Salat yang Terbaik Adalah Salat yang Dapat Mencegah Kita dari Perbuatan Keji dan Mungkar

(Tausiah Hari ke-13 Ramadan 1444 H.)

KABARIKA.ID, MAKASSAR – Panitia amaliah Ramadan PP IKA Unhas dan PT Tiran Group mengundang KH Muhammad Said Abd. Samad, Lc untuk mengisi acara tausiah setelah salat Ashar pada hari ke-13 Ramadan 1444 hijriah, Selasa (4/04/2023), di musalah AAS Building lantai 1, Makassar.

Dalam kehidupan kita kadang-kadang kita sukses, kadang-kadang kita gagal. Juga kadang-kadang kita senang dan kadang-kadang susah. Kalau sukses, pasti kita gembira.

Dalam ajaran agama Islam selama kita masih beriman, Allah mengatakan jangan takut, jangan duka cita dan jangan merasa rendah. Seperti yang disebutkan Allah dalam surat Ali Imran [3] ayat 139.

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ali Imran [3]: 139).

Jamaah salat Ashar menyimak tausiah yang disampaikan KH Muhammad Said Abd. Samad.

Ayat ini diturunkan oleh Allah Swt saat kaum muslimin mengalami kekalahan dalam perang Uhud, banyak yang gugur dan banyak pula yang terluka.

Kalah dan menang dalam peperangan itu lumrah, tetapi berbeda hasilnya antara orang beriman dan tidak beriman. Orang beriman berperang atas dasar kebenaran, sedangkan orang kafir berperang atas dasar kebatilan.

“Orang beriman mencari Rida Allah, orang kafir mencari rida selain Allah. Orang beriman yang meninggal ke surga, sedangkan orang kafir yang meninggal ke neraka. Orang Islam yang terluka mendapat pahala, sedangkan yang bukan Islam tidak mendapat pahala,” ujar KH Muhammad Said.

Dalam keadaan bagaimana pun kalau kita beriman, kata Kiyai, tidak boleh merasa kecewa, bersedih dan kita harus selalu berbesar hati.

Rasulullah bersabda, “Sungguh mengherankan keadaan orang beriman, semua keadaannya menjadi kebaikan. Kalau dia mendapat nikmat lalu bersyukur, maka syukur itu menjadi kebaikan baginya. Kalau dia mendapat kesukaran, kesulitan dan ujian lalu dia bersabar, maka sabar itu menjadi kebaikan baginya.”

Terkait dengan hadits itu, Allah berfirman : “Dan (ingatlah pula) tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat-Ku), jika kamu ingkar maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S. Ibrahim [14]: 7)

KH Muhammad Said menegaskan bahkan dalam agama Islam, orang berdosa pun harus tetap berbesar hati dan tidak kecewa, dan segera bertobat. Jika segera bertobat, Allah cinta kepadanya.

Itu sesuai firman Allah Swt: “…Sesunggunya Allah mencintai orang-orang yang bertobat, dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri”. (Q.S. al-Baqarah [2]: 222)

Salah satu ibadah yang di dalamnya ada kesyukuran, kesabaran, dan taubat adalah ibadah salat yang kita lakukan.

Itulah sebabnya jika salat dilaksanakan dengan baik, maka salat akan mendatangkan ketenangan jiwa yang luar biasa. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Dijadikan ketenangan hati dalam salat”.

Karena dalam salat ada sabar, syukur dan taubat kepada Allah. “Supaya salat mendatangkan ketenangan hati yang hakiki bagi kita, maka mari kita perhatikan surat al-Fatihah,” ujar KH Muhammad Said.

Apa yang harus menjadi landasan hati dan jiwa kita dalam melaksanakan salat?

Sebagian jamaah mencari posisi yang nyaman untuk mendengarkan tausiah.

Yang pertama adalah alhamdulillahi rabbil’alamiin, “Segala puji bagi Allah”. Kita bersyukur dan kemudian memuji Allah. Kita bersyukur karena kesadaran kita bahwa jika kita menghitung-hitung nikmat Allah, maka kita tidak bisa. Landasan kita adalah bersyukur kepada Allah.

Yang kedua adalah arrahmanirrahim, “Yang maha pengasih lagi maha penyayang”. Ini menimbulkan harapan yang baik.

“Kita sudah diberi kesehatan, masih mau sehat lagi; kita sudah diberi nikmat, masih mau nikmat lagi; dan kita ingin masa depan yang baik, kita ingin husnul khatimah,” ujar KH Muhammad Said.

Yang ketiga, maaliki yaumiddiin, “Yang menguasai hari pembalasan”. Menurut ulama, kita salat dan kita berpuasa karena takut kepada Allah.

Kita takut kalau kita sendiri dalam kubur. Kita tidak tahu apa yang terjadi. Seorang ulama berkata, “Saya pernah pindah tempat tidur dan saya tidak bisa tidur dengan tempat tidur yang baru, karena tempat tidurnya lain.”

“Coba kita bayangkan kalau kita pindah tempat tidur di kuburan. Demi Allah malam pertama kita tidak tahu apa yang terjadi, dan ini pasti kita alami. Kita takut siksaan kubur dan kita takut siksaan neraka. Makanya kita berharap dalam salat.”

Yang ketiga, iyyakana’budu waiyyaakanasta’in, “Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan kepada-Mu kami memohon pertolongan”.

Ibadah menurut ulama adalah puncak kecintaan dan ketundukan kepada Allah. Semakin tinggi rasa cinta dan ketundukan kita dalam beribadah, maka semakin tinggi nilai ibadah kita di sisi Allah.

Segala aktivitas kita adalah ibadah kalau dilaksanakan sesuai petunjuk Rasulullah SAW, dan mendapat keridaan Allah Swt.

“Salat yang terbaik adalah salat yang dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar,” tegas KH Muhammad Said.

Menurut Kiyai, salat yang paling tinggi tingkatannya adalah salat yang diperintahkan oleh Lukman kepada anaknya yang tercantum dalam surah Lukman [31] ayat 17.

Yakni, perintah melaksanakan salat kemudian mengajak orang lain kepada kebaikan dan mencegah mereka melakukan keburukan. (rus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *