KABARIKA.ID, MAKASSAR – Peringatan Hari Komunikasi Internasional memiliki kaitan erat dengan peringatan Hari Buku Nasional yang jatuh pada hari ini, Selasa (17/05/2023). Hari komunikasi internasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat internasional mengenai manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan internet dan teknologi komunikasi terhadap aspek-aspek kehidupan, sekaligus menghubungkan kesenjangan digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara peringatan Hari Buku Nasional diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, agar mampu mendongkrak tingkat literasi masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah.
Tantangan terbentang di hadapan kita, sebab perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang diakselerasi oleh media sosial, disinyalir menjadi menyebab yang signifikan terhadap rendahnya minat baca dan literasi masyarakat Indonesia, baik pada tingkat pelajar maupun di kalangan orang dewasa.
17 Mei 1949 – Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Kalimantan
Tanggal 17 Mei memiliki makna sejarah tersendiri bagi masyarakat Kalimantan. Tanggal 17 Mei 1949 dikenal sebagai Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan sebagai reaksi terhadap Perjanjian Linggarjati.
Proklamasi yang dicetuskan oleh para pejuang Kalimantan kala itu menyatakan bahwa Kalimantan adalah bagian tidak terpisahkan dari Republik Indonesia.
Perjanjian Linggarjati adalah perundingan antara Indonesia dan Belanda untuk membahas status kemerdekaan Indonesia.
Salah satu isi perjanjian tersebut adalah mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia hanya pulau Jawa, Sumatera, dan Madura.
Hal itulah yang membuat para pejuang di Kalimantan melakukan Proklamasi 17 Mei 1949 untuk menyatakan bahwa Kalimantan adalah bagian dari Republik Indonesia.
Dosen sejarah Universitas Lambung Mangkurat, Masnyur mengatakan bahwa nilai terdalam dari proklamasi 17 Mei 1949 itu adalah suatu keinginan integrasi nasional atau integrasi bangsa.
“Di sini tidak diragukan lagi jiwa nasionalis para pejuang ALRI Divisi IV,” ujar Mansyur, Rabu (17/5/2023).
Para pejuang Kalimantan kemudian mengadakan musyawarah di Ambutun yang kemungkinan untuk membentuk pemerintahan sendiri dan dipimpin oleh seorang Gubernur Tentara.
Musyawarah diadakan di sebuah rumah antara kampung Ambutun dan Telaga Langsat. Saat itu Maxim Le Miaty ditugaskan membuat surat kepada delegasi pemerintah RI di Jakarta. Juga membuat laporan kepada MPK Divisi IV di Jawa, tanpa mengetahui bahwa jabatan Gubernur Kalimantan dan MPK ALRI Divisi IV telah dibubarkan.
“Laporan itu berisi tentang pembentukan pemerintahan darurat dan kepada pemerintah Republik diminta untuk mengakui ALRI Divisi IV sebagai pejuang RI dan gerilyanya sebagai gerilya RI, dan juga diusulkan supaya RI mengusahakan supaya tentara KNIL dan KL (Koninklijke Leger) ditarik dari Kalimantan Selatan,” papar Mansyur. (rus)
17 Mei 1969 – Hari Komunikasi Internasional
Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan. Komunikasi memungkinkan setiap orang dapat terhubung tanpa terkecuali.
Di masa lalu komunikasi dilakukan secara terbatas, karena adanya perbedaan jarak, waktu, dan bahasa. Orang-orang zaman dahulu bahkan memanfaatkan hewan sebagai media komunikasi jarak jauh, seperti burung merpati.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, jangkauan komunikasi tidak lagi memiliki batas. Perbedaan jarak, waktu, dan bahasa bukanlah masalah yang menghalangi komunikasi antar manusia.
Teknologi komunikasi membuat dunia terasa sempit. Setiap orang dapat berkomunikasi lintas benua tanpa terkendala. Kemudahan komunikasi ini telah membantu setiap orang menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.
Media dan cara berkomunikasi manusia mengalami evoluasi. Ketika komunikasi tulis belum dikenal, komunikasi dilakukan dengan menggunakan bunyi atau tanda isyaratvisual.
