KABARIKA.ID, MAKASSAR – Peluang pasar ekspor bagi produk UMKM ke Timur Tengah, khususnya ke Bahrain, Mesir, dan Uni Emirat Arab (UEA) masih terbuka luas. Para pelaku UMKM di Sulawesi Selatan pada khususnya, perlu didorong untuk memanfaatkan peluang tersebut agar UMKM dapat memasuki pasar global.
Peluang pasar di negara-negara Timur Tengah itu, diungkapkan oleh Chairman of Indonesia-Bahrain Business and Friendship Society, Dr. Yundini Husni Djamaluddin saat menjadi narasumber pada kegiatan “Business Matching Seri 1 : Peluang Pasar Ekspor ke Malaysia dan Bahrain” yang dilaksanakan oleh IKA Unhas bekerja sama dengan AAS Foundation, Sabtu (4/02/2023), di AAS Building lantai 1, jalan Urip Sumoharjo No. 3, Makassar.
Pasar Bahrain masih terbuka luas untuk komoditas produk UMKM, berupa kopi, coklat, gaharu, furniture, produk fesyen, briket tempurung kelapa (charcoal), rumput laut, makanan kemasan, golla kambu dan kasippi (keduanya adalah kuliner khas dari Sulbar).
Sedangkan pasar Uni Emirat Arab hanya membutuhkan dua jenis komoditas dari Indonesia, yakni kopi dan ayam beku. Pasar Mesir juga terbuka bagi produk kopi dan makanan Indonesia.
Meskipun pasar Bahrain masih terbuka lebar bagi produk UMKM dari Indonesia, namun produk-produk yang akan dikirim ke negara itu harus terkurasi. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan kualitas produk, ketersediaan, dan kuntinuitas.
“Perlu kurasi produk menyangkut administrasi, izin ekspor, pemrosesan produk, kontinuitas, ketersediaan, kemasan, label dalam bahasa Inggris dan Arab. Juga harus mencantumkan tanggal pembuatan produk dan tanggal kadaluwarsa,” ujar Yundini.
Satu hal yang menantang bagi para pelaku UMKM, bahwa ketiga negara Timur Tengah itu semuanya membutuhkan kopi. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi UMKM yang memproduksi kopi.
Terkait dengan produk kopi, Yundini mengingatkan para pelaku UMKM yang memproduksi kopi bahwa produk kopi dari Indonesia bersaing dengan kopi dari negara lain.
“Pengusaha Bahrain sangat selektif memilih kopi. Ada produk kopi dari Indonesia bau tanah. Ini karena prosesnya yang kurang baik,” kata alumni Linguistik Fakultas Sastra Unhas itu.
Kebutuhan kopi Bahrain tidak tanggung-tanggung. Menurut Yundini, Bahrain membutuhkan 600 ribu ton kopi setiap bulan. Setiap tahun juga berlangsung pameran kopi di Bahrain.
Untuk memenuhi sebagian kebutuhan kopi bagi pasar Bahrain yang sangat besar itu, pelaku UMKM yang memproduksi kopi perlu membangun sinergi dan kolaborasi yang terklaster, guna menggenjot produksinya sehingga bisa mengeskpor ke Bahrain.
Tentu saja kualitas, ketersediaan, dan kontinuitas harus tetap diperhatikan.
Bahrain adalah sebuah negara Arab yang sangat moderat. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tidak harus bahasa Arab, tetapi juga bahasa Inggris.
Di Bahrain juga selalu ada pameran busana alias fashion show.
Bahrain sangat terbuka bagi bangsa lain yang berbeda ideologi sekalipun. Buktinya, di Bahrain, papar Yundini, ada dragon mall yang khusus menjual produk asal China.
“Kita juga bisa bikin IKA Unhas mall bekerja sama dengan BRI dan BJB, yang khusus menjual produk Indonesia dan produk-produk UMKM kita,” tandas Yundini.
Pada sisi lain UMKM perlu pembinaan dan pendampingan dari pemerintah daerah, IKA Unhas, serta perbankan dalam rangka mengambil peluang pasar ekspor ke Bahrain. Jika UMKM telah mampu menembus pasar Bahrain, maka itu adalah wujud nyata kalau UMKM telah naik kelas dan tumbuh secara eksponensial. (rus)