KABARIKA.ID, MAKASSAR – Menangani kemiskinan ekstrem tidak bisa dengan pendekatan biasa-biasa saja. Harus juga dengan pendekatan ekstrem. Kemiskinan harus diselesaikan melalui pendekatan yang tepat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penegasan itu dikemukakan ketua umum (Ketum) IKA Unhas Dr Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP di depan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Menko PMK, Andie Megantara beserta rombongan, saat berkunjung ke kantor AAS Foundation, AAS Building lantai II, jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Jumat siang (5/8/2022).
Turut dalam rombongan Deputi Menko PMK adalah Prof Ravik Karsidi, staf khusus Menko PMK yang menangani Bidang Reformasi Birokrasi, Dyah Tri Kumolosari asisten Deputi Jaminan Sosial, serta Wenny dan Maya.
Ada dua model solusi ekstrem yang ditawarkan Ketum IKA Unhas untuk menyelesaikan kemiskinan ekstrem. Yakni memberikan bantuan kepada masyarakat miskin yang dapat dikelola menjadi potensi ekonomi, pelibatan masyarakat miskin dalam pengelolaan koperasi.
Bantuan bernilai ekonomi meliputi pemberian bibit ayam untuk diternakkan, bibit ikan untuk dibudidayakan, serta bibit tanaman palawija seperti jagung.
“Dalam waktu enam bulan, ayam sudah berproduksi. Begitu pula ikan. Tanaman jagung dalam waktu tiga bulan sudah menghasilkan,” tutur Andi Amran.
Ia menambahkan, pola pikir masyarakat miskin harus diubah agar berupaya keluar dari kemiskinan. Semua potensi yang ada harus dimanfaatkan secara maksimal.
“Ada air ada kehidupan. Kita kelola lahan tidur, kita bangunkan pemuda tidur. Changed your mindset, change your life,” tandas Ketua IKA Unhas.
Untuk anak yang stunting kita berikan satu butir telur setiap hari ditambah dengan makan daging ayam dan makanan bergizi sehingga berhenti menjadi stunting.
Pendekatan kedua adalah membukakan akses masyarakat miskin untuk menjadi anggota koperasi yang dikorporasikan, terutama di daerah yang ada tambang. Rakyat miskin harus dilibatkan sebagai pemilik saham dalam koperasi, sehingga dalam waktu singkat status mereka sudah tidak miskin.
Mereka juga dapat mengajukan permohon KUR di bank dengan perusahaan pendamping sebagai penjamin.
“Kalau sudah berhenti menjadi miskin, mereka harus keluar dari koperasi agar yang lain bisa masuk. Ini adalah solusi untuk menyelesaikan kemiskinan ekstrem di sekitar wilayah tambang,” tutur Andi Amran.
Mantan Mentan periode 2014-2019 itu mengatakan, di daerah Sulawesi Selatan ini ada tambang yang sudah beroperasi hampir 50 tahun di Sulawesi dan Sulawesi Tenggara, tapi di daerah sekitarnya masih ada kemiskinan ekstrem.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Menko PMK, Andie Megantara mengatakan bahwa langkah pemerintah untuk menangani masalah kemiskinan adalah dengan memberikan bantuan sosial (Bansos).
“Anggaran Bansos yang disiapkan pemerintah sebesar Rp 200 triliun dengan besaran Rp 454 ribu per KK,” kata Andie.
Namun, penyaluran Bansos itu bukannya tidak punya masalah. Masalah utamanya dalah pada data. Data yang digunakan untuk penyaluran Bansos mempunyai error hingga 60 persen.
Hal ini karena ada tiga sumber data yang digunakan dan tidak sinkron, yaitu data Kemensos, data Dukcapil, dan data BKKBN. “Depsos jalan sendiri, yang lain jalan sendiri,” tandas Andie.
Andie baru bergabung di Kemenko PMK pada Oktober 2021, dan pekerjaan pertama yang dia lakukan selama 10 bulan adalah membereskan data yang tidak akurat menjadi data by name, by address.
Mengenai penanganan kemiskinan ekstrem, Andie mengusulkan kepada para pengusaha memberikan bantuan melalui CSR.
Menimpali hal tersebut, bos AAS Foundation menitipkan pesan kepada Menko PMK melalui Deputi agar mengeluarkan rekomendasi kepada AAS Foundation sebagai pendamping untuk menyelesaikan kemiskinan ekstrem di seluruh Sulawesi yang berjumlah 2 juta orang.
“Kalau rekomendasi itu diberikan, AAS Fonndation akan membereskan kemiskinan ekstrem itu,” tandas owner AAS Foundation itu.
Solusi penanganan kemiskinan ekstrem yang ditawarkan oleh owner AAS Foundation itu sejalan dengan harapan Prof Ravik Karsidi, staf khusus Menko PMK yang menangani bidang reformasi birokrasi, saat memberikan pengantar pada pertemuan antara Deputi Menko PMK dengan owner AAS Foundation yang juga Ketum IKA Unhas periode 2022-2026 di AA Building.
“Diharapkan dari Sulsel ada model penyelesaian kemiskinan ekstrem yang dapat ditiru oleh daerah lain di Indonesia,” kata Prof Rivak.
Rivak menambahkan, kemiskinan ekstrem di Indonesia Timur menjadi perhatian Menko PMK. Program pengentasan kemiskinan ekstrem merupakan program pemerintahan Joko Widodo. (rus)