KABARIKA.ID, MAKASSAR – Di hari ke-5 Ramadan 1444 H. ini, Senin (27/03/2023), kegiatan tausiah kembali berlangsung di musalah AAS Building lantai 1, setelah salat Ashar. Jamaahnya adalah anggota PP IKA Unhas dan PT Tiran Group.
Mengawali ceramahnya, ustad Solihin Sabar, S.Pd.I, M.Pd.I mengatakan bahwa kita saat ini telah berada di bulan Ramadan. Ini pertanda Allah mencintai kita dengan mengabulkan doa kita untuk dipertemukan dengan Ramadan.
Dalam tausiahnya ustad Solihin menyampaikan sebuah kisah tentang seorang pemuda penghafal Al-Quran di Yaman, namun punya keterbatasan fisik karena buta.
Ketika dia telah cukup umur ia menyampaikan kepada ayahnya tentang keinginannya untuk menikah.
“Kamu sadar, Nak. Kamu itu punya keterbatasan fisik, kamu buta, Nak. Keluarga kita ini sangat sederhana. Wanita siapa yang mau sama kamu?,” kata ayahnya.
“Tapi saya sudah mau menikah, ayah,” jawab si Fulan.
Selama satu bulan pemuda penghafal Al-Quran ini menghadirkan guru-guru ke rumahnya untuk menghafal.
Dalam tahajudnya pemuda itu berdoa kepada Allah Swt. untuk dipertemukan dengan jodohnya.
Suatu saat dia bermimpi. Dalam mimpinya ia didatangi seseorang dan berkata. “Wahai Fulan jodohmu ada di kampung sebelah, namanya Fulana binti Fulana. Orangnya cantik jelita dan paling cantik di kampung sebelah.”
Itulah hasil dari doa si Fulan yang meminta kepada Allah agar diberi istri yang cantik, kaya dan saleha. Allah mengabulkan doanya.
Setelah itu, si Fulan kemudian meminta ayahnya untuk pergi melamarkan.
“Ayah lamarkan saya di kampung sebelah. Di sebelah kan ada kampung bernama ini,” kata si Fulan.
“Ya, ada,” kata ayahnya.
“Ada tokoh masyarakat yang namnya ini, kan ayah?,” kata si Fulan.
“Ada,” kata ayahnya.
“Ada anaknya cantik namanya ini, kan ayah?,” kata si Fulan.
“Ya, ada. Dari mana kamu tahu, Fulan?,” kata ayahnya.
“Dari mimpi saya, ayah,” kata si Fulan.
“Tapi itu orang kaya, Nak. Sudah banyak laki-laki yang ditolak,” kata ayahnya.
“Tapi itulah mimpi saya, ayah,” kata si Fulan.
Ayahnya kemudian pergi ke kampung sebelah untuk melamarkan anaknya. Ketika sang ayah menyampaikan niatnya kepada orang tua si gadis jelita itu, lamarannya langsung diterima.
Ayah sang gadis kemudian menemui anaknya di kamar dan menyampaikan lamaran orang tua pemuda buta yang hafizul Quran itu.
“Nak, ada orang melamar anaknya. Tapi anaknya itu buta, namun penghafal Al-Quran,” kata ayah sang gadis.
“Terima ayah,” kata sang gadis.
“Kenapa kamu langsung terima, sedangkan kamu belum pernah melihat pemuda itu,” tanya ayahnya.
“Saya bermimpi akan datang seorang pemuda melamar cirinya persis seperti yang ayah ceritakan,” kata sang gadis.
Hikmah yang bisa diambil dari kisah ini adalah bahwa kita harus memperbanyak doa kepada Allah Swt, terutama di bulan Ramadan ini.
Rasulullah bersabda bahwa doa itu adalah ibadah. Jangan berputus asa kalau doa yang kita minta belum diijabah oleh Allah Swt.
Ulama salaf mengatakan bahwa doa yang terbaik bukan diijabah di dunia, tetapi diijabah di akhirat.
Ketika seorang hamba di akhirat diperlihatkan pahala doa-doa yang ia panjatkan selama hidupnya di dunia, maka dia akan berkata, “Wahai rabbku seandainya aku tahu begini pahala doa-doa yang saya panjatkan, maka saya tidak ingin doaku diijabah di dunia.” (rus)