KABARIKA.ID, MAKASSAR – Peningkatan aspek spiritualitas dan kualitas pengetahuan atau literasi keberagamaan bagi anggota PP IKA Unhas dan karyawan PT Tiran Group, mendapat perhatian serius dari Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, M.P., selaku ketua umum PP IKA Unhas yang juga pendiri PT Tiran Group.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bukti keseriusan tersebut disampaikan Andi Amran melalui arahannya kepada pengurus pusat IKA Unhas untuk membentuk kegiatan pengajian rutin di musala/masjid AAS Building.

Menindaklanjuti arahan tersebut, pengurus divisi keagamaan yang diwakili oleh sekretaris divisi keagamaan, Ahmad Musa Said, S.Si mengadakah musyawarah tudang sipulung dengan jamaah masjid AAS Building pada hari Jumat, (22/07/2023) setelah salat Ashar.

Tujuan pertemuan tersebut untuk membicarakan nama kegiatan (majelis taklim atau kelompok kajian), jadwal (frekuensi) kegiatan dalam sepekan, waktu pelaksanaan (hari dan jam), materi kajian, serta durasi kegiatan.

“Pada saat musyawarah inisiasi, beberapa jamaah mengusulkan agar dilakukan pembacaan hadits setiap selesai salat Ashar, namun berdasarkan usulan yang berkembang, disepakati cukup sekali sepekan dulu, yang penting istiqamah,” ujar Ahmad Musa Said yang akrab disapa ustad Uca.

Ahmad Musa Said, S.Si alias ustad Uca sebagai narasumber (kanan) bersama imam tetap Masjid AAS Building, ustad Taufiqurrahman Huzaifah (kiri). (Foto: Ammank)

Kegiatan perdana program kajian keagamaan tersebut, dilaksanakan pada Sabtu (23/07/2023) setelah salat Ashar di masjid AAS Building Lt. 1.

Menurut ustad Uca, kegiatan awal kajian dimulai secara sederhana dengan membahas hal-hal yang ringan. Frekuensinya juga dilaksanakan sekali sepekan dengan harapan peserta tidak jenuh dan menganggap sebagai rutinitas belaka.

Pada pertemuan pertama, materi pembahasan adalah bidang fiqih dengan mengacu pada Kitab Mukhtashar karya Abi Syuja’.

Pembahasan kitab dibawakan oleh Ahmad Musa Said alias ustad Uca, sekretaris divisi keagamaan PP IKA Unhas.

Buku ini merupakan kitab ringkasan fiqih Madzhab Imam Syafi’i rahimahullah, berisi ringkasan pokok-pokok masaah fiqih dan berisi pembahagian serta pembatasan mengenai jenis, rukun, serta syarat suatu hal dalam permasalahan fiqih.

“Kitab ini merupakan salah satu kitab wajib bagi penuntut ilmu fiqih yang ingin memahami fiqih madzhab Imam Syafi’i,” tandas ustad Uca.

Pada pertemuan pertama, ustad Uca membahas tentang Thaharah (bersuci). Pokok bahasan ini berfokus pada jenis-jenis air yang dapat digunakan untuk bersuci.

Dalam fiqih ada tujuh jenis air yang dapat digunakan untuk bersuci, yaitu air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air dari mata air, air salju, dan air embun.

Selain membahas tentang tentang jens-jenis air, narasumber juga mengajak jamaah mengulang bersama-sama materi dengan mengucapkan bahasa Arab dan terjemahannya.

“Jadi, selain pemahaman fiqihnya, jamaah juga dilatih memahami kosa kata bahasa Arab secara sederhana,” kata ustad Uca.

Nama kegiatan ini belum dipatenkan, apakah Majelis Taklim atau Kajian Rutin. Hal yang disepakati baru jadwal pelaksanaannya, yakni setiap hari Sabtu setelah salat Ashar.

Penetapan nama majelis ilmu ini bergantung pada kesepakatan jamaah masjid AAS Building dari anggota PP IKA Unhas dan PT Tiran Group.

Namun yang paling menentukan adalah arahan selanjutnya dari ketua umum IKA Unhas yang sejak lama berharap agar selalu ada kajian dan pembahasan masalah keagamaan serta memperbanyak kerja sosial dari para pengurus IKA Unhas.

Biografi Singkat Abu Syuja’

Setelah mengulas pokok bahasan mengenai air yang dapat digunakan untuk thaharah, narasumber kemudian memperkenalkan secara sekilas biografi ulama penulis kitab yang dijadikan acuan pembahasan.

Penulis Kitab Mukhtashar adalah imam Ahmad bin Hasan bin Ahmad As Syafi’iy (433-593 H.) yang lebih masyhur dengan sebutan Abu Syuja’.

Ulama ini lahir di kota Bashrah, Irak, pada tahun 433 Hijriah dan wafat di Madinah pada tahun 593 Hijriah pada usia 160 tahun.

Abu Syuja’ diangkat menjadi Qadhi (hakim) pada umur 14 tahun (447 H.) karena kedalaman ilmunya.

Pada usia tuanya, tidak satupun panca inderanya yang bermasalah. Ketika ditanyakan hal tersebut, Imam Abu Syuja’ menjawab: “Mungkin karena saya tidak pernah menggunakan anggota tubuh saya bermaksiat di masa kecil, maka Allah Ta’ala menjaganya sampai usia tuaku ini.” (rus)