Site icon KABARIKA

Ekonom INDEF Perkirakan Tren Kenaikan Harga Beras Berlangsung hingga Akhir Tahun 2023

KABARIKA.ID, JAKARTA – Masyarakat Indonesia merasakan kenaikan harga beras yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Ekonom Senior INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) yang juga pengamat pertanian dan pangan, Bustanul Arifin memperkirakan tren kenaikan harga beras akan terjadi hingga akhir tahun.

Meski demikian, Bustanul menuturkan bahwa masih ada harapan harga beras akan turun di bulan Oktober mendatang, karena banyak daerah yang memasuki masa panen.

Pernyataan itu disampaikan Bustanul dalam diskusi publik bertajuk, “Waspada Bola Panas Harga Beras” yang dilaksanakan lembaga kajian ekonomi INDEF di Jakarta, Kamis (21/09/2023).

“Musim panen itu setahun dua kali, pertama di bulan Maret-April, yang kedua di bulan Oktober nanti. Jadi, ada harapan di bulan Oktober harga menurun, tapi akan kembali naik hingga akhir tahun,” ujar Bustanul.

Pengamat pertanian dan pangan dari INDEF memperkirakan tren kenaikan harga beras berlangsung hingga akhir tahun 2023. (Foto: Ist)

Menurut Bustanul, kenaikan harga beras sebenarnya sudah terjadi sejak dua tahun terakhir. Penyebabnya, antara lain ketegangan geopolitik, El Nino, kebijakan negara India yang menyetop ekspor beras, hingga impor beras.

Bukan hanya beras, tren kenaikan harga pangan juga terjadi untuk komoditas gandum, minyak goreng, gula putih dan daging sapi.

Oleh karena itu, lanjut Bustanul, harus ada langkah antisipasi dari pemerintah.

“Untuk beras, harganya mungkin bisa stabil di bulan Januari tahun depan. Tapi level harganya masih tinggi,” ujar Bustanul.

Untuk mengatasi tren tingginya harga beras, pemerintah memberikan bantuan beras kepada masyarakat yang sangat membuatuhkan.

Langkah pemerintah itu dinilai Bustanul sudah tepat. Bantuan pangan itu, menurutnya perlu dilakukan paling tidak hingga akhir tahun ini.

“Dalam jangka pendek, Bulog juga harus merealisasikan kekurangan 800 ribu ton impor beras. Dengan melakukan negosiasi dengan negara produsen beras selain India, seperti Thailand, Vietnam, Kamboja atau Pakistan,” ujar Bustanul.

Bulog juga harus lebih taktis dalam manajemen stok dan pengadaan beras dalam negeri. Karena pemain pasar dari kalangan swasta, menurut Bustanul, semakin berani membeli beras dari petani dengan harga tinggi. (*/rus)

Exit mobile version