Site icon KABARIKA

Sepenggal Cerita di Balik Layar: Amin Syam, Yunus Bandu dan Majid Tahir

KOLONEL Inf (Purn) Yunus Bandu, Senin 3 September 2023 sekitar Pukul 21.15 berpulang. Hanya selisih tiga hari, menyusul Mayor Jenderal TNI (Purn) HM Amin Syam yang lebih dulu berpulang, 1 September 2023.

Di sela kepulangan kedua tokoh ini, 4 September 2023, juga berpulang seorang tokoh masyarakat Luwu, Abdul Majid Tahir.

Dan hanya karena kebetulan, ketiganya menyimpan sepenggal cerita di balik layar.

***

Yunus Bandu, juga Amin Syam, sama-sama berlatar militer. Keduanya, tentara aktif yang sama-sama pernah mendapat giliran bertugas mengejawantahkan “Dwi Fungsi ABRI”.

Yaitu sebuah gagasan yang diterapkan di era pemerintahan orde baru Soeharto. Bahwa ABRI, khususnya TNI-AD, memiliki dua tugas. Selain menjaga keamanan dan ketertiban negara, juga bertugas memegang kekuasaan pemerintahan untuk mengatur negara.

Pada tahun 1988, Yunus Bandu dan Amin Syam, bersamaan mendapat giliran penugasan. Yunus Bandu ditunjuk sebagai Bupati Sidrap, pengganti Opu Sidik (1978-1988). Sementara Amin Syam ditunjuk menjadi Bupati Enrekang, pengganti Saleh Nurdin Agung (1983-1988).

Yunus Bandu dan Amin Syam, sama-sama mengakhiri satu periode kepemimpinan sebagai Bupati pada tahun 1993. Yunus Bandu, digantikan oleh Bupati Sidrap Andi Salipolo Palalloi. Sementara Bupati Enrekang Amin Syam, digantikan oleh Andi Rachman.

Bersamaan di tahun 1993 itu, Musda Golkar berlangsung. Dua tentara yang baru saja mengakhiri jabatan Bupati itu, sama-sama disebut-sebut sebagai kandidat terkuat memperebutkan kursi Ketua Golkar Sulsel, orsospol yang didirikan sekelompok TNI-AD.

Perebutan Ketua Golkar yang sebelumnya digadang-gadang berlangsung sengit dan alot, justru di ujungnya berakhir happy ending.

Yunus Bandu tak maju, sehingga setelah sidang molor sekian jam, pimpinan sidang Musda Golkar Sulsel, akhirnya mengetukkan palu. Mensahkan Amin Syam, terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Golkar Sulsel, pengganti Aliem Bachri, yang juga mantan Bupati Majene (1967-1990).

***

Tak majunya Yunus Bandu, legowo menyerahkan kepemimpinan Golkar Sulsel kepada Amin Syam, belakang hari beredar percakapan di kalangan pemerhati politik, bahwa sikap legowo Yunus Bandu, merupakan hasil kompromi di institusi muasal keduanya di ketentaraan, Pangdam beserta purnawirawan senior TNI AD di Sulsel.

Titik komprominya, Amin Syam diberi kesempatan melanjutkan kepemimpinan Aliem Bachri di Golkar. Sementra Yunus Bandu, sekali lagi diberi kesempatan memimpin salah satu daerah di Sulsel sebagai Bupati. Kabupaten yang ditunjuk adalah Kabupaten Luwu, bertepatan pada tahun yang sama jabatan Bupati Luwu segera ditinggalkan Muh. Dahlan Jampu (1988-1993).

Alhasil, mengawali kepemimpinannya sebagai Bupati Luwu, Yunus Bandu mendapat reaksi penolakan dari sekelompok kecil senior dan mahasiswa asal Luwu di Makassar. Mereka turun melakukan aksi penolakan di Kantor Bupati Luwu di Palopo. Dan sekembalinya ke Makassar, di Pare-pare mereka dihadang dan ditahan sekian hari di kantor Korem Pare-Pare.

Dalih penolakan mereka karena mengharap Sabang Kallang, perwira tinggi kepolisian yang harusnya ditunjuk sebagai Bupati Luwu, bukan Yunus Bandu dari TNI AD.

Dalih mereka, selain karena Sabang Kallang putra Luwu, juga mengharap agar perwira kepolisian diberi kesempatan memimpin daerah, tak hanya TNI AD saja. Mubara Dappi misalnya, Bupati Luwu sebelum Dahlan Jampu, toh juga tak lain muasalnya dari TNI AL.

Di tengah penolakan sekelompok kecil mahasiswa dan senior asal Luwu di Makassar, Abdul Majid Tahir yang tak lain adalah mantan ketua perhimpunan mahasiswa Luwu IPMIL, pada saat itu mengambil sikap memunggungi aspirasi disuarakan sekelompok kecil juniornya.

Abdul Majid Tahir, pada saat yang sama adalah kader Golkar yang mendapat kepercayaan sebagai Anggota DPRD Kota Makassar. Telah mendapat perintah dari Ketua Golkar Sulsel Amin Syam, agar mengendalikan adik-adiknya, memberi kesempatan Yunus Bandu memimpin Kabupaten Luwu.

Dan Yunus Bandu pada akhirnya berhasil menunaikan tugasnya sebagai Bupati Luwu hingga akhir periode di tahun 1999.

***

Ketiganya, kini telah berpulang di waktu berdekatan, menghadap Sang Maha Pemilik kehidupan. Jejak legacy ketiganya, menjadi pembelajaran tak ternilai bagi generasi selanjutnya.

Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun, terimalah amal ibadah ketiganya, dan tempatkanlah dikeabadian syurgaMu. Amin.

ARMIN MUSTAMIN TOPUTIRI
ANGGOTA DPRD SULSEL PERIODE 2009-2019, FRAKSI PARTAI GOLKAR

Exit mobile version