KABARIKA.ID, MAKASSAR – Secara astronomis gerhana Matahari hibrida akan terjadi pada 20 April 2023. Hampir seluruh kota besar di tanah air dapat menyaksikan gerhana Matahari sebagian pada hari ini.
Jadwan dan durasi terjadinya gerhana Matahari di beberapa kota di pulau Sulawesi adalah sebagai berikut.
Manado (Durasi 3 jam 03 menit)
Awal sebagian: 11.05 WITA
Puncak gerhana: 12.37 WITA
Akhir sebagian: 14.08 WITA
Gorontalo (Durasi 3 jam 02 menit)
Awal sebagian: 11.00 WITA
Puncak gerhana: 12.32 WITA
Akhir sebagian: 14.02 WITA
Palu (Durasi 3 jam 00 menit)
Awal sebagian: 10.52 WITA
Puncak gerhana: 12.22 WITA
Akhir sebagian: 13.52 WITA
Mamuju (Durasi 3 jam 01 menit)
Awal sebagian: 10.47 WITA
Puncak gerhana: 12.16 WITA
Akhir sebagian: 13.47 WITA
Makassar (Durasi 3 jam 04 menit)
Awal sebagian: 10.41 WITA
Puncak gerhana: 12.12 WITA
Akhir sebagian: 13.45 WITA
Kendari (Durasi 3 jam 06 menit)
Awal sebagian: 10.48 WITA
Puncak gerhana: 12.21 WITA
Akhir sebagian: 13.55 WITA
Gerhana Matahari Hibrid terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tepat segaris sehingga di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari, dan tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi sama dengan piringan Matahari.
Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, Matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainnya, Matahari seakan-akan tertutupi Bulan. Dengan demikian, Gerhana Matahari Hibrid terdiri dari dua tipe gerhana, yakni gerhana Matahari Cincin dan gerhana Matahari Total.
Anjuran Melaksanakan Salat Gerhana
Hukum melaksanakan salat sunnah gerhana Matahari (kusuf) adalah sunnah muakkad bagi setiap umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, sedang bepergian maupun mukim.
Dasar syariat salat gerhana Matahari maupun gerhana Bulan ditunjukkan dalam sejumlah hadis, antara lain hadits dari Aisyah.
Dari Aisyah (diriwayatkan) bahwa pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, maka ia lalu menyuruh orang menyerukan ash-shalatu jamiah. Kemudian beliau maju, lalu mengerjakan salat empat kali rukuk dalam dua rakaat dan empat kali sujud. (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Juga ada hadits dari Abu Mas’ud:
Dari Abu Mas’ud r.a., ia berkata: Nabi saw telah bersabda: Sesungguhnya Matahari dan Bulan tidak gerhana karena kematian seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua tanda kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya, maka berdirilah dan kerjakan salat. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Tata Cara Salat Gerhana Matahari
1. Berniat di dalam hati.
2. Takbiratul ihram, sama seperti melaksanakan salat lima waktu.
3. Membaca doa istiftah dan ber-ta’awudz, kemudian membaca surah al-Fatihah dan membaca surah yang panjang (seperti surat Al Baqarah) dan dijaharkan.
Dasarnya adalah hadits dari Aisyah:
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaharkan bacaannya ketika salat gerhana.” (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Ruku’ (lebih lama dari salat yang biasa).
5. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’Sami’allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamd, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
6. Ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang lamanya lebih singkat dari ruku’ pertama.
7. Bangkit dari ruku’ (i’tidal).
8. Sujud (lamanya sama dengan waktu ruku’), lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
9. Bangkit dari sujud kemudian mengerjakan raka’at kedua, namun surah yang dibaca setelah al-Fatihan lebih pendek dari rakaat pertama, dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari rakaat sebelumnya.
10. Tasyahud.
11. Salam.
12. Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, dan bersedekah. Khutbahnya hanya satu kali.
Dasar pelaksanaan khutbah salat gerhana adalah hadits dari Aisyah:
Dari Aisyah (diriwayatkan) bahwa ia berkata: Pernah terjadi gerhana Matahari pada masa Rasulullah SAW. Lalu beliau salat bersama orang banyak. Beliau berdiri dan lama berdirinya kemudian rukuk dan lama ruku’nya, kemudian berdiri lagi dan lama berdirinya, tetapi tidak selama berdiri yang pertama. Kemudian beliau rukuk dan melamakan rukuknya, tetapi tidak selama rukuk yang pertama, kemudian sujud dan melamakan sujudnya. Kemudian pada rakaat kedua beliau melakukan seperti yang dilakukan pada rakaat pertama. Kemudian beliau menyudahi salatnya sementara Matahari pun terang kembali. Kemudian beliau berkhutbah kepada jamaah dengan mengucapkan tahmid dan memuji Allah, serta berkata: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, salat dan bersedekahlah. (H.R. Bukhari, Muslim dan Malik).
Menurut Habib Ibrahim bin Smith, hikmah disyariatkannya salat gerhana adalah sebagai peringatan kepada orang-orang yang menyembah dan mempertuhankan Matahari dan bulan, bahwa kedua benda langit itu tidak memiliki daya dan kekuatan apa pun, tidak bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan, tidak pula memberikan manfaat dan mudarat. Keduanya sama-sama makhluk Allah Swt yang tidak boleh disembah. (Muh. Ruslan)