KABARIKA.ID, MAKASSAR—Panitia Pelaksana “Temu Bisnis” Usaha Mikro Kecil dan Menengah AAS Foundation-IKA UNHAS menerima kunjungan Hapit Wahyudi dari Agro Nirwana, eksportir yang selama ini mengembangkan pemasaran kopi Mallawa, Maros.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain ekspor, Agro Nirwana juga memasarkan kopi roasting berbagai varian ke Bandung Jawa Barat dan daerah lainnya, serta melakukan pembinaan ke petani.
Pertemuan pada Ahad, 29 Januari 2023 merupakan tindaklanjut kegiatan Temu Bisnis UMKM yang dilaksanakan sehari sebelumnya dengan peserta mencapai 300-an UMUKM. Panitia yang dipimpin Direktur Eksekutif Salahuddin Alam, Koordinator panitia Husba Phada serta Sekretaris Dinas Perdagangan Pemprov Sulsel, Indra Jaya juga melakukan virtual meeting dengan Mr Khaled Hasan, buyer dari Mesir.
Mr Khaled pada prinsifnya bersedia membeli produk yang ada karena secara kualitas dan pasar telah terpenuhi. Mr Khaled dan Tim Temu Bisnis juga melakukan komunikasi bisnis dengan Syam yang selama ini menjadi partner Hapit Wahyudi, yang akrab disapa Kang Yudi.
Potensi dan kualitas kopi Arabica Mallawa, jelas Yudi sangat menjanjikan, hanya saja petani setempat belum paham industri kopi. Bagaimana meracik kopi menjadi berkualitas. ‘’Saat meminum racikan kopi yang kami buatkan, mereka tidak percaya. Nggak yakin kalau itu adalah kopi Mallawa. Padahal kopinya kami panen bersama-sama,’’ ungkap Yudi.
Pada umumnya, ungkap Yudi petani tidak melakukan proses pasca panen yang benar. PH dan kadar air tidak diperhatikan. Mereka hanya menghasilkan kopi.
Setelah dilakukan pembinaan, ujar Yudi, perlahan-lahan masyarakat melakukan perbaikan pasca panen. Desa Bentenge, Kecamatan Mallawa adalah satu di antara sentra pengembangan kopi di Kecamatan Mallawa.
Husba Phada sebagai koordinator Tim Temu Bisnis AAS Foundation dan IKA UNHAS saat pertemuan mengakui bahwa petani dan lahan sangat potensial, tapi perlakuan pasca panen diabaikan.
”Jadi perlu dilakukan perbaikan di segala tingkatan. Mulai dari hulu hingga hilir. Inilah yang diarahkan oleh Ketum IKA UNHAS, Andi Amran Sulaiman untuk kita bedah persoalannya secara menyeluruh,” kata Husba Phada.
Pada kegiatan tahap berikutnya, lanjutnya, yakni Business Matching, produsen/petani, midleman dan eksporter diharapkan sudah mendata persoalan yang ada di ekosistem atau kaki-kaki penopangnya sehingga persoalan yang dihadapi bisa dibedah untuk dilakukan perbaikan maupun intervensi.
Misalnya, bila selama ini eksportir mampu mengekspor 100 ton pertahun atau perbulan, maka jika ingin meningkatkan ekspornya dua kali atau tiga kali lipat maka yang mereka butuhkan apa. Apakah di tingkat petani butuh bantuan bibit. Berapa banyak? Bagaimana luas areal pertanaman. Perlukah ditambah. Bagaimana tenaga kerja atau petaninya?
Selanjutnya butuh apalagi? alat pengering, peralatan sangrai dan seterusnya hingga menghasilkan penambahan volume ekspor yang terjaga kualitas dan kontinyutasnya.
Apabila bedah persoalan sudah diketahui, lanjut Husba Phada, maka akan dilanjukan perbaikan berdasarkan kebutuhan dan sasarann yang ingin dicapai. Pada tahap ini akan dilibatkan berbagai pihak, seperti perbankan, instansi terkait, terutama Dinas Perdagangan.
‘’AAS Foundation dan IKA UNHAS akan menjadi penjamin, melakukan pembinaan-pembinaan dan seterusnya,’’ kata Husba Phada.
Jadi, lanjut Husba, pada pertemuan tanggal 4 Februari, bentuk kegiatannya berbeda pada Temu Bisnis seri pertama yang merupakan pra Business Matching (BM).
Pada seri 2 (BM) persoalan-persoalan yang ada di masing-masing industri sudah diindentifikasi oleh UMKM-nya sehingga mudah untuk dibedah dan menyelesaikan persoalannya.
‘’Selanjutnya, para pelaku atau industri UKM yang lolos akan dibuatkan perjanjian atau MoU dengan buyer maupun pihak terkait,’’ kata Husba.
Banyak hal yang disampaikan oleh Yudi, Syam maupun Mr Khaled untuk pengembangan ekspor kopi maupun pasar dalam negeri yang detailnya akan dibicarakan intensif pada Sabtu (4/2) maupun hari-hari berikutnya. AAS Foundation dan IKA UNHAS pun akan terus bergerak untuk membuat UMKM naik kelas.
Khusus untuk Sulawesi Selatan, data tahun 2022 menunjukkan jumlah UMKM mencapai 1.574.446 yang terdiri atas kategori usaha mikro: 1.456.543, usaha kecil: 114.718, dan jumlah uaaha menengah: 3.185 UMKM.
Pelaku UMKM tersebut butuh pembinaan, intervensi permodalan dan kebijakan yang mendukung untuk kondusivitas ekosistemnya.
Sekdis Perdagangan Pemprov Sulsel, Indra Jaya menilai bahwa virtual meeting dengan Mr Khaled, Yudi dan Syam merupakan langkah konkret pembinaan UMKM yang dilakukan AAS Foundation dan IKA UNHAS.
”Apalagi kalau outlet dan show room produksi UMKM nanti sudah launching di pasar segar, seperti yang direncanakan,” kata Indra Jaya, yang ijut aktif berpartisipasi dalam kegiatan Temu Bisnis UMKM.
Turut hadir pada pertemuan, antara lain Direktur AAS Foundation, Rezky Mulyadi, Ilham Rasyid, Suwardi Thahir, M. Ruslan dan Fitra. (este)