Pusat Penelitian dan Pengembangan Sagu Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Hasanuddin menggelar seminar diseminasi hasil penellitian dalam bentuk talkshow dan poster session, di Ballroom Unhas Hotel and Convention, Kampus Tamalanrea, Rabu (23/11/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Talkshow dan poster session yang bertema “Towards 100 Year Indonesia Merdeka: Living with Sago, Live the Nation” ini, digelar dalam rangka diseminasi hasil penelitian perbenihan sagu dan pengolahan tepung sagu.
Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Universitas Hasanuddin dan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI, tentang program upaya peningkatan produksi dan nilai tambah komoditas sagu.
Hadir dalam kegiatan ini, Prof. Dr. Ir. Meta Mahendradatta (Unhas), Prof. Dr. Ir. Darmawan Salman, MS., (Unhas), Prof. Dr. Ir. Dorothea Agnes Rampisela, M.Sc., (Unhas), Prof. Dr. Ir. H. Mochamad Hasjim Bintaro, M.Agr., (IPB), Prof. Dr. Bambang Hariyanto, MS., (Sahid Jakarta), dan Prof. dr. Suryani (Papua University).
Prof. Dr. Ir. Dorothea Agnes Rampisela, M.Sc. selaku penanggung jawab program pengembangan sagu, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tanaman sagu adalah salah satu tanaman yang banyak memberikan kebermanfaatan.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan penghasilan para petani dan pelaku usaha pengolahan sagu melalui hasil riset para peneliti Unhas.
Kawasan Timur Indonesia, lanjut Prof. Agnes, memiliki lahan tanaman sagu terbesar dengan empat wilayah yang memiliki varietas sagu unggul, yakni Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, dan Kota Palopo. Sagu di wilayah itu disebut sebagai harta terpendam di Timur Indoensia.
“Kita harus melestarikan harta karun Indonesia yang tersembunyi di Kawasan Timur Indonesia. Jika dibandingkan dengan sumber pangan lain seperti jagung dan padi, sagu adalah tanaman asli Indonesia yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan, melainkan juga telah menjadi kedaulatan pangan nasional dengan sistem dan pengelolaan pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal,” jelas Prof. Agnes.
Lebih lanjut, Prof. Agnes menuturkan harapannya pada penelitian sagu yang dilakukan dapat memberikan kontribusi untuk kesehatan pangan di Sulawesi Selatan, utamanya bagi nusantara, dengan kandungan gizi yang dimiliki tanaman sagu dapat menjadi pangan alternatif untuk kebutuhan masyarakat.
Selain itu, sagu menempati peringkat pertama yang memiliki tingkat penyerapakan karbon dioksida yang lebih tinggi, dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya, sehingga mampu menekan tingkat keparahan global warming.
Pada pertanaman semi budi daya dalam satu hektar dapat ditemukan hingga 100 rumpun sagu yang terdapat 50 batang yang telah siap panen. Setiap satu batang sagu rata-rata mampu menghasilkan 500 kilogram basah.
Dengan demikian produksi sagu per hektarnya adalah 25 ton sagu basah atau sekitar 15 ton pati kering. Jika menebang satu batang pohon sagu, maka sudah cukup untuk memenuhi konsumsi satu keluarga yang terdiri dari 4-5 orang selama setahun.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Universitas Prof. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil. Ph.D. (mewakili Rektor Unhas) dalam sambutannya mengatakan, pimpinan universitas memberikan dukungan yang sangat besar terhadap program pengolahan sagu dalam meningkatkan produksi dan nilai tambah sagu oleh para peneliti, dan menjadikan Unhas sebagai pusat pengembangan sagu dunia.
“Program ini menjadi program strategis yang dicanangkan terkait dengan riset kolaborasi tentang manfaat tanaman sagu dalam meningkatkan pendapatan petani dan pelaku usaha sagu. Sehingga komitmen Unhas cukup besar dalam mengambil bagian atau berperan dalam mengembangkan potensi pengelolaan sagu sebagai sumber pangan nasional,” jelas Prof. Sumbangan.
Setelah sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama para narasumber yang dihadiri kurang lebih 100 peseeta. Pada akhir acara, dilakukan penyerahan bibit sagu kepada general manager hotel Unhas dalam rangka landscaping hotel. (MolUH/*/rs)