KABARIKA.ID, MAKASSAR – Kemitraan Universitas Hasanuddin dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Tsukuba University (TU) memenangkan salah satu proyek penelitian dan pengembangan (R&D) yang sangat bergengsi di Jepang, yaitu SATREPS (Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development). Kepastian tentang hal ini diumumkan secara resmi oleh The Japan Science and Technology Agency (JST) pada laman SATREPS, beberapa waktu lalu.
Terdapat 11 negara dari tiga benua yang menjadi pemenang proyek untuk sepuluh proyek yang didanai. Dari Asia ada empat negara, yaitu Indonesia, Thailand, Kamboja, Uzbekistan. Sedangkan dari benua Amerika ada dua negara, yakni El Salvador dan Meksiko.
Benua Afrika diwakili oleh Zambia dan Mesir. Adapun Tonga, Vanuatu dan Fiji mewakili negara kepuluan di Pasifik Selatan.
Ke-11 negara akan melakukan kerja sama dengan beberapa universitas terkemuka di Japang untuk periode 2023-2028, fokus dalam aksi mengatasi masalah lingkungan untuk mendukung upaya pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia.
Fokus penelitian SATREPS yang diumumkan tahun 2023 terbagi dalam tiga kategori, yakni Environment and Energy, Bioresources, dan Disaster Prevention and Mitigation.
Proyek yang dimenangkan melalui kemitraan Unhas-BRIN-TU masuk dalam kelompok Bioresources (sumber daya hayati) dengan tajuk, “Proyek Pengembangan Pangan Fungsional Berbasis Rumput Laut Berkelanjutan untuk Mencapai Tujuan Ekonomi Biru”.
Proyek ini memperoleh pendanaan sekitar Rp 51 milyar selama periode kegiatan dengan mengembangkan empat bidang kajian.
Pertama, survei sumber daya rumput laut, pembuatan database, kajian metode budi daya, dan pengembangan benih dan bibit rumput laut yang berkualitas.
Kedua, analisis komponen kimia, identifikasi dan analisis komponen fungsional, analisis dan evaluasi fungsionalitas rumput laut, dan kajian aplikasi rumput laut sebagai bahan pangan fungsional, kosmetik, dan obat-obatan.
Ketiga, kajian teknik pengolahan pascapanen dan pengawetan, ekstraksi bahan aktif dari rumput laut, komersialisasi, dan karakterisasi.
Keempat, pengembangan dan evaluasi skenario implementasi sosial dalam industri rumput laut dari hulu ke hilir.
Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA menjelaskan, kerja sama Unhas-LIPI-TU sudah berlangsung sejak tahun 2016. Saat itu, LIPI belum menjadi BRIN. Proyek R&D yang bisa memenangkan hibah SATREPS bukan merupakan penelitian permulaan, pemenangnya adalah lembaga R&D yang telah bekerja sama dan telah menghasilkan produk R&D.
Sebelum mengajukan proposal R&D ke SATREPS, tim Unhas-BRIN-TU telah menghasilkan puluhan publikasi terkait rumput laut pada jurnal internasional terindeks Scopus (Q1-Q3), Prosiding terindeks Scopus, Chapterbook terindeks Scopus (Apple Academic Press), serta HaKI dan Paten. TU adalah pemenang dua hadiah Nobel.
“Unhas dan TU telah bekerja sama menyelenggarakan seminar internasional di Indonesia dan Jepang, serta kunjungan rutin dosen Unhas ke TU dan dosen TU ke Unhas sebagai dosen tamu.
Riwayat kerja sama dan prestasi ini menjadi salah satu kekuatan tim Unhas-BRIN-TU. Oleh karena itu, untuk memenangkan SATREPS tidaklah mudah,” jelas Prof. Ambo.
Ia menambahkan, tim harus menunjukkan terlebih dahulu reputasinya, sehingga proposal yang lolos SATREPS bukan proposal penelitian permulaan, tetapi proposal penelitian yang bersifat lanjutan (advance research).
Banyak kerja sama yang telah dilakukan bersama oleh tim Unhas-BRIN-TU sebelum menjadi salah satu dari dua lembaga pendidikan/riset di Indonesia yang memperoleh hibah penelitian SATREPS tahun 2023.
Prof Ambo lebih lanjut menguraikan, kerja sama tim Unhas-BRIN-TU bermula ketika secara kebetulan berkenalan dengan Prof. Nakajima di Unhas pada 2016. Saat itu, ada profesor dari Jepang yang sedang mencari mitra dan kemudian memanfaatkan kesempatan untuk menunjukkan bahwa mitra yang paling tepat adalah Unhas.
“Saat itu saya baru saja ditunjuk menjadi Ketua Pusat Unggulan Rumput Laut. Dengan modal kue dan nasi dos, saya berhasil mendudukkan Prof. Nakajima dari pagi sampai sore di kantor saya untuk mendengarkan paparan konsep pengembangan rumput laut di Indonesia. Tindak lanjut dari pertemuan itu, Prof. Nakajima berhasil memenangkan proyek penelitian dari Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) yang menjadi awal kerja sama R&D tim Unhas-LIPI-TU,” papar Prof. Ambo.
Ia mengatakan, proyek penelitian Pengembangan Pangan Fungsional Berbasis Rumput Laut Berkelanjutan untuk Mencapai Tujuan Ekonomi Biru, hadir sebagai salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan masa depan. Menurutnya, jumlah populasi manusia setiap tahunnya mengalami peningkatan dan tentunya akan memengaruhi ketersediaan pangan.
Produksi pangan diharapkan terus meningkat, tetapi pangan berbasis daratan memiliki banyak tantangan, karena bukan saja air tawar yang semakin terbatas jumlah dan kualitasnya, tetapi juga peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida, serta pengolahan tanah yang semakin intensif akan menyebabkan masalah lingkungan.
Oleh karena itu, diperlukan tambahan bahan yang tidak tergantung pada air tawar, pupuk, pestisida, dan pengolahan lahan secara intensif.
Bahan pangan yang dapat memenuhi empat hal tersebut adalah rumput laut. Rumput laut juga dapat memperlambat laju pemanasan global karena dapat mengikat CO2 dan mengubahnya menjadi karbohidrat (bahan pangan).
Oleh karena itu, rumput laut bukan hanya dapat menjadi alternatif masa depan, melainkan juga dapat memitigasi lingkungan.
Proyek SATREPS ini juga menyediakan peralatan laboratorium, beasiswa S3 untuk mahasiswa yang akan terlibat dalam R&D ini. Juga tersedia pendanaan untuk kunjungan singkat dosen dan teknisi laboran (maksimal 3 bulan) untuk menjadi dosen tamu, menulis jurnal dan buku, dan pelatihan teknisi dan laboran yang akan mengoperasikan peralatan laboratorium yang diperoleh dari proyek R&D ini.
Keterlibatan Unhas dalam SATREPS tentunya akan memberikan dampak luar biasa terhadap upaya perluasan kebermanfaatan Unhas sebagai perguruan tinggi.
Melalui hibah bergengsi tersebut, akan banyak publikasi ilmiah yang akan dihasilkan, dan tentunya meningkatkan kemitraan Unhas yang akan memberikan dampak positif terhadap upaya Unhas menuju World Class University (WCU). (*/rs)