Jokowi di Depan Peserta Mitra G7: Bumi Butuh Aksi Nyata, Bukan Retorika

Berita356 Dilihat

KABARIKA.ID, HIROSHIMA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong semua negara turut berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing dalam menghadapi ancaman perubahan iklim. Menurut Presiden Jokowi, Indonesia telah meningkatkan target penurunan emisi sebesar 31,89 persen dengan kemampuan sendiri dan 43,2 persen dengan dukungan internasional.

Demikian disampaikan Presiden Jokowi dalam pidatonya pada Sesi Kerja Mitra G7 yang membahas soal iklim, energi, dan lingkungan di Grand Prince Hotel Hiroshima, Jepang, Sabtu (20/05/2023).

“Pendekatan lama harus ditinggalkan, burden shifting, propaganda. Bumi ini butuh aksi nyata, bukan talk the talk yang tidak berujung konkret,” tegas Presiden Jokowi.

Presiden menjelaskan, Indonesia telah meningkatkan target penurunan emisi sebesar 31,89 persen dengan kemampuan sendiri dan 43,2 persen dengan dukungan internasional.

“Sebuah komitmen yang harus diikuti dengan kemitraan yang memberdayakan,” ujar Presiden.

Selain itu, Presiden menegaskan bahwa dukungan pendanaan iklim bagi negara berkembang harus konstruktif dan jauh dari kebijakan diskriminatif yang mengatasnamakan lingkungan.

Dukungan pendanaan dalam bentuk utang, menurut Presiden Jokowi, hanya akan menjadi beban.

“Saya harus sampaikan, jujur negara berkembang ragu terhadap komitmen pendanaan negara maju yang hingga kini komitmen 100 miliar Dolar AS per tahun masih belum terpenuhi,” tandas Presiden.

Presiden Joko Widodo saat meresmikan proyek industri baterai listrik terintegrasi di kawasan industri terpadu Batang, Jawa Tengah, Rabu (6/08/2022). (Foto: Bisnis Indonesia)

Oleh karena itu, Presiden Jokowi mendorong semua negara untuk meningkatkan aksi konkret menghadapi ancaman perubahan iklim. Indonesia telah melakukan sejumlah aksi nyata dalam menghadapi ancaman tersebut.

“Indonesia telah melakukan banyak hal, seperti laju deforestasi turun signifikan dan terendah selama 20 tahun terakhir, rehabilitasi 600.000 hektare hutan mangrove selesai di 2024, rehabilitasi 3 juta hektare lahan kritis, kebakaran hutan turun 88 persen, membangun 30.000 hektare kawasan industri hijau, dan mendorong pengembangan ekosistem EV,” papar Presiden.

Upaya pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau EV (electric vehicle) dalam negeri memang telah menunjukkan tajinya. Presiden Joko Widodo telah meresmikan proyek industri baterai listrik terintegrasi di kawasan industri terpadu Batang, Jawa Tengah, pada awal Agustus 2022 yang lalu.

Proyek ini disebut-sebut pertama kalinya dibangun di sebuah negara. Sebab, target pembangunan industri baterai ini dilakukan dari hulu ke hilir. Artinya, investasi yang dilakukan oleh LG Energy Solution itu turut mendanai proyek penambangan nikel, smelter, prekursor, katoda, baterai listrik hingga mobil listrik.

Presiden Jokowi juga mengatakan, Indonesia memiliki target mencapai nol emisi di tahun 2060. Diharapkan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir juga bisa mengakselerasi target tersebut.

Presiden juga menyebutkan inisiatif ini sejalan dengan agenda prioritas pemerintah Indonesia dalam KTT G20 tahun 2022 di Bali, terkait transisi energi berkelanjutan di dalam negeri, bahkan melakukan ekspansi secara internasional. (emrus)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *