Ramadan Mulia Bukan Karena Ada Kewajiban Puasa, Tetapi Karena Al-Qur’an Diturunkan di Dalamnya

(Tausiah Hari ke-7 Ramadan 1444 H.)

Berita319 Dilihat

KABARIKA.ID, MAKASSAR – Semangat menjalankan ibadah puasa di hari ke-7 Ramadan ini masih tetap terjaga. Kita berharap Allah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada kita semua untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Panitia amaliah Ramadan PP IKA Unhas dan PT Tiran Group menghadirkan ustad Muhammad Ilyas Nawawi, S.Ag, M.Ag untuk mengisi tausiah setelah salat Ashar, Rabu (29/03/2023), di musalah AAS Building lantai 1.

Ustad mengatakan tidak semua orang diberi keberkahan oleh Allah Swt. “Ada orang yang diberi nikmat sehat dan nikmat umur oleh Allah dengan badan yang sehat, tetapi tidak diberi afiat,” ujar ustad.

Afiat itu terkait dengan jiwa atau rohani. Ada orang jasmaninya sehat, tetapi jiwanya tidak sehat. “Seperti pasien yang ada di rumah sakit jiwa Dadi di jalan Lanto Daeng Pasewang,” kata ustad.

Jamaah salat Ashar. (Foto: Muh. Ruslan)

Berpuasa di bulan Ramadan merupakan satu kenikmatan. Bulan Ramadan dikatakan mulia bukan karena ada kewajiban berpuasa di dalamnya. Sebab sebelum Islam datang, Ramadan sebagai nama bulan sudah ada di zaman Arab jahiliyah.

Nanti di zaman Rasulullah ketika Al-Quran diturunkan di bulan Ramadan, membuat Ramadan jadi mulia.

Ada dua fase turunnya ayat Al-Quran, yaitu fase Makkah (Makkiyah) dan fase Madinah (Madaniyah). “Perintah puasa baru turun pada saat Rasulullah di Madinah, yaitu surah Al Baqarah ayat 183. ‘Hai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa….,” ujar ustad.

Datangnya perintah wajib berpuasa di bulan Ramadan, menyempurnakan kemuliaan Ramadan.

Selain puasa Ramadan yang ditujukan kepada umat Nabi Muhammad, ada juga puasa Nabi Adam yang dikenal dengan puasa Ayyamul Bidh yang dilaksanakan pada tanggal 13, 14, 15 setiap bulan Qamariah.

Selain itu, juga ada puasa Nabi Daud, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka atau puasa selang seling.

Puasa Nabi Adam maupun Nabi Daud adalah puasa sunat bagi umat Nabi Muhammad SAW.

Yang membedakan puasa kita dengan puasa umat-umat sebelumnya adalah sahur. Rasulullah bersabda: “Bersahurlah karena sesungguhnya dalam sahur itu ada berkah”. (rus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *