Buku Karya A. Muh. Irfan AB, “Menjaga Warisan Peradaban Dunia” Diluncurkan dan Dibedah di Perpustakaan Nasional Jakarta

Berita2196 Dilihat

KABARIKA.ID, JAKARTA – Ikatan Alumni (IKA) Universitas Hasanuddin (Unhas) bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional Jakarta menggelar peluncuran dan bedah buku berjudul Menjaga Warisan Peradaban Dunia yang ditulis oleh anggota DPRD Sulsel, A. Muh Irfan AB.

Kegiatan yang dihadiri oleh kepala Perustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando dan ketua harian IKA Unhas, Prof dr. Muh. Nasrun Massi, Ph.D, Sp.M.K. itu, digelar di ruang auditorium lantai 2, gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu siang, (18/03/2023).

Bedah buku dipandu oleh akademisi Unhas, Dr. Hasrullah dengan menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang, yakni Nirwa Ahmad Arsuka yang dikenal sebagai pegiat literasi, arkeolog Unhas Iwan Sumantri, peneliti BRIN Dr. Irfan Mahmud, dan aktivis lingkungan Iwan Dento.

Kepala Perpusnas dalam sambutannya menyampaikan apresiasi langkah Irfan AB yang telah menyusun buku terkait lahirnya Peraturan Daerah (Perda) Perlindungan Kawasan Esensial Karst Maros dan Pangkep.

Penulis buku Muh Irfan AB menandatangani prasastri sampul buku, disaksikan oleh kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kanan) dan ketua harian IKA Unhas Prof dr. Muh. Nasrun Massi, Ph.D, Sp.M.K. (kiri)

“Tidak mudah bagi seorang politisi muda seperti pak Irfan ini menyusun sebuah buku yang bertajuk karst jika tak memiliki visi dan wawasan lingkungan yang jauh ke depan,” kata Syarif Bando.

Menurutnya, buku karya Irfan AB itu merupakan sebuah triger untuk lebih mengangkat segala potensi yang dimiliki Sulsel, khususnya karst Maros-Pangkep yang saat ini telah diakui dunia sebagai Unesco Global Geopark.

“Namun ini belum cukup di sini saja, perlu ada langkah konkret membuat kawasan karst itu betul-betul dikenal dunia dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sulsel tidak bisa dipandang sebelah mata dari hubungan antarbangsa sebab sejarahnya,” ujarnya.

Muh Irfan AB menyerahkan buku sebagai tanda peluncuran kepada kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dan disaksikan oleh ketua harian IKA Unhas Prof Muh. Nasrun Massi.

Pihaknya mengaku, sudah mencetak lebih dari 1.000 eksamplar buku karya Irfan AB itu dan akan dibagikan ke seluruh Indonisia, sebagai upaya menambah referensi, khususnya terkait karst.

“Kita pastikan buku ini akan kita kirim ke setiap Pemda biar ada tambahan referensi baru utamanya terkait karst yang memang masih sedikit bahannya, apa lagi itu Perda karena ini yang pertama di Indonesia,” tandas Syarif Bando.

Sementara itu, Muhammad Irfan AB yang juga memberikan sambutan mengaku sangat bahagia karena buku yang ia tulis itu bisa dilirik oleh Perpustakaan Nasional. Menurutnya, wacana menjaga peradaban dunia ini harus terus disuarakan.

Sampul buku Menjaga Warisan Peradaban Dunia.

“Terlepas dari yang namanya kontroversi dari sebuah karya, kami menyampaikan bahwa wacana ini tidak boleh berhenti. Upaya menjaga peradaban melalui identitas alam kita mesti berkelanjutan,” kata Irfan.

Irfan melanjutkan, seluruh potensi sumber daya alam kita harus terus dijaga dengan berbagai kebijakan yang memang pro terhadap lingkungan. Ia pun menyebut, jika dirinya sempat kesulitan dalam menyusun Perda tersebut di awal-awal perumusan.

“Yah Perda ini memang inisiatif dan tidak ada sebelumnya di Indonesia. Makanya diawal saya akui agak kesulitan meramu konsepnya seperti apa. Tapi ini juga berkat teman-teman penggerak lingkungan yang terus memberikan masukan,” ujar Irfan.

Ketua harian IKA Unhas Prof Muh. Nasrun Massi memberikan sambutan.

Sementara itu, ketua harian IKA Unhas Prof Muh. Nasrum Massi dalam kata sambutannya mengatakan, jika satu Perda saja bisa diangkat menjadi satu buku, maka Perda yang jumlahnya ribuan bisa melahirkan banyak buku.

“Buku yang ditulis oleh Irfan AB sebagai anggota DPRD Sulsel dapat memicu yang lain untuk menulis buku,” ujar Prof Nasrum.

Peneliti BRIN, Irfan Mahmud dalam presentasi materinya, juga menyampaikan apresiasi besar atas lahirnya buku itu. Ia menyebut, buku itu bukan hanya produk kebiajakan tapi juga pengetahuan.

“Ini buku pertama, jujur adalah sebuah proses kebijakan (Perda) bisa dianggap sebagai sejarah legislasi. Karena dari awal proses penyusunannya terecord dengan baik dalam buku ini,” kata Irfan Mahmud. (*/rs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *