KABARIKA.ID, MAKASSAR – Pengusaha sukses asal Amerika Serikat (AS) yang juga pemiliki Twitter sekaligus CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk segera mewujudkan ambisi prestisiusnya untuk memasang cip komputer pada otak manusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perusahaan implan otak miliknya, Neuralink, dikabarkan telah mengantongi izin dari BPOM-nya AS Alias Food and Drug Administration (FDA) untuk mulai menguji perangkatnya pada manusia.

Perihal keluarnya izin dari FDA itu, diumumkan perusahaan tersebut melalui akun Twitter resminya pekan lalu, tepatnya 26 Mei 2023.

Namun, para pejabat FDA tidak akan mengonfirmasi atau menyangkal apakah badan tersebut memberikan persetujuan.

Neuralink adalah salah satu dari banyak perusahaan yang bekerja untuk menghubungkan sistem saraf ke komputer untuk membantu mengobati gangguan otak, mengatasi cedera otak, dan untuk penerapan lainnya.

Awal pekan ini, misalnya, para peneliti di Swiss menerbitkan hasil penelitian di jurnal Nature yang menggambarkan sebuah implan yang dapat mengembalikan komunikasi antara otak dan sumsum tulang belakang untuk membantu seorang pria lumpuh berdiri dan berjalan secara alami.

Visualisasi pemasangan cip komputer dalam otak manusia melalui lubang yang dibuat di tengkorak. (Foto: cnet.com)

Terdapat lebih dari 30 uji coba antarmuka komputer otak atau tulang belakang yang sedang berlangsung, menurut clinicaltrials.gov.

Neuralink akan segera membuka rekrutmen uji klinis guna menciptakan teknologi yang diklaim dapat membantu banyak orang. Sebelumnya, perusahaan milik Elon Musk ini menggunakan hewan untuk serangkaian eksperimen terdahulu.

Salah seorang karyawan Neuralink, sebagaimana dilansir reuters.com, sempat berkata bahwa perusahaan itu terburu-buru dan merusak operasi pada monyet, babi, maupun domba sehingga mengakibatkan kematian hewan lebih banyak daripada yang diperlukan untuk uji coba.

Menurut sumber tersebut, Musk terlalu menekan kinerja staf agar bisa cepat mendapat izin dari FDA untuk uji coba pada manusia.

Menurut laporan, sejak 2018 eksperimen implan otak yang dilakukan Neuralink telah membunuh lebih dari 1.500 hewan.

Meski demikian, kemajuan pesat Neuralink disambut antusias oleh dunia internasional.

Selama tujuh tahun terakhir, Musk telah berupaya mengembangkan cip komputer yang dapat ditanamkan ke otak dan memantau aktivitas neuron, yakni sel saraf yang mengirim pesan ke berbagai area otak.

Misi utama Neuralink adalah membuat antarmuka otak yang tergeneralisasi (generalized brain interface) dan membuka lebih luas potensi otonom manusia di masa depan, terutama bagi mereka yang memiliki hambatan motorik (seperti kelumpuhan atau kebutaan).

Antarmuka otak-komputer (brain-computer interfaces atau BCI) diklaim memiliki potensi untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

Saat ini, Neuralink berfokus untuk memberi orang dengan quadriplegia (kelumpuhan lengan dan tungkai) kemampuan mengontrol komputer dan perangkat seluler dengan pikiran mereka.

Jauh di masa mendatang, Neuralink bahkan berharap bisa memulihkan fungsi penglihatan, motorik, ataupun bicara seseorang yang telah rusak.

Cara Kerja BCI Neuralink

Benang implan BCI yang menyatukan lebih dari 3.000 elektrode ditanamkan sepenuhnya ke dalam otak manusia menggunakan bantuan robot bedah secara andal, tepat, dan efisien.

Komputer memungkinkan untuk mengakses informasi yang tersimpan jauh di dalam otak, kemudian mengunduh informasi tersebut.

BCI merekam sinyal listrik dari neuron yang ada di korteks motorik, lalu mengirimkan sinyal ke komputer yang selanjutnya menampilkan teks. BCI tidak merekam pikiran, melainkan rencana tindakan otak terkait gerakan seperti gestur jari, kaki, atau mulut.

Itu terjadi karena korteks motorik tidak bertanggung jawab untuk berpikir, tetapi hanya mengatur instruksi gerakan. Dengan demikian, elektrode berusaha merekam rencana motorik di berbagai bagian otak seperti sensorik, linguistik, maupun kognitif.

Musk lebih lanjut menjelaskan bagaimana BCI dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan ambisius telepati manusia.

Teknologi semacam itu dapat membantu umat manusia berhasil dalam perang melawan kecerdasan buatan.

Meski demikian, menurut insinyur saraf Giacomo Valle dari Universitas Chicago, teknologi ini belum sampai kepada kemampuan untuk membaca pikiran. Jumlah informasi yang bisa diterjemahkan dari otak manusia masih sangat terbatas. (rus)