Abdi Ardiansyah, Mahasiswa Unhas Penerima Australia Awards Short Course Termuda

Berita655 Dilihat

KABARIKA.ID, MAKASSAR – Abdi Ardiansyah, mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum angkatan 2022 Universitas Hasanuddin (Unhas) menjadi peserta termuda pada Australia Awards Short Course, sebuah program hasil kerja sama pemerintah Australia dan Indonesia.

Abdi yang masih berusia 19 tahun itu, menjadi delegasi termuda dalam program tersebut yang diikuti 25 peserta dengan berbagai profesi dari organisasi dan lembaga di Indonesia.

Tujuan program itu adalah untuk mengembangkan keterampilan dan potensi melalui kursus singkat selama dua hingga tiga minggu. Program terbagi atas Pre Course Workshop (11-13 Oktober 2022), Short Course in Australia (21 November- 2 Desember 2022), dan Post Course Workshop (14-16 Februari 2023).

Tema program tahun ini adalah Youth Participation in Social Justice Issues.

Abdi yang diwawancarai, Senin (6/3), menceritakan pengalamannya mengikuti program tersebut. Ia menjelaskan, Australia Awards Short Course merupakan program pemerintah Australia yang memberikan wadah bagi mereka yang bergerak di bidang organisasi sosial, politik, lingkungan, pemerintahan, hingga pendidikan.

Abdi Ardiansyah memperlihatkan sertifikat program Australia Awards Short Courses dari Queensland University of Technology. (Foto: Ist.)

Program ini memberikan pembekalan bagi setiap individu dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk berkontribusi terhadap organisasi atau institusi masing-masing.

“Saya menjadi salah satu dari 25 awardee yang berkesempatan untuk mengikuti Australia Awards Short Course. Kami ditempatkan di Queensland University of Technology (QUT) yang fokus mempelajari beragam materi, baik itu dalam segi konsep, teori, praktik, pengalaman, serta konteks kebijakan di Australia terkait isu keadilan sosial yang berlangsung selama dua pekan di Brisbane, negara bagian Queensland, dan Melbourne, negara bagian Victoria,” papar Abdi.

Kegiatan ini dibiayai oleh pemerintah Australia melalui Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT).

Abdi menuturkan, dirinya termotivasi mengikuti program ini karena ingin mempelajari langsung institusi pendidikan di Australia, langsung dari narasumber pihak pemerintah, akademisi, aktivis, hingga CEO di beberapa organisasi sosial Australia.

Peserta yang mengikuti kegiatan ini terdiri dari akademisi, praktisi, hingga perwakilan pemerintah dari berbagai kementerian. Peserta yang lulus pada program ini merupakan lulusan dari universitas ternama, seperti Columbia University, The University of Melbourne, The University of Sydney, Queensland University, dan juga University of Hawaii.

Para peserta bisa belajar langsung bersama dosen-dosen yang ada di Queensland University of Technology (QUT) serta beberapa pembicara yang berkompeten.

Peserta dilatih untuk merencanakan hingga mengimplementasikan proyek sosial nantinya.

“Awalnya saya merasa insecure, namun seiring berjalannya waktu akhirnya saya bisa beradaptasi dengan terus berusaha memberikan yang terbaik selama proses belajar berlangsung. Keberagaman peserta menjadi kesyukuran bagi saya, karena keberagaman inilah yang akan memperluas jaringan dan juga pengetahuan saya sebagai mahasiswa,” ujar Abdi.

Keikutsertaan Abdi pada program ini setelah berhasil melewati tahapan seleksi berkas dan seleksi wawancara dengan baik dan lancar.

“Kepengurusan saya sebagai anggota Forum Anak Kabupaten Bulukumba selama SMA juga turut membantu saya dalam proses seleksi ini. Selain itu, tema program short term ini sangat sesuai dengan jurusan saya sebagai mahasiswa hukum,” lanjut Abdi.

Salah satu bangunan di kompleks Queensland University of Technology di Kota Brisbane, Australia. (Foto: Ist.)

Menurut Abdi, peserta harus mampu berbahasa Inggris untuk mengikuti proses pembelajaran selama di Australia. Ia berharap semakin banyak mahasiswa Unhas yang ikut berpartisipasi pada program ini maupun program-program yang ada di luar.

Dengan mengacu pada tema “Youth Participation in Social Justice Issues”, Abdi menjalankan proyek sosial yang berfokus pada partisipasi pemuda dalam isu keadilan sosial, khususnya dalam bidang pendidikan.

Menurut Abdi, kurangnya akses informasi serta tidak adanya kegiatan mentoring di sekolah-sekolah yang ada di desa menjadi dasar pemilihan topik pendidikan. Proyek sosial yang dijalankan tersebut melibatkan alumni dari Australia Awards, Kennedy-Lugar Youth Exchange Program, dan YSEALI Academic Fellowship untuk memberikan pemaparan materi terkait pentingnya paparan internasional hingga kegiatan mentoring kepada siswa-siswi yang ada di desa.

Pada akhir perbincangannya, Abdi menuturkan komitmennya untuk menjadi civitas academica yang akan senantiasa menjaga nama baik Kampus Unhas. Dirinya juga berharap melalui capaian dan prestasinya, Unhas dapat membawanya untuk memperluas jaringan dalam berkolaborasi dengan universitas-universitas yang ada di Australia. (*/rus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *