KABARIKA.ID, MAKASSAR – Anggota pengurus pusat IKA Unhas melakukan audiensi dengan manajamen PT KIMA Makassar terkait rencana pengolahan limbah maritim (udang dan ikan) untuk dijadikan konsentrat pakan ternak ayam dan bebek, di kantor PT KIMA Makassar lantai 2, kelurahan Daya, kecamatan Biringkanaya, Makassar, Selasa sore (21/03/2022).
Rombongan PP IKA Unhas terdiri Prof Dr. Ir. Yusran Jusuf, Prof Wardihan (mantan WR II Unhas), Dr. Ir. H. Ilham Rasyid, Khaerul, Mahmud, dan Muhammad Ruslan.
Rombongan IKA Unhas diterima oleh Dirut PT KIMA Zainuddin Mappa, komisaris utama Prof Murtir Jeddawi, dan beberapa kepala divisi, seperti Imran sebagai kepala divisi jasa-jasa, dan Misbahuddin selaku kepala divisi lingkungan.
Pada kesempatan tersebut, Prof Yusran menyampaikan bahwa IKA Unhas berkeinginan untuk mengolah limbah hasil laut yang dihasilkan sejumlah perusahaan yang ada di kawasan PT KIMA Makassar, untuk diolah menjadi konsentrat pakan ternak ayam dan bebek.
“Atas arahan Ketum IKA Unhas, beliau menginginkan bagaimana kita bisa mandiri pakan. Kami melakukan riset selama dua tahun, kita sudah menemukan formula untuk pakan ayam dan bebek dengan harga murah,” kata Prof Yusran.
Harga pakan yang mahal menghambat perkembangan industri peternakan di Sulsel. Dengan mandiri pakan, lanjut Prof Yusran, para peternak bisa mendapatkan hasil yang maksimal, dan kasus stunting bisa selesai.
“Komponen dalam formulasi pakan berupa unsur protein dari sisa udang dan ikan, sekitar 20 persen,” tambah Prof Yusran.
Sementara itu, Dirut PT KIMA Zainuddin Mappa menyambut baik rencana IKA Unhas yang akan mengolah limbah yang dihasilkan prusahaan-perusahaan yang ada di KIMA.
“Kami sangat bersyukur kalau ada nawaitu untuk mengolah limbah di KIMA. Sangat bagus kalau IKA bisa mengolah limbah tersebut dengan nilai ekonomi,” ujar Zainuddin Mappa.
Ia menegaskan, limbah menjadi persoalan semua tenant yang ada di KIMA. Sebab KIMA hanya mempunyai pengolahan limbah cair, sementara limbah padat menyebabkan pencemaran di tanah.
Menurut salah satu perusahaan asal pulau Jawa yang pernah meninjau limbah maritim yang dihasilkan PT KIMA, skala ekonominya tidak mencukupi, meskipun produksi limbah maritim mencapai 70 ton per hari.
KIMA Makassar memliki lahan seluas 400 hektare, dan ada sekitar 200-an tenant yang aktif.
Masalah yang dihadapi KIMA saat ini adalah adanya dampak sosial dari dua arah. Limbah bau yang menguap ke udara mengganggu masyarakat residensial yang ada di sekitar kawasan KIMA.
Sebaliknya, masyarakat residensial juga mengganggu aktivitas KIMA. “Permasalahan yang dihadapi kawasan industri punya dampak sosial yang banyak, KIMA mengganggu masyarakat dan masyarakat mengganggu KIMA,” ujar Zainuddin Mappa.
Agar pengolahan limbah maritim PY KIMA menjadi konsentrat pakan ternak, Prof Yusran mengusulkan agar pengolahannya dilakukan di kawasan KIMA sendiri.
“Pengolahan limbah sebaiknya dilakukan dalam kawasan KIMA sehingga baunya tidak menyebar ke mana-mana. Nanti menjadi konsentrat baru dibawa ke pabrik pengolahan di Tompobulu, Maros. Harapan kami bisa mendapat dukungan dari KIMA,” ujar Prof Yusran.
Harapan IKA Unhas yang disampaikan Prof Yusran itu diamini oleh Dirut PT KIMA yang juga alumni fakultas ekonomi Unhas, angkatan 1980.
“Masalah tanah atau lokasi nanti kita lihat bersama. Lahan kami harus memperhitungkan tetangga, bukan hanya tetangga sesama perusahaan, tetapi juga tetangga residensial,” ujar Zainuddin Mappa.
Masalah penentuan lokasi maupun model kerja sama akan dibicarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, agar program ini dalam berjalan sesuai rencana dan harapan kedua belah pihak. (rus)