KABARIKA.ID, MAKASSAR – Yayasan BaKTI melalui program INKLUSI menggelar kegiatan penguatan Forum Media dan Jurnalis Kabupaten Maros, Jumat (1/09/2023) di ruang pertemuan Al Fayyadh, Maros.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan bagi jurnalis agar lebih kreatif terampil meliput dan menghasilkan karya jurnalistik yang responsif terhadap isu-isu keadilan gender, perlindungan perempuan dan anak, disabilitas dan inklusi sosial di Kabupaten Maros.
“Kami menyadari memang sangat dibutuhkan kreativitas dan peliputan berita yang bertanggung jawab. Konten liputan mestinya bermuara pada perlindungan serta adanya perbaikan kebijakan dan penghargaan pada hak-hak azasi manusia,” kata Lusia Palulungan dari INKLUSI Yayasan BaKTI.
Koordinator INKLUSI Yayasan BaKTI Maros, Ismawaty mengatakan kegiatan ini diikuti 15 jurnalis dari media cetak dan online.
Para peserta berasal dari media Rakyat Sulsel, MetroTV, Halo Sulsel, Sindo News, Harian Fajar, Ujungpandang Express, Tribun Timur, Mata Maros, TVRI, Kompas TV, SulawesiOn.Com dan Diskominfo Maros.
“Kegiatan penguatan Forum Media dan Jurnalis di Maros bertujuan untuk mengenalkan perspektif gender, isu disabilitas, dan substansi inklusi sosial,” ujar Ismawaty.
Ismawaty menambahkan, para peserta juga menganalisis pemberitaan-pemberitaan yang dianggap bias gender, disabilitas dan Inklusi sosial.
Sementara itu, Bupati Maros Andi Syafril Chaidir Syam mengapresiasi inisiatif yang dilaksanakan Yayasan BaKTI di Maros.
“Kami mengapresiasi pelaksanaan kegiatan penguatan Forum Media dan Jurnalis ini, semoga peserta dapat menindaklanjutinya dengan menghasilkan berita-berita yang semakin berkualitas dan bisa menjadikan Maros contoh baik bagi penerapan keadilan gender, perlindungan penyandang diasbilitas, anak dan inklusi sosial,” ujar Chaidir.
Forum Berbagi Pengalaman
Narasumber kegiatan ini adalah M. Ghufran H. Kordi dari INKLUSI, Yayasan BaKTI. Bertindak sebagai fasilitator adalah Kamaruddin dari Pelakita.ID.
Pada sesi pertama, peserta diminta menceritakan pengalaman menulis berita mengenai perspektif gender, isu penyandang disabilitas dan inklusi sosial, demi memperoleh gambaran kapasitas, kesenjangan, serta tantangan yang dihadapi.
Dari 15 peserta umumnya telah mempunyai pengalaman menulis, memberitakan dan membagikan video terkait isu gender, penyandang disabilitas, dan inklusi sosial.
M. Ghufran dalam materinya memberikan pengayaan terkait dimensi, instrumen, pengertian, dan batasan perspektif gender, disabilitas, dan inklusi sosial.
Untuk memperdalam pemahaman, M. Ghufran kemudian membagikan sejumlah contoh tulisan atau berita yang bias gender, perempuan, dan disabilitas.
“Dianjurkan untuk tidak lagi menggunakan kata “tuna netra”, “tuna rungu” dan lebih baik menggunakan kata penyandang disabilitas. Tidak dianjurkan menggunakan kata “menggagahi” jika ingin menuliskan berita pemerkosaan,” papar M. Ghufran.
Terkait dengan liputan isu gender, penyandang disabilitas, dan inklusi sosial, sejumlah jurnalis Maros menceritakan pengalamannya.
Iqbal dari Rakyat Sulsel berkisah tentang pengalamannya mewartakan Dg Sitti (87) yang merupakan seorang disabilitas, serta seorang bayi warga Maros yang menderita atresia ani (lahir dengan anus tidak terbentuk sempurna).
Kemudian Ahmad Fahmi dari MetroTV yang pernah meliput seorang penyandang disabilitas yang berprofesi sebagai guru mengaji.
Pengalaman liputan Nurul Hidayah dari Tribun Timur lain lagi. Ia membeberkan pengalamannya menulis berita pencabulan yang terjadi di Maros yang korbannya adalah difabel.
Sedangkan liputan mengenai perdagangan perempuan atau human trafficking di Maros, pernah dilakukan oleh Indra Sadli Pratama dari SulawesiOn.Com.
Setelah itu, fasilitator mengajak para peserta untuk mendiskusikan susbtansi, tahapan strategi, dan persiapan peliputan terkait isu gender, penyandang disabilitas, dan inklusi sosial.
“Termasuk penjelasan dan diskusi tentang dimensi jurnalisme advokasi. Lalu ada presentasi tugas penulisan,” ujar Kamaruddin.
Menurut Ismawaty, Yayasan BaKTI dan Forum Media telah beberapa kali menggelar pertemuan dan sosialisasi program INKLUSI.
“Kita perlu mendorong adanya kampanye bersama oleh Forum Media Maros untuk mengadvokasi isu-isu seperti pelecehan seksual, perkawianan anak, stunting dan perbaikan perencanaan pembangunan daerah yang inklusif,” tandas Ismawaty.
Selain di Maros, program INKLUSI – Yayasan BaKTI juga hadir di Kota Parepare, Kabupaten Gowa dan Toraja. (*/emrus)