KABARIKA.ID, MAKASSAR — Perseteruan antara mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) dan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin memantik perhatian Ketua Umum Ikatan Alumni (IKA) Unhas Andi Amran Sulaiman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Keberkahan bulan suci Ramadan menjadi momen baik bagi kedua belah pihak dipertemukan dan merajut kembali silaturahmi.

Andi Amran Sulaiman berinisiatif mendudukkan mereka dalam satu forum silaturahmi yang dikemas secara santai, penuh canda tawa dan penuh kekeluargaan, di Gedung AAS Building, Kota Makassar, Selasa (28/3/2023).

Silaturahmi ini juga dirangkaikan dengan buka puasa bersama, Salat Magrib, Isya, dan Tarwih berjamaah.

Perwakilan mahasiswa kedua fakultas tersebut antusias menghadiri undangan Ketua Umum IKA Unhas. Mahasiswa Fakultas Peternakan dihadiri sebanyak 17 orang. Sementara Fakultas Perikanan dan Kelautan sebanyak 23 orang.

Andi Amran Sulaiman menegaskan forum silaturahmi tersebut bukan untuk membahas selisih paham yang terjadi antara kedua belah pihak. Melainkan mengedepankan akal sehat, menyadari akan indahnya perdamaian dan kerukunan.

“Jangan lagi ada perselisihan. Kita harus menyadari bahwa anda semua adalah harapan, mutiara kedua orang tua kalian. Orang tua kalian banting tulang, bercucuran keringat dan air mata untuk menyekolahkan kalian. Berharap jadi orang yang berguna untuk bangsa,” kata Menteri Pertanian RI Ka inget Kerja 2014 – 2019.

“Orang tua kalian mencurahkan semua pikiran, keringat, dan jiwa raga untuk kalian. Jangan gores hati orang tua. Saya tidak pernah menemui ada orang sukses yang menggores hati orang tuanya. Tidak ada,” nasihatnya lebih lanjut.

Amran mencontohkan sosok mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Ternyata kesuksesan JK hingga titik sekarang karena dia sangat memuliakan ibunya. Dan orang-orang sukses lainnya rahasianya yang pertama adalah karena ridha orang tua, utamanya ibu.

Founder Tiran Group itu juga menceritakan susah payah kehidupannya saat mahasiswa dulu. Mulai dari gaji ayahnya yang seorang tentara hanya Rp 116 ribu perbulan dengan 12 anak, tinggal di rumah kontrakan yang jauh dari kesan layak huni. Tidur beralaskan seprei berjamur hingga makan apa adanya.

“Bahkan saya pernah tidur dekat kandang ayam. Saya 36 tahun hidup miskin. Aku berangkat bukan dari nol tapi dari minus nol. Jadikan kegagalan, hinaan sebagai vitamin. Saya patuh pada visi misi saya, patuh kepada mimpi dan cita-cita saya. Dan jangan pelit,” ungkapnya.

Amran juga mengisahkan jatuh bangun dirinya membangun bisnis mulai dari minus bermodal uang hasil pinjaman.

Karena kuatnya tekad ingin keluar dari kemiskinan, Amran banting tulang dan peras keringat. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya.

Di hadapan puluhan mahasiswa yang nantinya akan menjadi penerus kepemimpinan bangsa ini, Amran menanamkan mereka prinsip mental sekeras baja.

“Kuncinya kerja keras, jujur, bangun persahabatan, baik sama semua orang. Bangun karakter baik. Berbaik sangka,” ucapnya.

Hasilnya pun gemilang. Impiannya selama ini menjadi sukses dan kaya raya akhirnya terwujud. Di usia 36 tahun, buah dari kerja kerasnya ia nikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang.

“Tidak akan berubah nasib kalau bukan karena anda sendiri yang mengubahnya. Menyerah sama dengan gagal. Gantungkan cita-cita setinggi langit. Peras keringat dari sekarang, 15 tahun ke depan anda akan jadi orang sukses. Makanya jangan main-main kuliah, belajar yang giat. Kalau mau sukses, mulai hari ini jangan sia-siakan waktumu,” pesannya lugas.

Usai menyampaikan petikan pengalaman hidupnya, tiba waktunya kedua belah pihak mahasiswa yang sebelumnya terlibat bentrok berdamai. Mereka makan dan tertawa bersama. Silaturahmi pun ditutup dengan melaksanakan salat Tarwih berjamaah. (dra/roy)