KABARIKA.ID, MAKASSAR – Subvarian virus korona EG.5 menyebar sangat cepat di AS dan memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi dibanding varian lainnya. Vaksin terbaru rencananya akan dirilis pada bulan September mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Organisasi Kesehatan Dunia  (WHO) pada hari Rabu (9/08/2023) mengklasifikasikan subvarian Covid-19 terbaru EG.5 alias Eris sebagai variant of interest (VOI).

Varian virus korona terbaru ini telah menyebar dengan cepat di wilayah Amerika Serikat (AS) dan mencakup lebih dari 17 persen kasus infeksi baru.

Varian ini juga telah terdeteksi di Cina, Korea Selatan, Jepang, Kanada hingga Inggris. Sejak Maret 2023 hingga kini varian ini telah menyebar di 35 negara.

Apa yang kita ketahui tentang varian EG.5?

WHO menyatakan, varian Covid-19 EG.5 saat ini belum menimbulkan risiko tambahan pada kesehatan masyarakat, jika dibandingkan dengan varian Covid-19 lainnya.

“Secara kolektif, bukti yang ada tidak menunjukkan bahwa EG.5 memiliki risiko tambahan pada kesehatan masyarakat, jika dibandingkan dengan garis keturunan subvarian Omicron lainnya yang saat ini masih meluas,” ungkap WHO.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Foto: DW)

WHO juga mengatakan, evaluasi yang lebih komprehensif terhadap risiko yang ditimbulkan oleh varian EG.5 ini sangat diperlukan.

Maria van Kerkhove, pemimpin teknis WHO untuk Covid-19 menyebutkan, meskipun laju penularan varian EG.5 cukup pesat, tetapi infeksi varian ini tidak lebih parah daripada varian Omicron lainnya.

“Kami tidak mendeteksi adanya perubahan tingkat keparahan pada EG.5 dibandingkan dengan subvarian Omicron lainnya yang telah meluas sejak akhir 2021,” kata Kerkhove.

Sementara itu, Dr. Mandy Cohen, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan, vaksin terbaru yang akan ditawarkan pada pertengahan hingga akhir September mendatang, akan memberikan perlindungan terhadap varian EG.5 tersebut.

“Saat ini, apa yang kita lihat pada perkembangan virus-virus ini, semuanya masih terpengaruh oleh vaksin kita, masih mudah terpengaruh oleh obat-obatan kita, dan masih bisa terdeteksi dengan uji coba,” ujar Cohen.

Kepala CDC itu juga menambahkan, mutasi pada virus tersebut hanya merupakan perubahan kecil dan subtipe dari apa yang telah kita lihat sebelumnya.

“Kami cenderung melihat ini sebagai rekomendasi untuk vaksinasi Covid-19 tahunan seperti halnya vaksinasi flu tahunan,” ujar Cohen.

Banyak Negara Tidak Lagi Melaporkan Data Kasus Covid-19

Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, belakangan ini banyak negara yang tidak lagi melaporkan data mutakhir virus korona yangterjadi di negaranya.

Menurut Ghebreyesus, hanya 11 persen negara yang masih melaporkan jumlah rawat inap dan penerimaan di ruang gawat darurat (ICU) terkait kasus Covid-19.

WHO mengeluarkan serangkaian rekomendasi untuk melaporkan data terbaru mengenai kasus virus korona, terutama angka kematian dan morbiditasnya.

WHO juga mendesak negara-negara untuk terus menawarkan vaksinasi berkala.

“Sekitar setahun yang lalu, kami berada dalam situasi yang jauh lebih baik untuk mengantisipasi atau bertindak lebih gesit. Kini penundaan dalam kemampuan kita untuk melakukan hal itu semakin bertambah, dan kemampuan kami untuk melakukan hal ini semakin menurun,” kata van Kerkhove.

Ia menambahkan bahwa pihaknya saat ini tidak lagi epenuhnya dapat memberikan statistik yang akurat tentang berapa banyak kematian yang sebenarnya terjadi karena Covid-19. (DW/rus)