KABARIKA.ID, JAKARTA – Ditengah pro kontra perpanjangan kontrak karya PT Vale Indonesia yang akan berakhir 2025, Pemprov Sulawesi Selatan disarankan agar sebaiknya memperjuangkan tiga proposal untuk bargaining dengan perusahaan PMA nikel tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Bisa dipahami sikap Gubernur Sulsel itu, dan sah-sah saja menyuarakan penolakan perpanjangan kontrak PT Vale, meskipun menurut saya agak berat apalagi kalau tidak mendapat dukungan secara luas termasuk pemerintah pusat,” ujar Sakkir Hanafi, alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) yang juga praktisi usaha dan pengamat kebijakan publik, saat dihubungi Sabtu (17/9/2022).
Menurut Sakkir, yang rasional diperjuangkan Pemprov Sulsel dan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur adalah menyiapkan tiga proposal penawaran sebagai bahan bargaining. Yaitu pertama, pelepasan dan penyerahan ke daerah sebagian dari wilayah/kawasan kontrak karya PT Vale. Kedua, realokasi kepemilikan/saham PT Vale termasuk didalam daerah kab/provinsi. “Hanya saja apakah APBD provinsi punya kemampuan untuk hal tersebut,” ujarnya.
Opsi ketiga, lanjutnya, untuk bernegosiasi proposal pertama dan kedua bisa digabung, agar pemerintah provinsi dan kabupaten tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk mendapatkan kepemilikan sebagian saham.
Dengan tawaran opsi proposal itu, tambah Sakkir, apakah apakah ada dampak investasi di Sulsel khususnya, tentu pemerintah daerah sudah memikirkan hal tersebut. “Tapi yang pasti ada pilihan proposal yang lebih baik ke Pemprov Sulsel yang memberikan kesejahteraan lebih ketimbang dari PT Vale selama ini,” ungkapnya.
Menanggapi ramainya di media dan publik terkait pro kontra dan perpanjangan kontrak karya PT Vale akan memberikan preseden yang buruk terhadap iklim investasi, ia menilai hal tersebut sangat dinamis bisa berbeda waktu, lokasi, jenis investasi dan investor (orang/PT) itu sendiri.
“Investasi atau investor selalu bergerak mencari peluang sebesar besarnya. Kata orang, dimana ada gula disitu ada semut. Nah, persoalannya apakah di Sulsel khususnya banyak gula?” kata Sakkir.
Setelah mencermati pro kontra diatas, lanjutnya, alangkah elok dan elegan apabila semua pihak terkait duduk bersama “bersanding” dengan kepala dingin untuk mencari solusi terbaik dalam bingkai win-win solution. Bukan terkesan dipublik seolah saling “bertanding” untuk memenangkan pendapatnya. Ibarat permainan sepakbola, tidak melulu harus menang. Tadi terkadang seri atau imbang adalah pilihan opsi terbaik yang memuaskan kedua pihak. Tidak ada yang kalah, tapi minimal masing-masing pulang membawa poin. ***