Contoh komunikasi menggunakan suara adalah morse, sedangkan komunikasi menggunakan tanda isyarat visual adalah semafor.
Ketika manusia telah mengenal tulisan, komunikasi antarmanusia dilakukan melalui surat yang dikirim melalui orang lain atau melalui kantor pos.
Dalam perkembangannya kemudian, ditemukan sarana komunikasi telepon yang memungkinkan orang berkomunikasi jarak jauh.
Penetapan 17 Mei sebagai hari komunikasi internasional mengacu pada berdirinya International Telegraph Union (ITU) pada 17 Mei 1865.
ITU merupakan badan khusus PBB yang membidangi hal-hal yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Hari Komunikasi Internasional dirayakan sejak 17 Mei 1969 untuk memperingati terbentuknya ITU.
Dikutip dari laman PBB, tujuan perayaan Hari Komunikasi Internasional adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat yang dapat diberikan oleh penggunaan internet dan teknologi komunikasi terhadap aspek-aspek kehidupan, sekaligus menghubungkan kesenjangan digital.
Misi yang diemban adalah untuk memperkenalkan ITU sebagai badan PBB yang menangani telekomunikasi dalam bentuk telegraf.
Tahun 2023 ini, tema Hari Komunikasi Internasional adalah “Empowering the Least Developed Countries Through Information and Communication Technologies” atau Memberdayakan negara-negara kurang berkembang melalui teknologi informasi dan komunikasi. (rus)
17 Mei 2008 – Hari Buku Nasional
Hari Buku Nasional (Harbuknas) diperingati setiap 17 Mei. Tujuannya adalah memperingati pentingnya budaya membaca buku.
Harbuknas merupakan momen yang tepat untuk memperingati pentingnya budaya membaca buku. Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia menjadi suatu masalah yang perlu diatasi.
Dilansir dari situs resmi Kemendikbud, Harbuknas pertama kali diperingati pada 2002. Dengan demikian, 17 Mei 2023 merupakan Harbuknas ke-21.
Gagasan peringatan Harbuknas dicetuskan oleh Abdul Malik Fadjar yang saat itu menjabat Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Gotong Royong pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri dan Hamzah Haz.
Tanggal 17 Mei dipilih sebagai peringatan Harbuknas mengacu pada berdirinya Perpustakaan Nasional (Perpusnas) pada 17 Mei 1980.
Alasan Abdul Malik Fadjar mencetuskan peringatan Harbuknas ini adalah untuk meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat di seluruh Indonesia yang saat itu masih tergolong rendah.
Data yang dikeluarkan UNESCO pada 2002 menunjukkan, tingkat literasi orang dewasa atau penduduk yang berusia 15 tahun ke atas berada di angka 87,9 persen. Angka tersebut jauh jika dibandingkan dengan negara-negara di Kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia (88,7 persen), Vietnam (90,3 persen), dan Thailand (92,6 persen).
Selain literasi yang rendah, penjualan buku pada saat itu juga terbilang rendah. Setiap tahunnya, Indonesia hanya mencetak 18 ribu buku. Angka tersebut terbilang sangat rendah jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya, seperti Jepang yang mencetak 40 ribu buku setiap tahunnya, dan Tiongkok dengan 140 ribu buku per tahunnya.
Abdul Malik Fadjar sadar bahwa meningkatkan minat baca masyarakat merupakan sebuah tantangan yang cukup berat mengingat generasi muda yang sudah mulai didominasi oleh sistem komunikasi dengan telepon, tetapi sedikit membaca buku.
Saat ini, literasi peserta didik di Indonesia juga masih terbilang rendah. Dilansir dari situs Kemendikbud, survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) pada 2019 menunjukkan Indonesia berada pada peringkat ke-62 dari 70 negara. Artinya, Indonesia adalah 10 negara terbawah dengan tingkat literasi yang rendah.
Selain survei yang dilakukan oleh PISA, data dari UNESCO juga menunjukkan hal yang sama. Dikutip dari situs Kementerian Kominfo, minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang Indonesia yang rajin membaca (buku). UNESCO juga menempatkan Indonesia sebagai negara terendah kedua untuk tingkat minat baca. (rus)