Khusnul Yaqin
Dosen Pascasarjana Perikanan Universitas Hasanuddin

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

 

 

UNIVERSITAS itu sebenarnya seperti rumah. Di dalamnya harus ada dapur yang bisa digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bisa dikonsumsi oleh para penghuni rumah. Tanpa dapur penghuni rumah akan mengeluarkan biaya yang sangat banyak dalam memenuhi kebutuhan makannya. Tanpa dapur makanan yang dikonsumsi harus dibeli dari luar rumah. Dari dapur bisa diproduksi hal-hal yang, misalnya bisa dijual oleh penghuni rumah, ketika produk makanan rumahan itu diminati oleh khalayak ramai. Jadi, bagi universitas memiliki dapur yang andal dapat memberi manfaat multiguna, hemat biaya, dan memproduksi cuan, dari pengembangan ilmu dan teknologi.

Nah sekarang apa dapurnya universitas? Kalau kita lihat secara saksama apa yang kemudian bisa disebut sebagai dapurnya universitas itu ada dua. Pertama, adalah laboratorium. Dengan adanya laboratorium, universitas bisa memproduksi berbagai jenis data, baik itu data kualitatif maupun kuantitatif untuk kepentingan penemuan dan pengembangan ilmu dan teknologi. Yang dimaksud laboratorium ini tidak hanya bangunan yang ada di universitas dengan dimensi yang terbatas, tetapi juga bisa berwujud suatu kawasan tertentu yang dapat digunakan untuk studi lapangan atau mesokosmos.

Kedua, dapurnya universitas adalah perpustakaan. Komplitnya perpustakaan suatu universitas, menunjukkan bahwa insan akademiknya sehat secara ilmu, karena asupan ilmunya terjamin. Dari perpustakaan kita bisa membaca dan tentunya menulis ilmu dan teknologi. Tanpa perpustakaan insan akademik menjadi buta dan tidak produktif. Dulu perpustakaan adalah satu bangunan yang menyimpan berbagai jenis pustaka yang pernah ditulis oleh manusia untuk dijadikan sebagai referensi pengembangan ilmu dan teknologi di dalam kampus.

Di era digital seperti saat sekarang ini, perpustakaan bukan lagi sebuah bangunan besar yang dipenuhi ber-rak-rak buku, tetapi ia adalah sebuah konektivitas secara digital dengan berbagai penerbit di seluruh dunia yang menerbitkan ataukah menjadi penyedia publikasi-publikasi ilmiah yang dapat dijadikan referensi oleh insan akademik yang menghuni kampus.

Perpustakaan klasik tetaplah harus dijaga dan dirawat sebagai sebuah simbol peradaban membaca-menulis di dalam kampus, tetapi lebih dari itu kampus mestinya adalah suatu institusi atau lembaga yang berlangganan atau berkonektivitas dengan para produsen tulisan-tulisan ilmiah yang berkualitas. Terlepas bahwa penerbit-penerbit itu merupakan bagian dari kampus ataukah bukan, jika kampus memiliki sebuah penerbitan yang bagus, maka itu adalah satu nilai tambah tersendiri bagi kampus.

Hal ini karena kampus bukan sekadar dapat menghasilkan jutaan uang dari publikasinya, tetapi juga memproduksi gagasan untuk bisa diserap, dicerna, dicermati atau dinikmati oleh masyarakat luas. Dengan begitu, maka kampus seperti itu dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengembangkan kualitas cara berpikir dan meningkatkan produktivitas masyarakat.

Tentunya kampus tidak mungkin mengakomodasi semua jenis karya ilmiah dari berbagai fakultas atau bahkan Prodi atau kompetensi yang mereka miliki. Oleh karenanya, kampus harus mempunyai konektivitas dengan para penerbit tulisan-tulisan ilmiah di luar kampus. Konektivitas ini tentunya adalah buah kesadaran kebutuhan kampus terhadap luasnya bidang keilmuan dan keteknikan dari berbagai jenis dan jumlah yang diproduksi oleh dapur-dapur ilmiah yang lain. Tulisan-tulisan ilmiah yang jumlahnya begitu banyak seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta peradaban digital saat sekarang ini sebenarnya bisa diakses dan juga digunakan dengan mudah oleh insan akademik di suatu kampus untuk memproduksi ilmu dan teknologi yang lebih baru lagi.

