Mentan Amran Sulaiman: Penyuluh Pertanian Garda Terdepan Swasembada Pangan

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KABARIKA.ID, SIGI – Sebanyak 2.000-an penyuluh pertanian dari seluruh penjuru Nusantara hadir pada Jambore Penyuluh Pertanian Nasional 2023 di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (6/11/2023).

Jambore dengan tema ‘Optimalisasi Peran Penyuluh Pertanian dalam Mendukung Keberhasilan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Penyangga Pangan Utama IKN’, dibuka Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman.

Menurut Amran, Jambore Penyuluh Pertanian bertujuan meningkatkan semangat kerja dan motivasi bagi penyuluh, serta meningkatkan keterampilan juga wawasan.

Penyuluh pertanian, punya peran penting dalam mentransfer ilmu dan teknologi, serta memberi pendampingan kepada petani.

“Keberadaan penyuluh sangat penting, terutama di tengah tantangan perubahan iklim. Penyuluh pertanian harus meningkatkan kinerja, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan tantangan yang ada, salah satunya, dengan penerapan digitalisasi pertanian,” kata Amran.

Bagi Amran, kehadirannya pada Jambore Penyuluh Pertanian yang berlangsung empat hari hingga 8 November mendatang karena rasa cintanya kepada para penyuluh.

Jika potensi dan keahlian penyuluh pertanian yang jumlahnya mencapai 50 ribu orang , lalu mereka bergerak semua, maka persoalan pangan akan selesai.

“Dalam kurun waktu 2-3 tahun kita bisa swasembada, tidak ada lagi impor. Penyuluh adalah pahlawan pangan, garda terdepan swasemabda,” kata Amran.

Keberhasilan program pertanian berkat keberadaan penyuluh. Penyuluh tidak boleh mengeluh, kalau mengeluh, akan gagal menaikkan produksi.

Di tangan Amran, Kementerian Pertanian menargetkan produksi padi hingga 35 juta ton setara beras. Agar bisa tercapai, itu menjadi tugas penyuluh pertanian.

“Kerja harus optimal, menjadi pendamping yang mampu mengantarkan sekaligus mengawal kebijakan pemerintah dalam hal pertanian hingga tingkat petani. Mulai dari penggunaan benih bermutu, penyaluran pupuk, penyaluran sarana dan prasarana produksi, hingga pemanfaatan asuransi pertanian,” sebutnya.

Harapannya, selain di tangan penyuluh pertanian, KTNA (Kontak Tani dan Nelayan Andalan) dari seluruh Indonesia, saling bahu membahu agar produksi pertanian kita seperti pasa 2017-2019.

“Saat itu, tidak ada impor beras dari negara lain. Tahun 2024, kita targetkan meningkatkan produksi, sehingga 2026 nanti sudah kembali swasembada,” jelas Amran.

Dengan demikian, keadaan akan berbalik, Indonesia yang melakukan ekspor ke berbagai negara.

“Tentu dengan catatan, program harus berkelanjutan. Tidak boleh ganti menteri, maka program terhenti,” katanya.

. Program pertanian modern, bertransformasi dari pertanian tradisional ke modern. Dan itu sudah berhasil dijalankan saat El Nino melanda 2015 lalu,” pungkas Amran.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menambahkan, Jambore Penyuluh Pertanian ini bisa membangkitkan semangat para penyuluh dalam melaksanakan tugas di lapangan. Penyuluh dan petani merupakan garda terdepan dalam pembangunan pertanian, harus mampu menjadi sahabat dan pemberi solusi untuk petani.

“Memanfaatkan sumber daya yang ada, pengetahuan dan teknologi, karena penyuluh dan petani, tulang punggung bangsa. Jambore Penyuluh Pertanian juga merupakan kesempatan berharga untuk mengevaluasi sejauh mana peran dan keberadaan para penyuluh telah diterima oleh masyarakat,” tambah Dedi.

Sementara Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, Rusdy Mastura mengaku daerahnya masih terus berbenah agar bisa bangkit.

“Adanya Jambore Penyuluh Pertanian diharapkan para penyuluh pertanian terus meningkatkan kapasitas dan profesionalismenya mendampingi para petani meningkatkan produktivitas, memberikan informasi pasar dan teknologi, juga pengembangan diri sehingga menjadi pengelola usaha agribisnis yang handal dan mandiri,” ungkapnya. (**)