KABARIKA.ID, MAKASSAR — Air Susu Ibu (ASI) telah diyakini merupakan makanan terbaik untuk bayi baru lahir karena mengandung zat gizi yang lengkap dan mudah diserap.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di samping itu terdapat juga berbagai manfaat lain seperti peningkatan daya tahan tubuh, adanya hormon pertumbuhan, dan kedekatan batin antara ibu bayi.

Namun data pemantauan status gizi di Indonesia pada 2017 menunjukkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan setelah kelahiran masih sangat rendah yakni 35,7%.

Artinya ada sekitar 65% bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif. Angka ini masih jauh dari target WHO maupun Kementerian Kesehatan yaitu 50%.

Sebagian besar kegagalan ini hanya karena ibu tidak mengetahui cara memberikan ASI yang benar dan sindrom ASI kurang. Sindrom ASI kurang merupakan suatu kesalahan interpretasi Ibu terhadap jumlah ASI yang dihasilkan payudaranya.

Ibu senantiasa berfikir dan merasa jumlah ASI nya tidak cukup. Ibu juga sering membangun berbagai argumentasi yang membenarkan apa yang dirasakannya. Sehingga dirinya semakin yakin akan ketidakmampuannya memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Oleh karena itu perlu orang lain yang mendampingi dan memberi dukungan terhadap ibu tersebut dalam mengembalikan kepercayaan dirinya.

Hal ini yang mendasari Tim dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (DIKA FK Unhas) melaksanakan pelatihan Duta ASI berbasis masyarakat melalui sistem multilevel dalam rangka Pengabdian kepada Masyarakat.

Tim ini terdiri dari Dr.dr. Ema Alasiry, SpA (K), dr. A. Dwi Bahagia Febriani, PhD, Sp.A(K), dr.Adhariana HK, M.Kes, SpA(K), dr. Firdha Annyssa dan dr. Julia Jolanet Syafrianty Adam yang bekerja sama dengan Puskesmas Bulurokeng Kotamadya Makassar.

Dr.dr. Ema Alasiry, SpA (K) mengatakan Kader Posyandu adalah pelaku sosial berbasis masyarakat yang memiliki perhatian terhadap kesehatan bayi, anak dan balita yang bekerja tanpa pamrih.

Dalam melaksanakan tugasnya seorang kader harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Pelatihan Duta ASI ini awalnya ditujukan kepada delapan orang kader dari kelurahan Bulurokeng dan kelurahan Untia, sebagai pioneer.

Mereka ini yang kemudian para kader tersebut mencari dan melatih kader/masyarakat lain secara berjenjang (multi level) sehingga terbentuk 47 duta ASI dalam 3 tahapan pelatihan yang dilakukan sejak bulan Juni sampai September 2023.

“Adapun sumber dana Pengabdian kepada Masyarakat ini diperoleh dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Hasanuddin (LPPM Unhas), ungkapnya.

Para peserta terlihat sangat antusias mengikuti pelatihan dan memberikan pernyataan positif akan manfaat dari pelatihan ini.

Selanjutnya diharapkan para duta ASI berbekal pengetahuan, keterampilan dan lembar balik sebagai media edukasi yang dibagikan dapat memotivasi para ibu menyusui agar mampu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.(*)