KABARIKA.ID, MAKASSAR – Karena maraknya peristiwa anak hilang yang misterius di Amerika Serikat (AS) pada awal tahun 1980-an, pemerintahan Presiden Ronald Reagan kemudian menetapkan Hari Anak Hilang Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 Mei.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

25 Mei 1950 – Berdirinya DGI

Pada tanggal 21-28 Mei 1950 berlangsung Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI), bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang Sekolah Tinggi Teologi Jakarta). Konferensi tersebut dihadiri 30 entitas yang terkait gereja, yakni: (1) HKBP, (2) GBKP, (3) Gereja Methodist Sumatera, (4) BNKP, (5) Gereja Kalimantan Evengelis, (6) GPIB, (7) Gereformeerde Kerken in Indonesia, (8) GKP, (9) Gereja Kristen Sekitar Muria, (10) Gereja Kristen Jawa Tengah, (11) Gereja Kristen Djawi Wetan, (12) Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jawa Barat, (13) Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jawa Tengah, (14) Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jawa Timur, (15) Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jakarta, (16) Gereja Kristen Protestan di Bali, (17) Gereja Kristen Sumba, (18) Gereja Masehi Injili Timur, (19) Gereja Masehi Injili Sangihe & Talaud, (20) Gereja Masehi Injili Minahasa, (21) Gereja Masehi Injili Bolaang Mongondow, (22) GKST, (23) GKTR, (24) GKTM, (25) GKST, (26) GKSS Makassar, (27) GMIH, (28) Gereja Protestan Maluku, (29) Gereja Masehi Injili Irian, dan (30) Gereja Protestan di Indonesia.

Salah satu agenda dalam konferensi tersebut adalah pembahasan tentang Anggaran Dasar Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI).

Pada 25 Mei 1950, Anggaran Dasar DGI disetujui oleh peserta konferensi dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai tanggal berdirinya DGI dalam sebuah Manifes Pembentoekan DGI:

“Kami anggota-anggota Konferensi Pembentoekan Dewan Geredja-geredja di Indonesia, mengoemoemkan dengan ini, bahwa sekarang Dewan geredja-geredja di Indonesia telah diperdirikan, sebagai tempat permoesjawaratan dan oesaha bersama dari Geredja-geredja di Indonesia, seperti termaktoeb dalam Anggaran Dasar Dewan geredja-geredja di Indonesia, yang soedah ditetapkan oleh Sidang pada tanggal 25 Mei 1950. Kami pertjaja, bahwa dewan Geredja-geredja di Indonesia adalah karoenia Allah bagi kami di Indonesia sebagai soeatoe tanda keesaan Kristen jang benar menoedjoe pada pembentoekan satoe Geredja di Indonesia menoeroet amanat Jesoes Kristoes, Toehan dan Kepala Geredja, kepada oematNja, oentoek kemoeliaan nama Toehan dalam doenia ini”.

DGI telah menjadi wadah berhimpun bagi gereja-gereja di Indonesia. Anggotanya pun semakin bertambah dari waktu ke waktu. Namun, organisasi DGI hanya bertahan sampai tahun 1984, selanjutnya berubah menjadi PGI.

Gereja-gereja di Indonesia yang memiliki keragaman latar belakang teologis, denominasi, suku, ras, tradisi budaya dan tradisi gerejawi, tidak lagi dilihat dalam kerangka perbedaan yang memisahkan, melainkan diterima sebagai harta yang berharga dalam memperkaya kehidupan gereja-gereja sebagai Tubuh Kristus.

Seiring dengan perkembangan dan semangat kebersamaan itu pulalah yang turut mendasari perubahan nama “Dewan Gereja-gereja di Indonesia” (DGI) menjadi “Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia” (PGI), sebagaimana diputuskan pada Sidang Raya X di Ambon pada 1984.

Perubahan nama itu terjadi atas pertimbangan, “bahwa persekutuan lebih bersifat gerejawi dibanding dengan perkataan dewan, sebab dewan lebih mengesankan kepelbagaian dalam kebersamaan antara gereja-gereja anggota, sedangkan persekutuan lebih menunjukkan keterikatan lahir-batin antara gereja-gereja dalam proses menuju keesaan”. (rus)

25 Mei 1983 – Hari Anak Hilang Nasional di AS

Hari AnakHilang Nasional diperingati di Amerika Serikat setiap 25 Mei sejak tahun 1983 yang dicanangkan oleh Presiden Ronald Reagan.

Beberapa tahun sebelum penetapan Hari Anak Hilang Nasional, serangkaian kasus anak hilang telah menjadi berita nasional utama di Amerika Serikat.

Latar Belakang Sejarah

Pada 25 Mei 1979, Etan Patz, seorang bocah laki-laki berusia enam tahun menghilang tanpa jejak saat berjalan sendirian menuju halte bus sekolahnya di kawasan SoHo, Manhattan, New York City.

Kasus ini menjadi salah satu kasus anak hilang paling misterius dan menggemparkan di Amerika Serikat.

Etan Patz juga menjadi salah satu anak pertama yang wajahnya dicetak di dos susu sebagai bagian dari kampanye pencarian anak hilang pada awal tahun 1980-an.

Etan Patz adalah anak bungsu dari pasangan Stanley dan Julie Patz, yang tinggal di apartemen di 113 Prince Street.

Etan Patz. (Foto: Intisari)

Etan adalah anak yang ceria, pintar, dan suka bermain dengan mobil-mobilan.
Pada pagi hari yang nasibnya berubah, Etan meminta izin kepada ibunya untuk berjalan sendiri ke halte bus sekolahnya yang berjarak dua blok dari rumahnya.

Ini adalah kali pertama Etan diperbolehkan berjalan sendiri, setelah sebelumnya selalu ditemani oleh ibu atau kakaknya.

Ibunya menyetujui permintaannya dengan rasa khawatir. Dia memberinya satu dolar untuk membeli soda dan tas tote bergambar gajah yang berisi mainan mobil-mobilannya.

Etan pun berangkat dengan pakaian favoritnya: topi hitam Eastern Airlines dan sepatu bergaris-garis. Dia meninggalkan rumah sekitar pukul 8 pagi dan tidak pernah terlihat lagi.

Sekitar pukul 3:30 sore, ibunya menerima telepon dari sekolah bahwa Etan tidak masuk sekolah hari itu.

Ibunya langsung panik dan menghubungi suaminya yang bekerja sebagai fotografer profesional.

Mereka juga menghubungi polisi dan melaporkan bahwa anak mereka hilang.
Polisi segera melakukan pencarian besar-besaran dengan mengerahkan ratusan petugas, anjing pelacak, dan helikopter.

Mereka menyisir setiap sudut kota, mengetuk pintu demi pintu, dan menyelidiki setiap kemungkinan.

Mereka juga meminta bantuan media untuk menyiarkan foto-foto Etan Patz yang diambil oleh ayahnya, seorang fotografer profesional.

Wajah Etan Patz muncul di televisi, koran, poster, dan dos susu. Dia menjadi salah satu anak pertama yang difoto di dos susu sebagai bagian dari kampanye pencarian anak hilang yang diluncurkan oleh National Child Safety Council pada 1982.

Tanggal menghilangnya Etan kemudian ditetapkan sebagai Hari Anak Hilang Nasional di AS oleh Presiden Ronald Reagan.

Pada saat itu, kasus anak-anak yang hilang jarang mendapat perhatian media nasional, namun kasus Etan dengan cepat memperoleh liputan yang luas dari media. (rus)