Studi Bibliometrik dan Review

Para peneliti di berbagai bidang sebenarnya mempunyai sebuah tradisi yaitu melakukan review atau ulasan ilmiah terhadap berbagai penelitian yang sudah berkembang pada waktu itu. Review ini selain berguna sebagai salah satu cara untuk mengevaluasi sejauh mana perkembangan ilmu dan teknologi yang sudah dikembangkan dalam satu bidang tertentu, juga berfungsi sebagai pengenalan pada mereka yang baru menekuni bidang yang sedang direview. Dengan cara itu akademisi yang baru itu bisa memanfaatkan data yang ada di makalah review ataukah hasil analisis dari reviewer terhadap berbagai data yang sedang diulas.

Oleh karenanya ilmuwan muda bisa melangkah lebih jauh dalam memahami apa yang akan digelutinya di masa depan. Tanpa makalah-makalah review, peneliti muda seperti orang buta berjalan di tengah malam yang gelap gulita dalam menapaki karier keilmuannya. Tetapi dengan adanya makalah-makalah review ini, maka ilmuwan-ilmuwan muda akan dengan gampang mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi dalam bidang yang sedang direview. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa karya ilmiah review posisinya sangat berarti dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

Dulu orang melakukan review membutuhkan waktu yang lama, tenaga dan upaya keras untuk menganalisis satu per satu materi yang akan direview secara manual. Biasanya para reviewer juga mengambil manfaat dari hasil studi biometrik (studi kepustakaan) dari satu hal yang akan direview. Studi bibliometrik ini juga membutuhkan waktu yang tidak singkat, tenaga yang tidak sedikit dan biaya yang tidak murah. Akan tetapi, hari ini untuk melakukan studi bibliometrik yang bisa menjadi dasar bagi seorang reviewer dalam bidang tertentu tidak susah, tidak membutuhkan tenaga dan waktu seperti pada zaman dahulu kala. Berkat perkembangan teknologi IT studi bibliometrik dan review bisa dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Berbagai aplikasi telah dikembangkan untuk mempermudah studi bibliometrik dan review.

Bagi mahasiswa terutama S2 dan S3, studi bibliometrik ini dapat digunakan untuk menemukan research gap atau novelty dari suatu riset yang akan dikerjakan dengan mudah. Tanpa studi bibliometrik acap kali -bahkan terlalu sering- apa yang disebut novelty itu adalah klaim semata, tanpa data yang akurat. Studi bibliometrik dapat menyediakan data yang akurat untuk suatu novelty.

Karena pentingnya studi bibliometrik dan review, hasil dari studi bibliometrik dan review ini sangat mungkin diterima oleh jurnal internasional yang bereputasi hingga yang berskala Q1 untuk diterbitkan. Yang dibutuhkan dalam studi bibliometrik ini hanyalah konektivitas dengan, misalnya metadata dari kelompok penerbit seperti Web of Science (WOS) dan/atau Scopus. Dengan berlangganan WOS atau Scopus, maka suatu universitas akan memfasilitasi para akademisinya mengkonstruksi dapur universitas yang murah untuk memproduksi karya ilmiah berupa studi bibliometrik dan review yang dapat diterbitkan di jurnal yang bereputasi internasional dalam waktu yang relatif singkat.

Jika dibandingkan dengan mempublikasikan hasil penelitian yang mungkin membutuhkan waktu satu tahun atau kurang dengan biaya yang tidak sedikit, minimal 80 juta misalnya, maka untuk membuat satu studi bibliometrik dan atau mini review hanya dibutuhkan waktu satu dua bulan maksimal dan biaya yang sangat murah jika dibandingkan dengan melakukan satu eksperimen di laboratorium atau observasi di lapangan. Di samping itu, pada saat universitas berlangganan dengan WOS dan Scopus maka insan akademik tidak perlu lagi “mencuri” makalah melalui sci hub dan yang sejenisnya, yang saat ini kekuatannya sudah semakin menurun.

Jika kita menyadari betapa pentingnya konektivitas dengan berbagai publisher-publisher makalah ilmiah terkemuka dan pentignya studi bibliometrik dan minireview yang dapat memantik puluhan karya ilmiah yang lain dalam waktu yang relatif singkat, maka sangat sulit dibayangkan ada pimpinan-pimpinan universitas yang tidak tertarik untuk mewujudkan konektivitas kampusnya dengan metadata publisher terkemuka dan mewajibkan insan akademik di kampusnya untuk memproduksi studi bibliometrik dan minireview.

Tahap berikutnya pasti pimpinan universitas tidak akan segan lagi membangun dapur tipe pertama, yaitu laboratorium yang bertaraf internasional untuk lebih meningkatkan produktivitas insan akdemik di kampus. Gabungan dapur tipe pertama (laboratorium) dan kedua (konektivitas dengan publisher kelas dunia) akan sangat signifikan dalam meningkatkan produk ilmu dan teknologi suatu universitas.