KABARIKA.ID, MAKASSAR – Laporan terbaru WHO menyebutkan, Covid-19 di kawasan Eropa masih menjadi penyebab lebih dari 1.000 kasus kematian per minggu. Namun, angka itu bisa jadi lebih rendah, karena banyak negara yang tidak lagi menyimpan data yang akurat.
WHO dalam laporannya yang dirilis pada Selasa (27/06/2023) menyebutkan, satu dari 30 orang Eropa mungkin telah mengalami Covid-19 berkepanjangan atau yang lebih dikenal dengan istilah Long Covid, dalam tiga tahun pertama pandemi.
Organisasi kesehatan dunia itu juga memperingatkan bahwa virus korona masih belum sepenuhnya menghilang.
“Sejak tahun 2020, hampir 36 juta orang di kawasan Eropa diyakini telah mengalami masalah kesehatan jangka panjang setelah terinfeksi Covid-19,” tulis laporan badan kesehatan dunia tersebut.
Direktur WHO wilayah Eropa, Dr. Hans Henri P. Kluge menekankan bahwa Long Covid merupakan kondisi kompleks yang masih sangat sedikit kita ketahui.
“Kondisi ini sebagai ‘sebuah titik buta dalam pengetahuan kita.’ Untuk memahami Covid-19 secara lebih akurat, masih banyak yang harus dilakukan,” ujar Kluge dalam konferensi pers di Kopenhagen kemarin, Selasa (27/06/2023).
Lebih dari 1.000 Kasus Kematian per Minggu
Kluge juga mencatat bahwa tanpa melakukan diagnosa dan pengobatan yang komprehensif, masyarakat tidak akan pernah benar-benar pulih dari pandemi ini.
Menurut WHO, Covid-19 di kawasan Eropa masih menjadi penyebab lebih dari 1.000 kasus kematian per minggu. Jumlah sebenarnya diyakini akan jauh lebih tinggi, dikarenakan banyak negara yang tidak lagi menyimpan data angka kematian yang akurat saat ini.
Bulan lalu, WHO bahkan menyatakan bahwa Covid-19 tidak lagi menjadi situasi darurat kesehatan global. Namun, melihat lonjakan kasus Covid-19 di Asia Tenggara dan Timur Tengah, WHO menyatakan bahwa hal itu bukan berarti pandemi telah berakhir.
“Meskipun ini mungkin bukan lagi situasi darurat kesehatan masyarakat global, namun Covid-19 masih belum hilang,” kata Kluge kepada para awak media.
Seruan untuk Tetap Melanjutkan Vaksinasi
WHO juga menyerukan agar lebih banyak penelitian dilakukan di lapangan untuk Long Covid sebagai kondisi yang belum sepenuhnya diketahui.
Long Covid adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan gejala baru dari kondisi berbulan-bulan setelah infeksi awal Covid-19, dengan gejala-gejala berkepanjangan setidaknya selama delapan minggu.
Kondisi ini juga dapat menyerang siapa saja yang terpapar virus korona, tanpa memandang usia atau bahkan seberapa parah tingkat gejala awal penyintas Covid-19.
Direktur WHO wilayah Eropa itu pun mendesak para pejabat kesehatan untuk memastikan cakupan vaksinasi setidaknya 70 persen bagi kelompok-kelompok rentan terpapar Covid-19.
WHO kawasan Eropa mencakup sekitar 53 negara, mulai dari Eropa Barat hingga Asia Tengah.
Gejala Long Covid
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), gejala-gejala umum Long Covid adalah sebagai berikut:
¨ Kesulitan bernapas,
¨ Kelelahan,
¨ Gejala yang memburuk setelah aktivitas fisik atau mental,
¨ Kesulitan berpikir atau berkonsentrasi (kadang-kadang disebut sebagai “kabut otak”),
¨ Batuk,
¨ Sakit dada atau perut,
¨ Sakit kepala,
¨ Detak jantung cepat atau berdebar,
¨ Nyeri sendi atau otot,
¨ Perasaan tertusuk jarum,
¨ Diare,
¨ Masalah tidur,
¨ Demam,
¨ Pusing saat berdiri (kepala terasa ringan),
¨ Ruam,
¨ Perubahan suasana hati,
¨ Perubahan bau atau rasa, dan
¨ Perubahan siklus haid.
Menurut CDC, cara terbaik untuk menghindari Long Covid adalah dengan mengikuti vaksinasi. Bagi para penyintas Covid-19 yang belum divaksin, vaksinasi dapat diikuti tiga bulan setelah dinyatakan sembuh dari penyakit Covid-19.
Sedangkan cara untuk mengatasi Long Covid adalah dengan mengurangi kegiatan yang dapat menyebabkan sesak napas, memperbanyak istirahat, mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang, mengurangi kafein, dan melakukan pemeriksaan klinis jika mengalami gejala parah. (DW/rus)