KABARIKA.ID, MAKASSAR — Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan prevalensi wasting di Indonesia sebesar 7,7%, dimana angka ini meningkat dari hasil SSGI 2021 (7,1%).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Prevalensi wasting di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dari 7,8 pada tahun 2021 menjadi 8,3 pada tahun 2022. Lebih dari 70% kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai prevalensi wasting yang lebih tinggi dibandingkan angka nasional yakni 7.7%.

Untuk mendukung ini, diadakan roadshow di Kota Makassar sebagai momentum untuk penandatanganan komitmen bersama pemangku kepentingan.

Pemerintah Sulawesi Selatan, ICONS-UNHAS dan UNICEF mendukung upaya pemerintah menuju Provinsi Sulawesi Selatan Bebas Wasting di tahun 2026. Dilakukan di Baruga Prof Amirulla FK Unhas, 8 November 2023.

Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku Henky Widjaja mengatakan ini sebagai bagian dari kampanye nasional ini, kegiatan roadshow ke beberapa kota, termasuk Kota Makassar Sulawesi Selatan.

“Acara roadshow ini merupakan bagian integral dari strategi kampanye nasional yang lebih luas yang diintegrasikan dengan peringatan hari Kesehatan Nasional 2023,” ucapnya.

Khusus di Kota Makassar, kata Henky, UNICEF Bersama Kementerian Kesehatan, Kantor Staff  Presiden (KSP), bekerjasama dengan pemangku kepentingan di Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan serangkaian kegiatan.

“Sebut saja untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan wasting, termasuk upaya pencegahan, deteksi dini dan tata laksana, bila pencegahan gagal,” ucapnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. dr. HM Ishaq Iskandar, M.Kes. Mengatakan Penanganan Stunting dan Gizi Buruk, adalah satu dari delapan Program Prioritas, PJ Gubernur Provinsi Sulawesi selatan 2023 -2026.

“Adapun tema kegiatan roadshow ini adalah
Ayo, Cegah & Obati Wasting Biar Ga Stunting!,” ucapnya.

Hasil kajian menunjukkan kesenjangan yang signifikan terkait pengetahuan tentang risiko mortalitas dan morbiditas, kecacatan, dampak wasting terhadap stunting dan sebaliknya, serta pencegahan, identifikasi dini, dan pengobatan anak wasting.

Selain itu, meskipun ada upaya besar untuk meningkatkan layanan PGBT secara nasional, cakupan dan kualitas perawatan untuk anak-anak dengan gizi buruk di Indonesia masih belum optimal.

Kurang dari 15 persen anak-anak gizi buruk menerima pengobatan setiap tahun dibandingkan dengan perkiraan beban kasus  lebih dari 760.000 kasus per tahun.

Ketua Tim Kerja Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah Kementerian Kesehatan RI dr Muhammad Yusuf menjelaskan jika upaya pencegahan sejak dini bisa dilakukan dengan melihat berat badan anak.

Jika tiap bulan tak ada penambahan berat badan, orang tua sudah patut khawatir. Mulai dari berat badan tidak naik saja, keluarga, nakes, kader (posyandu) itu sudah harus khawatir.

“Karena itu bukan sesuatu yang normal. Harus segera ke petugas kesehatan, untuk dinilai status gizinya,” ucapnya.

Senior Advisor Executive Office of the President (KSP) Republic of Indonesia “, Brian Sriprahastuti menerangkan terdapat istilah windows opportunity atau dalam usia 2 tahun anak yang mengalami wasting tidak ditangani, maka akan berpotensi mengalami stunting.

“Wasting, bisa bentuknya gizi buruk. Jika tidak diatasi berakibat pada resiko kematian. Beda dengan stunting. Inilah kenapa ini penting. Petama risiko kematian, kedua bisa stunting, dan ketiga kecendrungannya naik,” bebernya.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS, Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc, Ph.D mengatakan mengenai wasting dan stunting itu harus edukasi dulu kepada orangtuanya, diantaranya mengenai berat badan anak yang naik atau turun. Itulah sebabnya mengapa orangtua disuruh membawa anaknya ke posyandu.

“Disana ditimbang dan diukur badannya, sehingga bisa dikategorikan ini wasting apa tidak. Dulu posyandu mengukur berat badan saja, sekarang sudah ada ukur tinggi,” tuturnya.

Kata Prof Veny, beda kurus dan pendek. Kalau pendek ini penyebabnya sebelumnya atau kronik seperti dalam kandungan. sementara kalau wasting itu artinya kondisi saat ini, ketika anak tidak dirawat dengan baik maka terjadi hal ini.

“Makanya perlu juga diberikan edukasi kepada orangtua, terutama pada ibunya,” tuturnya.

Meskipun Gerakan Nasional Stunting telah meningkatkan kesadaran masyarakat luas tentang stunting, masih terdapat kesenjangan pengetahuan dan kesadaran yang signifikan di antara masyarakat dan pemangku kepentingan utama mengenai wasting dan kaitannya dengan stunting.(*)