? Mungkin tak banyak yang tahu bahwa Taruna adalah sosok penerima extraordinary medal dari Obama, dan mungkin orang Indonesia pertama yang pernah menerimanya. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan internasional Taruna, tidak main-main, setidaknya di Amerika.
Bukan hanya itu, pada saat pandemi covid-19 melanda, Pemerintah Indonesia sangat membutuhkan vaksin Pfizer. Sementara itu, hubungan dengan Amerika kurang begitu baik karena Indonesia lebih condong ke China.
Tetapi pada akhirnya vaksin Pfizer pun berhasil didatangkan dari Amerika. Ada yang menyebut bahwa di balik masuknya vaksin Pfizer tersebut, kontribusi Taruna tidak kecil. Saya mau katakan bahwa jika memang Unhas punya mimpi menjadi universitas tingkat dunia, Unhas harus mendapatkan sosok seperti Taruna.
Heran, bagaimana mungkin SYL dan Taruna bisa luput dari perhatian Tim Sembilan? Padahal kapasitas dan komitmen ke-Unhas-an yang dimiliki keduanya, tidak diragukan. Tapi masih beruntung ada Andi Amran Sulaiman yang terpilih secara ex-officio sebagai anggota MWA. Itu pun karena posisinya sebagai Ketua Umum IKA Unhas. Jika bukan, mungkin juga Tim Sembilan tidak merekengnya.
Jika saja rektor mau membuka diri dan mengajak bicara IKA Unhas sejak dini, tidak mustahil tokoh pengusaha sekaliber Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam, ikut bergabung. Sebab biar bagaimanapun, Haji Isam sebagai orang Sulsel, tentu merasa memiliki ikatan primordial dengan Unhas. Dan, dipercaya bahwa satu-satunya orang yang bisa meyakinkannya untuk bergabung, hanya Andi Amran Sulaiman.
Bayangkan jika Majelis Wali Amanat Unhas dihuni oleh tokoh-tokoh seperti, Haji Isam, Andi Amran, SYL, serta Taruna, dan, salah satu di antara mereka ditunjuk menjadi ketua, bukan tidak mungkin kalau sejarah akan mencatat bahwa Unhas berhasil melakukan lompatan besar yang monumental, saat di bawah kepemimpinan Jamaluddin Jompa.
Tetapi mau apa lagi kalau rektor sendiri, Ketua Tim Sembilan pula, berpandangan bahwa penentuan Anggota MWA adalah domain kampus sepenuhnya. Tentu tidak ada ruang bagi IKA Unhas untuk berpartisipasi membantu menemukan calon Anggota MWA dari unsur eksternal yang dipandang sesuai kebutuhan Unhas.
Sangking pesimisnya melihat komposisi MWA Unhas yang terpilih, seorang alumni di luar sana sampai nyeletuk, “Ini komposisi seolah mau pemilihan rektor besok.”
Makassar, 21 Maret 2023