KABARIKA.ID, MAKASSAR – Penggunaan media sosial (Medsos) merupakan pemicu utama terjadinya depresi, kecemasan, dan masalah lain pada remaja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penegasan itu dikemukakan oleh Dr Vivek H. Murthy, MD, MBA, seorang dokter bedah umum dari Public Health Service Commissioned Corps, Amerikas Serikat, dalam laporannya yang dirilis akhir Mei lalu.

Murthy meminta perhatian pemerintah dan pembuat kebijakan lainnya atas kekhawatiran yang berkembang, tentang dampak penggunaan Medsos terhadap kesehatan mental anak-anak dan remaja.

Para pembuat kebijakan dan perusahaan yang membuat platform Medsos, diminta untuk berbagi beban dengan orang tua untuk mengelola penggunaan Medsos di kalangan anak-anak dan remaja.

Dokter bedah umum, Dr Vivek H. Murthy, MD, MBA. (Foto: vox.com)

Murthy menyebut kesehatan mental remaja sebagai masalah kesehatan masyarakat yang menentukan di zaman kita kini.

Oleh karena itu, ia mendesak para pembuat kebijakan untuk membantu memastikan standar keamanan yang kuat guna membantu melindungi anak-anak dan remaja dari paparan konten berbahaya dan penggunaan Medsos secara berlebihan.

Dalam laporannya, Murthy mencatat 95 persen remaja berusia antara 13 dan 17 tahun mengatakan, mereka menggunakan platform Medsos. Sekitar sepertiga dari mereka menggulir (scrolling), memposting, atau terlibat dengan Medsos secara terus-menerus.

“Pada titik ini, kami tidak memiliki cukup bukti untuk mengatakan dengan yakin bahwa media sosial cukup aman untuk anak-anak kami. Sekarang kami harus mengambil tindakan untuk memastikan bahwa kami melindungi anak-anak kami,” kata Murthy.

Murthy dalam penelitiannya berusaha mencari hubungan antara penggunaan Medsos dan kesehatan mental yang buruk pada remaja. Sebuah studi yang dilakukan pada 2019 menemukan bahwa remaja yang menghabiskan waktu lebih dari tiga jam sehari menggunakan Medsos, menghadapi risiko dua kali lipat mengalami kesehatan mental yang buruk, termasuk gejala depresi dan kecemasan.

Sebuah survei yang dilakukan tahun 2022 terhadap siswa kelas VIII dan X di AS menemukan, para siswa tersebut menghabiskan rata-rata 3,5 jam setiap hari di platform Medsos.

Jim Steyer, pendiri Common Sense Media, sebuah organisasi yang mengadvokasi undang-undang dan kebijakan untuk membuat media lebih ramah anak di AS mengatakan, bahwa hasil survei itu harus menjadi seruan keras bagi setiap orang tua di negara ini serta para pembuat kebijakan, agar memusatkan perhatian dan sumber daya dalam mengatasi dampak Medsos ini.

Menurut Pew Research Center, platform Medsos paling populer di kalangan remaja di AS adalah TikTok, Snapchat, dan Instagram.

Peringatan dari ahli bedah umum tentang Medsos muncul ketika tingkat depresi, kesedihan, dan keputusasaan remaja telah meroket selama dekade terakhir, terutama di kalangan perempuan.

“Depresi remaja mulai meningkat sekitar tahun 2012, bertepatan dengan popularitas smartphone,” kata Jean Twenge, profesor psikologi di San Diego State University.

Laporan ahli bedah umum itu juga menyalahkan Medsos karena melanggengkan gangguan makan, dismorfia tubuh, dan harga diri rendah.

Beberapa bukti juga menunjukkan kemungkinan hubungan antara penggunaan Medsos yang berlebihan dan gangguan defisit perhatian atau hiperaktivitas pada remaja.

Twenge mengatakan Medsos dapat memengaruhi kesehatan mental dalam berbagai cara. “Tidur dan interaksi sosial tatap muka bermanfaat bagi kesehatan mental, tetapi jika anak-anak online ketika mereka seharusnya berada di tempat tidur atau menghabiskan waktu bersama teman, itu menjadi masalah,” tegas Twenge.

Merasa tersisih dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, juga bisa merusak.
“Bahkan jika Anda tahu secara intelektual bahwa mereka mungkin telah mengambil 200 selfie untuk mendapatkan foto yang tepat, pada tingkat emosional, itu tidak benar-benar diproses,” tandas Twenge.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Murthy dalam laporannya memberikan beberapa rekomendasi untuk perusahaan teknologi dan anggota parlemen.

“Pembuat kebijakan perlu meningkatkan dan membantu memastikan bahwa kami memiliki standar keamanan yang kuat, untuk membantu melindungi anak-anak kami dari paparan konten berbahaya, dan juga melindungi mereka dari penggunaan yang berlebihan,” tulis Murthy.

Menurut sebuah penelitian pada 2021, orang Indonesia (terutama remaja) menghabiskan waktu 5,5 jam setiap hari untuk bermain aplikasi HP. (Foto: teknologi.id)

Perusahaan platform Medsos disarankan untuk membuat alat yang lebih baik untuk melindungi remaja, dan melonggarkan fitur yang memikat anak-anak untuk tetap online lebih lama.

Orang tualah yang berada di garis depan sekarang dalam mencoba membantu remaja menavigasi dunia online.

Laporan tersebut juga mendorong pengasuh untuk menciptakan zona “bebas teknologi” di rumah, dan untuk berbicara dengan anak-anak tentang bagaimana perasaan mereka menggunakan Medsos.

“Benar-benar tidak adil untuk membebankan tanggung jawab pada orang tua saja. Mengapa industri tidak bertanggung jawab untuk membuat platform dan membuat fitur yang jauh lebih membuat ketagihan?” kata Steyer dari Common Sense Media.

Berapa Usia Anak Sebelum Menggunakan Medsos?

Sebagian besar perusahaan teknologi mengharuskan pengguna berusia minimal 13 tahun, tetapi hampir 40 persen anak-anak berusia antara 8 dan 12 tahun menggunakan Medsos. Demikian data dalam laporan Murthy.

Orang tua perlu membatasi penggunaan gawai pada anak-anak, demi kesehatan mental mereka. (Foto: yoursay.id)

Murthy mengatakan bahwa usia 13 tahun masih terlalu muda untuk berada di Medsos. Meski demikian, Murthy juga mengatakan bahwa tidak ada cukup data untuk menunjukkan usia berapa yang lebih sesuai dan lebih aman untuk memulai menggunakan Medsos.

Twenge menyarankan agar usia minimum ditetapkan pada 16 tahun bagi seorang anak sebelum menggunakan dan berselancar di Medsos.

“Mari kita buat beberapa peraturan sekarang untuk membantu anak-anak yang belum menggunakan media sosial. Mungkin kita bisa menyelamatkan generasi berikutnya,” tegas Twenge dengan nada agak pesimis. (rus)