Site icon KABARIKA

Anas Aswanto Paparkan Indikator Resesi Global pada Webinar IKAFE

peserta webinar IKAFE Universitas Hasanuddin

KABARIKA, MAKASSAR–Pakar ekonomi Dr. Anas Iswanto memaparkan beberapa indikator global yang menjadi indikasi kemungkinan terjadinya resesi global pada tahun 2023.

Anas menyampaikan kemungkinan resesi global itu saat menjadi pembicara pada
Webinar yang digelar IKAFE dengan topik Resesi Ekonomi Global, Dampaknya Terhadap Perekonimian Nasional dan Dunia Usaha Nasional, Selasa (18/10).

Menurut Anas, indikator global tersebut adalah kenaikan suku bunga acuan yang agresif di berbagai negara untuk meredam laju inflasi yang disebabkan kenaikan harga energi dan komoditas secara signifikan.

Webinar ekonomi ini diselenggarakan Panitia Pelantikan dan Raker IKA Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IKAFE) Universitas Hasanuddin.

Menurut Abdul Rachmat Noer, Ketua Panitia Pelantikan dan Raker IKAFE UNHAS, Webinar ini merupakan rangkaian kegiatan Pelantikan Pengurus IKAFE yang akan digelar Jumat, 21 Oktober 2022.

Webinar menampilkan tiga narasumber, Prof. Marsuki, DEA. Ph.D, Komisaris Independent Bank Sulselbar, Dr. Anas Iswanto Anwar SE, M.A., CWM, Wakil Dekan 3 Bidang Kemitraan, Riset, dan Inovasi FEB UNHAS, dan Dr. Syarkawi Rauf SE, M.SE Komisaris Utama PTPN IX.

Dr Anas Aswanto Anwar SE, M.A., CWM dan Prof. Marsuki, DEA.Ph.D (jas merah)

Lebih jauh Anas menjelaskan, kondisi Indonesia sekarang masih jauh dari resesi. Hal ini ditunjang oleh data perbaikan ekonomi pada triwulan pertama 2022 dan juga dari kualitas aset yang tercermin dari nilai NPL yang relatif terkendali.

Untuk hal tersebut, Anas memberikan rekomendasi antisipasi yang dapat dilakukan pemerintah sekiranya resesi datang. Yaitu dengan memberikan bantuan kepada sektor UMKM dan pengoptimalan belanja pemerintah.

”Saya juga menyarankan agar pemerintah menempatkan dana di perbankan,” kata Anas.

MITIGASI
Sementara itu, Prof. Marsuki, DEA yang tampil pada webinar menjelaskan tentang pentingnya mitigasi serta pemanfaatan krisis global.

Menurut Marsuki, melambatnya pertumbuhan global diakibatkan adanya tensi geo-politik global (perang Rusia-Ukraina) yang mendisrupsi rantai suplai mengakibatkan tingginya inflasi pada sebagian besar negara di dunia.

Marsuki menilai saat ini pemerintah telah mengambil langkah-langkah preventif terkait ancaman resesi seperti dengan memberdayakan perekonomian domestik.

Pemerintah juga telah melakukan usaha perbaikan iklim investasi dengan penerapan penuh perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau online single submission (OSS).

Ia lalu mengingatkan Indonesia untuk mengambil kesempatan dalam ancaman resesi global ini dengan melakukan hilirisasi produk-produk pertanian yang merupakan keunggulan alami dari Indonesia.

Sejalan Prof. Marsuki dan Anas, Komisaris PTPN IX Dr. Syarkawi Rauf berpendapat bahwa sekiranya ancaman resesi itu terjadi pada 2023 dan mengenai Amerika maka dampak resesi akan terasa di Indonesia melalui channel pasar uang.

Hal ini kata Ketua Komisi Persaingan Usaha (KKPU) periode 2015 – 2017 karena pasar uang Indonesia sangat terintegrasi dengan pasar uang Amerika.

Menurut Syarkawi, hal yang dapat dilakukan pemerintah menghadapi ancaman resesi adalah meningkatkan makro prudential dan institutional trust lembaga-lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

”Peningkatan makro prudential dan institutional trust ini dapat menciptakan kestabilan keyakinan dari para pemangku kepentingan,” kata dosen FEB Unhas ini. (royes)

Exit mobile version