KABARIKA.ID, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman berkejaran dengan untuk melakukan berbagai langkah dan pembenahan besar-besaran guna meningkatkan produksi pangan strategis, terutama padi dan jagung.
Langkah yang ditempuh meliputi penggunaan teknologi, pendampingan petani melalui penyuluh, mekanisasi pertanian, penggunaan benih unggul serta optimalisasi lahan marjinal, seperti lahan rawa mineral.
Menurut Mentan Andi Amran, potensi lahan rawa mineral yang ada di Indonesia ada sekitar 10 juta hektare. Jika pada tahun 2024 nanti digarap 1 juta hektare dengan baik, maka akan menambah peningkatan produksi beras sebanyak 2,5 juta ton.
“Indonesia akan berdaulat dan menjadi negara pengekspor beras di tahun 2027 dengan produksi beras dari lahan itu 10 juta ton, dengan syarat dalam setiap tahunnya ada peningkatan lahan 1 juta hektare, sehingga ada penambahan produksi 2,5 juta ton beras setiap tahunnya,” kata Mentan Amran saat berdiskusi dengan pimpinan media di Jakarta, Kamis (2/11/2023).
Andi Amran mengatakan, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara terkuat di dunia melalui pengelolaan pertanian. Oleh karena itu, Mentan mengharapkan jajarannya bekerja keras dan berintegritas.
“Saya tidak suka basa basi yang penting capai prestasi. Karena itu saya minta tingkatkan kualitas kerjanya, dan untuk merah putih jangan ada yang main-main di sektor pertanian,” tandas Mentan Andi Amran.
Ketua umum PP IKA Unhas ini memang dikenal memiliki ketegasan dalam memimpin. Tak heran jika ia pernah diberi penghargaaan sebagai pembina terbaik jabatan fungsional pengelolaan barang dan jasa dari LKPP, dan penghargaan keterbukaan informasi publik dari Komisi Informasi Pusat.
Gebrakan dan program Andi Amran yang nyata adalah selamatkan rawa sejahterakan petani (Serasi) seluas 500 ribu hektare di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.
Selain itu, ia juga menjalankan program teknologi mekanisasi pertanian yang membuat produksi dalam negeri semakin tinggi.
Hasilnya, tahun 2016 Indonesia dinyatakan swasembada beras. Capaian tersebut menurut Kundhavi Kadiresan, FAO Regional Representative untuk Asia, merupakan hasil dari investasi pemerintah, khususnya Kementan.
Apresiasi senada juga disampaikan oleh berbagai lembaga internasional, salah satunya adalah Bank Dunia.
Prestasi cemerlang yang juga diraih saat Andi Amran menjabat Mentan pada periode 2014-2019 adalah berhasil membawa Kementan meraih WTP dari BPK pada 2016, 2017, 2018, dan 2019.
Ia juga menerima penghargaan anti-Gratifikasi dari KPK pada 2017 dan 2018.
Dalam outlook Perkiraan Produksi Beras 2018 dengan mengacu pada data Oktober 2017, Indonesia ditempatkan sebagai negara yang mampu memasok kebutuhan pangan rakyat, meski dunia tengah dilanda kekeringan sama halnya yang sedang terjadi saat ini.
Data Global Food Security Index yang dirilis The Economist juga menunjukkan ketahanan pangan Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan. Jika pada 2016, ketahanan pangan Indonesia berada di peringkat 71 dari 113 negara, maka di tahun 2017 peringkatnya melompat ke posisi 21. Posisi tertinggi bila disandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
Tidak sampai di situ, Amran juga mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah perbatasan, dengan meningkatkan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, dan penghasilan devisa melalui ekspor komoditas pangan.
Melalui Kabupaten Entikong, Sambas, Nunukan dan Bengkayang di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia berhasil mengekspor sejumlah pangan organik ke Malaysia.
Indonesia juga melakukan ekspor sawit dan sejumlah bahan pangan ke Papua Nugini melalui Kabupaten Merauke.
Semua capaian tersebut, menurut Andi Amran, merupakan capaian bersama karena adanya kerja keras, kejujuran dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada. Karena itu, ia ingin semua capaian tersebut dapat diraih di tahun ini dan masa mendatang.
“Kuncinya harus kerja keras dan kerja cerdas. Semua harus bergerak menatap masa depan yang lebih baik,” tandas Mentan Andi Amran. (*/rs)